17 Des 2014

Yang Bikin Meleleh

gambar dipinjam di sini. terima kasih.

Tulisan ini dibuat dalam rangka ikutan tag-nya mbak Okke di blognya sepatu merah yang bertema: Perlakuan cowok yang bikin meleleh. Ihiy! Kebetulan beberapa waktu belakangan ini lagi sering dibikin ‘meleleh’, jadinya semangat ikutan tag ini. Huahaha :’)

Okay, gak perlu prolog panjang lebar. Lets cekidot!

Catatan: dari poin 1 sampe 3 hanya untuk kamu yang punya pacar pendaki :p

1. Ditulisin namanya di puncak gunung

Jadi dulu pernah ngeliat salah satu temen nulis “I love you (nama gebetan)” di Mahameru. Waktu itu sih saya ejekin “dih norak”, padahal di dalam hati teriak “aaaa so sweet!”. Hahaha. Tapi emang hal yang satu ini pasti bikin perempuan manapun meleleh. Bukan masalah apa yang ditulis di sana, sama sekali bukan, tapi ini tentang gimana dia mengingat kita selama pendakian. Gimana dia mau repot-repot nyiapin kertas dan spidol sebelum berangkat. Gimana waktu dalam keadaan badan pegal-pegal dia mau melakukan hal itu hanya dengan satu tujuan, membuat kita senang. Uwuwuwu :’)

28 Nov 2014

Tentang Apa yang Sedang Kita Lakukan

Hallo, kamu yang sekarang entah sedang berada di mana –karena pesanku 4 jam yang lalu belum kau balas juga-

Berawal dari iseng-iseng membaca kumpulan surat-surat di blog pos cinta Februari lalu, akhirnya aku memutuskan menulis surat (lagi) untukmu. Kenapa? Karena aku terlalu bosan menonton tv seharian ini. Sejak hari minggu, sejak terakhir kali kamu menelponku, aku tidak mengeluarkan suara sama sekali kecuali kalimat basa basi pendek yang kulontarkan kepada karyawanku sesekali.

Jadi, baiklah, karena malam ini kamu sedang tidak bisa diganggu, maka melalui surat ini aku ingin bicara padamu (atau diriku sendiri?) tentang apa yang kemarin siang kita perdebatkan.

Ada resiko dari semua hal yang kita pilih, itu yang kukatakan. Love is all about risk, itu yang kamu katakan. Aku memilihmu dan (berusaha) siap menerima segala resikonya, dan kaupun begitu. Tapi sepertinya kesiapan itu hanya sebatas kata ya? Tidakkah kamu megakuinya? Atau mungkin memang hanya aku yang tidak siap?

11 Nov 2014

Kamu, Aku, dan Waktu



gambar dipinjam di sini. terima kasih.

Ada yang mengatakan bahwa dua hal di dunia ini yang dapat membekukan kenangan adalah foto dan tulisan.

Namun sayangnya (atau bodohnya?) aku hanya berhasil mengambil dua foto. Foto saat kamu sedang tidur dan foto kaki kita. Tentu saja kedua foto itu kuambil secara diam-diam. Dua foto itu tidak cukup untuk membekukan semua kenangan yang ada selama kamu di sini, kan? Dan aku masih menyesali kebodohanku karena menolak ketika kamu mengajak untuk foto bersama.

Oleh karena kita tidak memiliki cukup foto, maka satu-satunya cara yang tersisa untuk membekukan kenangan kita adalah dengan menuliskannya.

Percayalah, ini tidak mudah. Aku sudah ingin menuliskannya sejak seminggu yang lalu sebenarnya. Tapi keinginan itu hanya berakhir pada aksi ketik-hapus-ketik-hapus, sehingga tidak ada satu kalimatpun yang berhasil kususun.

Kenapa? Karena aku sendiri bingung harus memulainya dari mana.


17 Okt 2014

Dilema Packing


gambar dipinjam di sini

Waktu naik ke Merbabu beberapa waktu lalu, salah satu teman ada yang kaget melihat isi carrier saya.

‘Rau, banyak banget lo bawa baju!’

‘Biarin. Aku bawa sendiri ini..’

Songong banget ya jawabannya? Hahaha *evil laugh*

Iya, entah kenapa, mau pergi kemana pun, sekali lagi saya tekankan –kemanapun-, saya paling gak bisa bawa barang sedikit. Selalu takut ada yang kurang atau ada sesuatu yang saya butuhkan ketika sampai di tempat tujuan, dan pada akhirnya saya hanya bisa menyesal.

‘Kenapa sih tadi gak bawa A, B, C, lalala, lululu?’

Setiap berpergian, saya selalu menjadikan tas ibarat kantong doraemon, yang bisa memuat banyak barang.

Mulai dari barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, barang-barang yang ‘mungkin’ dibutuhkan, dan barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi tetap saya bawa karena saya takut jika sewaktu-waktu butuh.

:') :') :')

25 Sep 2014

Better

Dulu aku kira kalimat "aku tidak cukup baik untukmu" hanya sebuah kamuflase untuk menutupi makna sebenarnya. Kalimat yang dirancang sedemikian rupa untuk menjaga perasaan seseorang. Atau yang lebih parah, sebagai ganti dari kalimat "maaf, aku tidak menyukaimu" yang tidak sanggup untuk diucapkan.

Ya, dulu aku berpikir begitu.

Namun ternyata mengira-ngira dan merasakan sendiri adalah dua hal yang jauh berbeda.

Sebab, entah sejak kapan aku merasa bahwa aku tidak cukup baik untuknya.

Tidak, itu bukan kamuflase. Aku mengatakan bahwa aku tidak cukup baik untuknya, dan apa yang kukatakan adalah makna sebenarnya.

He deserves better than me.

Mungkin sulit untuk kalian mengerti apa sedang yang kukatakan. Tapi percayalah, bahwa ada saatnya kalian akan merasa buruk, terlebih ketika melihat mereka (yang kalian cinta) yang tidak bisa kalian buat bahagia.

Tapi di dalam hidup kita akan selalu dihadapkan pada pilihan, bukan?

Dalam hal ini aku harus memilih. Menjadi lebih baik atau melepasnya bertemu dengan yang lebih baik.

Menurut kalian, apa yang akan kulakukan?

1 Sep 2014

Eksistensi Vs. Privacy

Sebenarnya kita lebih butuh mana, eksistensi atau privacy?

Pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh dosen saya di kelas Isu-Isu Kontemporer Komunikasi, saat kami tengah membahas apa dampak dari menjamurnya socmed seperti saat ini.

Facebook, Twitter, Foursquare, Instagram, Path, dan sebagainya, telah membuat kita (sebagai pengguna) membagi semua hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari pada publik. Bahkan sampai pada hal remeh seperti capek-nih-habis-pulang-kerja atau hari-ini-panas-banget-ya atau kamu-jahat!

What we are doing ya sebenarnya?

Kalau dikaitkan dengan pertanyaan di atas, jelas bahwa jawabannya adalah kita lebih butuh eksistensi. Apa yang kita lakukan, lagu apa yang kita dengar, film apa yang sangat ingin kita tonton, ke mana kita akan pergi, di mana kita sedang berada, pendapat kita terhadap sebuah fenomena, game apa yang sedang kita mainkan, dengan siapa kita sedang menjalin hubungan, dan masih banyak lagi, semua itu terpampang di akun-akun socmed yang kita punya. Iya apa iya? :D

28 Agu 2014

Sepatu

Beberapa hari yang lalu saya membeli sepatu baru. Warnanya cokelat muda. Nyaman di kaki. Paling tidak itu yang saya rasakan ketika mencoba sepatu itu di toko. Ketika pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih si sepatu cokelat muda ini dari sekian banyak pilihan sepatu yang ada.

Beberapa hari kemudian saya memakai sepatu itu ke kampus. Awalnya saya berjalan dengan nyaman. Tapi lama-lama kaki saya mulai terasa sakit. Kulit kaki di bagian belakang saya terkelupas karena bergesekan dengan sepatu. Saya mencopot sepatu tersebut, lalu memperhatikan bagian belakangnya dengan seksama.

Setiap kali memakai sepatu baru, kaki saya terluka di bagian yang sama. Inilah sebabnya mengapa saya tidak bisa menjadi 'pemburu sepatu' seperti perempuan lainnya, yang bahkan bisa punya koleksi sepatu satu lemari. Karena setiap memakai sepatu baru, kaki saya harus beradaptasi lagi. Proses adaptasi yang menyakitkan dan menimbulkan luka.

23 Agu 2014

52 Hal yang Dapat Membuat Sedih


  1. Dicuekin.
  2. Sms gak dibales.
  3. Bbm gak cepet di-read.
  4. Atau di-read doang. tapi gak dibales.
  5. Parahnya lagi kalau doi gak mau bagi pin :(
  6. Whatsapp gak cepet dibales.
  7. Telpon gak cepet diangkat.
  8. Dan indikasi-indikasi dicuekin yang lainnya selain pada poin-poin no. 2 sampai 7.
  9. Kalau makan gak pake kerupuk.
  10. Atau toko yang jual kerupuk tutup :(
  11. Buntu sama skripsi.
  12. Bingung sama skripsi.
  13. Tiap kali inget revisian skripsi.
  14. Oke stop jangan bahas skripsi :(
  15. Mau konsul tapi antri. Urutan ke 12 pula.
  16. Trus dosennya belum dateng.
  17. Dosen dateng tapi mau nguji kompre jadi gak buka konsul.

19 Agu 2014

Nyanyian Rindu

Hujan. Pondok bambu. Sebuah lagu berjudul nyanyian rindu.

Hening melingkup udara di antara kita. Hanya bunyi tetesan air hujan yang terdengar di luar sana.

Kau memantik api pada sebatang rokok yang terselip di jarimu. Sedangkan aku sibuk dengan menggeser-geser layar ponsel yang sedang kugenggam. Secangkir kopi panas ada di hadapanmu. Dan aku dengan minuman favoritku, apalagi kalau bukan teh susu.

Nyanyian rindu. Lagu yang kau putar waktu itu. Lagu rindu paling romantis di dunia katamu. Aku tertawa mengejek. Seleramu tua, begitu ucapku. Namun mau tidak mau aku ikut mendengarkan lagu itu. Dan tanpa kau tau, sejak itu Nyanyian Rindu masuk ke dalam daftar lagu kesukaanku.

Bila saja kau ada di sampingku
Sama-sama arungi danau biru
Bila malam mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah

17 Agu 2014

Terima Kasih

Untukmu, tempatku menitip hati.

Tuhan memberi segala sesuatu sesuai dengan takarannya. Kamu percaya itu kan? Begitu pun denganku. Apapun yang kita miliki saat ini sebenarnya sudah cukup. Namun kita, manusia, memang tidak pernah puas dengan apa yang kita punya. Kita selalu meminta lebih. Bahkan tidak jarang kita menginginkan apa yang orang lain miliki, tanpa sadar bahwa takaran kita dan mereka berbeda.

Tapi darimu aku belajar mengenal kata ‘cukup’. Belajar merasa 'cukup'. Cukup dengan bisa mendengar cerita-ceritamu. Cukup dengan bisa membagi rahasiaku padamu. Cukup dengan kamu yang mencariku ketika kamu butuh bicara. Cukup dengan aku menjadi seseorang yang bisa kamu percaya.

Lalu kita juga sudah sepakat bahwa hal tersulit untuk dilakukan di dunia ini adalah bersyukur. Be grateful. Mencintai dan menghargai apa yang kita miliki, sebelum Tuhan menguji kita dengan perihnya rasa kehilangan. Harus aku akui kadang sulit (atau lupa) untuk aku bersyukur dengan apa yang aku punya sekarang, yaitu kamu. Mungkin kamu pun begitu. Terutama ketika aku, atau kita, sedang melihat kekurangan satu sama lain. Ketika kita merasa ada banyak hal yang seharusnya begini ataupun begitu. Memang tidak ada habisnya kalau kita melihat dari sisi yang "kurang" karena kita manusia.

31 Jul 2014

Semoga

Suatu hari kaki-kaki kami menjejak butir pasir di sana. Aku dan dia. Ketika tangannya menggenggam sebuah botol, sedangkan tanganku mencengkram dua gulungan kertas.

Kertas itu berisi coretan-coretan kami tentang mimpi. Kertas itu penuh dengan impian dan harapan. Ditulis dengan tangan, diiringi dengan doa yang diucap dalam hati.

Ia menggulung kertas-kertas itu sebelum memasukkannya ke dalam botol.

“Apa nama ritual ini?” tanyaku.

Ritual memberitahu impian pada semesta, begitu jawabnya.

Lalu ia melempar botol itu pada laut yang terbentang. Dalam sekejap ombak pun menelannya. Botol berenang timbul tenggelam. Dua gulung kertas yang tadi kami tulis kini telah memiliki rumah.

“Untuk apa?” aku bertanya lagi.

6 Jul 2014

Kebebasan yang Kebablasan

Situasi politik negeri kita belakangan ini sangat mengerikan. Ada dua kubu yang sedang bersaing memperebutkan kekuasaan. Berbagai macam cara dilakukan, mulai dari berorasi mengenai visi dan misi, sampai menjelek-jelekkan lawan secara terang-terangan. Ironis sekali.

Mereka bilang kita negara demokrasi. Rakyat bebas bersuara dan mengeluarkan opini. Alhasil banyak surat terbuka yang beredar di dunia maya. Balas-membalas pula.

Tapi sepertinya makna kata ‘bebas’ telah di-salah-arti-kan. Bagi saya bebas bukan berarti hilang kendali sama sekali. Ibarat layangan yang diterbangkan, harus tetap ada benang yang mengikatnya di bumi.

Bebas yang berbatas.

Sebab tanpa batas, kita akan hilang dan tenggelam. Melupakan apa yang menjadi tujuan awal.

23 Jun 2014

23

dua puluh tiga juni datang lagi.
tahun ini semua berjalan lancar kecuali urusan skripsi.
orang tua yang senantiasa mendampingi.
teman-teman terbaik yang selalu di sisi.
dan lelaki yang sudah lima bulan mengisi relung hati.

terima kasih untuk semua yang telah Kau berikan, Tuhan.

doa tahun ini ada tiga.
mama papa sehat selalu.
segera meraih gelar sarjana.
satu persatu mimpi menjadi nyata.

selamat ulang tahun, raudha.
dewasalah,
bahagia selamanya.
:)

13 Jun 2014

Pesan Semangat

Mut, bangun dong Mut!

“Masih subuh, Tal. Udah berisik aja.”

Ini udah siang kali. Liat deh jendela udah dibuka. Si Bos udah pergi.

“Eh iya ya udah siang. Dan si Bos selalu membiarkan aku berantakan seperti ini setiap hari. Hmph.”

Kamu tau sendiri Bos kita orangnya kayak gimana. Bangun telat dan selalu buru-buru berangkat ke kampus.

“Semalem dia begadang lagi?”

Iya. Sampe jam 3 masih ngadep laptop. Kadang aku kasihan ngeliat si Bos.

“Hmm..sesuai dugaanku. Liat aja kasur yang penuh dengan buku dan kertas-kertas.”

Kayaknya bikin skripsi itu ribet banget yak.

“Resiko jadi mahasiswa.”

8 Jun 2014

Sunset: Behind The Story

“Makasih ya sunsetnya.”

“Kenapa bilang makasih?”

“Karena menurutku sunset itu hadiah.”

“Kenapa?”

“Tiap kali melihat sunset, aku seperti mendengar ada yang berkata, "Selamat, kamu sudah melakukan yang terbaik untuk hari ini, dan sunset adalah hadiah untukmu.”

***

Aku tersenyum mendengar apa yang ia katakan saat itu. Saat aku mengajaknya melihat sunset dari atas bukit di belakang rumah kami, di mana kiri dan kanan jalan setapak yang kami lewati tumbuh ilalang-ilalang tinggi.

Semburat jingga yang dipancarkan oleh senja kala itu menemani langkah kakiku dan dia. Menjadi saksi dari jari-jari kami yang saling menggenggam. Erat.

Banyak hal yang kami bicarakan selama perjalanan. Mulai dari yang tidak penting untuk diperdebatkan, seperti kenapa senja itu berwarna jingga, sampai dengan bercerita tentang mimpi.

24 Mei 2014

(Akhir) Cerita Cinta

Seharusnya aku mendengar lagu Glenn yang berjudul 'Akhir Cerita Cinta' ini beberapa bulan yang lalu. Namun sayangnya aku tidak sempat, karena aku terlalu sibuk mengumpulkan kekuatan dengan bercerita pada sahabat-sahabat terdekat. Bercerita tentang apa yang kurasakan. Berharap dengan bercerita, aku bisa menjadi sedikit lega.

Tapi saat ini, ketika matahari di luar sana mungkin sedang membentuk garis vertikal dengan bumi, ketika angin menimbulkan suara gemerisik daun yang bergesekan, petikan gitar yang mengiringi lagu tersebut sedang mengalun di telingaku. Tidak ada kata terlambat, itu yang selalu kupercaya.

Inikah akhir cerita cinta yang selalu aku banggakan di depan mereka

Dulu seseorang pernah mengingatkanku, bahwa aku harus lebih berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Karena apapun pilihan yang aku ambil akan mengubah jalan hidupku. Semuanya tak kan lagi sama, begitu katanya. Dan sekarang aku benar-benar merasa bahwa setiap langkah yang ada akan menuju pada akhir yang berbeda.

22 Mei 2014

Melakukan Hal-Hal Baik

Susah ya untuk jadi orang baik?

Lebih tepatnya lagi, susah untuk melakukan hal-hal baik.

Padahal melakukan hal baik itu semudah membalikkan telapak tangan. Mudah sekali. Sungguh.

Contohnya, membuang sampah pada tempatnya. Menyingkirkan paku yang kita temukan di jalan. Mendengarkan orang yang sedang bicara dengan seksama. Menanyakan kabar orang tua yang sedang jauh dari kita. Membantu teman yang ingin melakukan surprise ulang tahun untuk sang pacar. Tersenyum saat berpapasan dengan adik kosan yang tidak terlalu dikenal. Mengucapkan terima kasih pada waitress yang mengantar makanan. Mengucapkan ‘hati-hati di jalan’ kepada teman yang akan berpergian. Tidak menyetel musik terlalu keras saat tengah malam. Dan masih banyak hal-hal baik yang sebenarnya bisa kita lakukan dengan mudah.

Iya, saya paham kalau kata ‘mudah’ itu sifatnya relatif. Maknanya berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Tapi kita tetap bisa belajar melakukan hal-hal baik dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Saya percaya, selama keinginan untuk berbuat baik itu ada, maka tidak akan ada yang namanya ‘kesulitan’.

21 Mei 2014

Mari Skripsi, Ayo Ndang Rabi

"Skripsimu tentang apa?"

"Budaya konsumerisme pada novel."

"Wah, keren! Temanya kamu banget."

*cuma bisa senyum miris*

Udah lebih dari 10 orang memberi komentar yang sama. Mereka bilang saya beruntung karena mengangkat tema untuk skripsi yang tidak jauh dari 'dunia' saya dan lebih beruntungnya lagi dosen pembimbing menyetujui ide tersebut. "Kan enak kalau mengerjakan sesuatu yang kita suka." bunyi komentar lainnya yang lagi-lagi hanya bisa membuat saya menghela nafas panjang.

Novelnya sih emang 'gue banget'. Tapi teori stratifikasi sosial oleh Karl Marx, konsep Distinction yang dirumuskan oleh Bourdieu, teori Hegemoni dari Antonio Gramsci, atau Critical Discourse Analysis model Teun Van Djik itu yang nggak 'gue banget'! Bahkan saya harus menahan diri untuk tidak menjedutkan kepala ke dinding agar bisa melafalkan nama-nama ilmuwan itu dengan baik dan benar.

19 Mei 2014

Perjalanan Mencari Jejak yang Hilang

”Pulangnya agak malem gak apa-apa ya? Sekalian nunggu MU main,” kata Raka sesaat kami selesai makan di sebuah warung sate pinggir jalan.

“Trus kita mau ke mana?” sahutku sambil melirik jam di pergelangan tangan yang masih menunjukkan pukul 10 malam.

Jawaban ‘muter-muter dulu aja deh’ dari Raka pada akhirnya berujung di depan pagar kosku. Kami duduk di trotoar di bawah sinar lampu jalan, lalu aku menyandarkan kepalaku di bahunya.

“Kita nabung yok buat backpacker-an ke Inggris,” ucap Raka tiba-tiba.

“Kenapa kamu mau ke Inggris?” sebenarnya aku sudah bisa menebak apa jawabannya.

“Mau ke Old Trafford, nonton MU secara langsung,” ia tersenyum. Senyum yang membuat matanya menyipit seperti bulan sabit. Raka memang sangat antusias kalau sudah membicarakan klub sepakbola kesayangannya yang satu itu.

“Udah? Itu aja?” tanyaku lagi.

14 Mei 2014

KOMPAS: 8 years old


Berdirinya Kompas berawal dari obrolan beberapa orang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi di bawah tandon air di sebelah GKB (Gedung Kuliah Bersama) pada tanggal 13 Mei 2006. Jadi ceritanya mereka jenuh dengan kegiatan kuliah dan pengen naik gunung. Dari sana tercetuslah ide untuk membentuk sebuah LSO (Lembaga Semi Otonom) di FISIP yang dulunya masih bernama PIS (Program Ilmu Sosial) yang diberi nama KOMPAS (Komunitas Pecinta Alam). Dari tahun ke tahun banyak perubahan yang terjadi, pengembangan lebih tepatnya, salah satunya adalah nama KOMPAS yang kini menjadi KOMPAS Outdoor Activity and Environmental Studies. Karena kami hidup di lingkungan FISIP, tentu saja kami harus mendedikasikan organisasi ini untuk masyarakat, melalui proker-proker berbau Pengmas (Pengabdian Masyarakat).

11 Mei 2014

Loving Him Was Red

Aku percaya bahwa lagu tidak ubahnya seperti lorong waktu. Bagaimana tidak, dengan lagu kita bisa kembali ke masa lalu. Seperti halnya lagu milik Ran dengan judul Selamat Pagi yang mengingatkanku pada hari pertama SNMPTN empat tahun yang lalu. Lagu yang menjadi moodbooster-ku, lagu yang kuharap dapat meredakan nervous yang sedang kurasakan saat itu. Sebait liriknya yang berbunyi, “Dan kini kusiap tuk jalani hari ini..” ibarat mantra untuk mensugesti diri bahwa aku akan mengerjakan soal-soal ujian dengan lancar.

Selain itu, lagu juga dapat membawa kita mengingat lagi perasaan-perasaan tertentu. Seperti halnya lagu Jar of Heart yang dinyanyikan oleh Christina Perri, lagu galau maksimal yang sering kudengarkan beberapa bulan yang lalu ketika sedang patah hati. Tapi lama-lama lagu itu menjadi sedikit f*cking sh*t karena ia seperti ‘lagu wajib’ yang selalu diputar di kafe-kafe yang biasanya kudatangi untuk menyesap secangkir kopi. Mood yang awalnya baik-baik saja (karena lagi nongkrong sama teman-teman) bisa hancur seketika. Bawaannya pengen cepet pulang supaya bisa galau bareng guling di kamar.

Dari sekian banyak penyanyi di muka bumi, Taylor Swift adalah salah satu penyanyi favoritku. “You Belong With Me” merupakan lagu pertama yang membuatku menyukai suara penyanyi cantik berambut pirang ini. Walaupun tidak semua lagunya kusuka, at least aku selalu mendengarkan lagu-lagu yang baru saja ia release.

And in my future, Taylor Swift’s song that I’m listening now will always remind me about him, about how I fall in love with him

7 Mei 2014

[Bukan Review] - Ted


Ted, John, dan Lori
Beberapa hari yang lalu saya nonton sebuah film berjudul Ted. Yap, Ted alias Teddy Bear.

Btw, film ini saya tonton atas rekomendasi dari salah satu teman yang heboh cerita betapa lucunya si Ted (boneka Teddy Bear) di film tersebut.

Ted bercerita tentang persahabatan seorang anak manusia bernama John dan boneka Teddy Bear yang bisa bicara. Jadi ceritanya si John ini mendapat kado boneka Teddy Bear di malam natal. Sebenernya saya juga heran kenapa anak laki-laki dikasih kado boneka.

Namanya juga film, Rau!

Di malam natal tersebut, John membuat sebuah harapan. Harapan agar boneka Teddy Bear-nya dapat berbicara. Di film ini John diceritakan sebagai anak yang sering di-bully oleh teman-temannya. Tidak ada satupun yang mau bermain dengan John kecil. Boneka beruang yang ia beri nama Ted adalah satu-satunya ‘teman’ yang setia menemani.

2 Mei 2014

Sometimes Shit Happens

Semalam Rachel dan Raka berdebat tentang apa yang sebenarnya dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia. Aku membiarkan mereka berdua beradu pendapat. Sesekali aku ikut tertawa mendengar celetukan-celetukan konyol yang keluar dari bibir keduanya. Tapi aku lebih banyak memilih diam sambil memutar-mutar gelas kosong di atas meja.

Insomniaku malam ini dipersembahkan oleh….aku pun tidak tau. Hanya saja otakku seperti tidak bisa berhenti memikirkan ini dan itu. Sesekali aku meraih ponsel yang tergeletak di atas bantal, membalas pesan dari dia yang di sana mungkin juga sedang tidak bisa memejamkan mata.

Aku menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Apa yang sebenarnya kupikirkan?! Damn! Aku tidak bisa berhenti mengumpat.

Tiba-tiba air mataku menetes. Mulanya hanya jatuh satu persatu. Namun lama-lama semakin deras. Aku menangis tanpa suara.

22 Apr 2014

Ya Sudahlah


Selamat pagi!

Pagi ini saya bangun pagi tepat pukul tujuh dengan penuh semangat. Semangat menghidupkan laptop  lebih tepatnya. Kemudian saya memilih satu lagu yang selalu bisa jadi moodbooster, lagu yang selalu bisa jadi penyemangat saya.

Penyemangat kok lagu sih, Rau? *abaikan kalimat ini*

Ketika mimpimu yang begitu indah tak pernah terwujud
Ya sudahlah..

Siapa yang gak kenal sama Bondan Prakoso yang ganteng itu? Siapa juga yang gak kenal sama lagunya yang berjudul "Ya Sudahlah" yang pernah nge-hits (kalau gak salah) di tahun 2010 itu? Kalau ada yang gak pernah kenal dan gak pernah dengar, mungkin orang tersebut lahir di planet Pluto.

17 Apr 2014

[Bukan Review] - The Raid 2: Berandal


pic source
Jadi ceritanya pagi ini saya bangun dengan perut keroncongan karena tadi malem setelah nonton The Raid 2: Berandal, saya udah gak napsu makan.

The Raid 2: Berandal ini adalah film sadis pertama yang saya tonton (karena saya gak nonton yang pertama tentu saja). Gimana gak sadis, di awal film penonton langsung disuguhkan adegan penembakan di kepala. DOR. Percikan darah membasahi kamera. Ouch, perut saya langsung mules.

Tidak sampai disitu, satu persatu adegan sadis bermunculan, bahkan sampai filmnya habis. Mematahkan tangan atau kaki, gorok leher pake cutter, mecahin kepala pake tongkat besi, nyongkel mata pake martil, dan banyak lagi. Pemandangan darah yang mengalir kemana-mana udah menjadi pemandangan biasa dalam film ini.

Selama kurang lebih 2,5 jam film ini saya kebanyakan nutup mata sih. Gak sanggup ngeliat adegan congkel-mencongkel kayak gitu.

14 Apr 2014

It's My Hoby, Not Yours!

pic source

“Iya nih, capek banget abis RKK (baca: Rapat Komite Kredit). Gue harus motret malam ini Rul, kalo gak gue bisa gila,” kata Keara.

Itu adalah sepenggal dialog antara Keara dan Ruly pada novel kesayangan saya, Antologi Rasa.

Dan malam ini sepertinya saya mengalami apa yang dirasakan Keara, karena ketika saya sudah berada di dalam selimut dan memejamkan mata, sialnya pikiran saya masih terbang kemana-mana. Satu jam yang sia-sia karena saya tidak kunjung ‘pingsan’ juga.

“Saya harus nulis malam ini, kalo gak saya bisa gila,”

***

11 Apr 2014

The Journeys 3: Yang Melangkah dan Menemukan

pic source
The Journeys 3 adalah buku bertema traveling ketiga, setelah Travel(love)ing dan Singgah, yang saya punya. Deretan nama penulis yang terpajang di sampul membuat tekad untuk membeli semakin mantap karena ada nama penulis favorit saya, Windy Ariestanty, di sana. Selain itu, sinopsis pada halaman belakangnya membuat saya tidak lagi berpikir panjang untuk segera membawa buku itu pulang.

Batas akan tetap menjadi batas, saat tak ada yang benar-benar berani menyebranginya. Seperti halnya kita menamai utara sebagai utara, karena tak ada yang pernah bertanya kenapa.

Jarak akan tetap menjadi jarak, saat tak ada yang memulai langkah untuk menyudahinya. Kita hanya menduga-gua, sebelah langit mana yang berwarna lebih merah.

Dan, perjalanan hanya akan menjadi perjalanan, saat tak ada yang sudi menceritakan kisah yang menyertanya.

Maka, temuilah, lewati batas, tuntaskan jarak. Ceritakan, setidaknya kepada diri sendiri, tentang jawaban yang kita temui.

9 Apr 2014

Bapak Pengemudi Mobil Biru

Sore itu mendung menggelantung kelabu. Mobil biru yang kutumpangi terus melaju membelah kerumunan kendaraan sepanjang jalan. Sesekali terdengar bunyi ban berdecit karena pedal rem yang diinjak tiba-tiba oleh bapak pengemudi guna menaikkan penumpang di pinggir jalan yang sudah melambai-lambaikan tangan.

Kemudian salah satu penumpang pria di mobil biru ini turun di sudut perempatan. Ia memberi selembar uang lima puluh ribu kepada bapak pengemudi, yang tentu saja membuat si bapak menggerutu karena tidak memiliki uang kembalian. Untuk ongkos seharga tiga ribu, si bapak tidak bisa mengeluarkan uang receh sejumlah empat puluh tujuh ribu. Pria itu akhirnya terpaksa meminjam uang dari penumpang lain yang turun di tempat yang sama.

Mobil biru berjalan kembali. Mendahului satu persatu kendaraan di kanan kiri. Penumpang lainnya, yang kali ini wanita, kembali meminta bapak pengemudi untuk menepi. Dan lagi-lagi perdebatan terjadi. Bapak pengemudi geram kepada wanita itu karena memberi uang menggunakan tangan kiri. Sekilas aku melirik tangan kanan wanita itu, ternyata sedang menjinjing sebuah ransel ungu.

25 Mar 2014

Memungut Semangat


Tiada masa paling indah..masa-masa di sekolah..tiada kisah paling indah..kisah kasih di sekolah..

Sepotong bait lagu di atas sepertinya perlu direvisi ya. Karena menurut saya, masa-masa kuliah tidak kalah indah. Begitu juga dengan kisa kasih di bangku kuliah untuk yang punya pacar.

Siapa yang kangen kuliah?

*tunjuk tangan*

Dan saya yakin, mereka yang tunjuk tangan pasti cuma mereka yang udah lulus dan mereka yang lagi memperjuangkan skripsi.

Dulu waktu masih semester enam ke bawah, saya sering iri melihat mahasiswa-mahasiswa semester atas yang udah gak ada kuliah. Iri ngeliat mereka yang (hanya) ke kampus untuk konsul ke dosen. Iri sama mereka yang gak lagi dibombardir tugas-tugas yang berslogan ‘mati satu tumbuh seribu’. Iri sama mereka yang sedang menyusun skripsi, yang berarti selangkah lebih dekat pada apa yang namanya wisuda.

24 Mar 2014

[Imaginary] Women's Random Conversation


Eh kok kayaknya Nia gak bahagia ya setelah nikah?

“Hah? Tau dari mana?”

Ya liat aja mukanya di kamera gak pernah senyum. Apalagi kalau ada suaminya.

“Kalau menurutku sih dia bahagia. Wong tidurnya udah di tumpukan duit,”

Kalo masalah duit sih bisa dibilang kebahagiaan lahir. Kebahagiaan batinnya gimana? Padahal Nia udah berasal dari keluarga yang tajir. Logikanya, dia gak harus merid sama yang tajir juga untuk bisa ‘makan’. bener kan?

“Untuk mereka yang berdarah ningrat, status itu perlu kali. Untuk menjaga supaya darahnya tetap sama-sama ningrat, gak kecampur sama darah rakyat jelata. Istilahnya itu menjaga martabat keluarga”

19 Mar 2014

Selamat Ulang Tahun Angkatan 5 (Part 2)


Mungkin ada yang bertanya-tanya di dalam hatinya, “kenapa segitu ingatnya sama diklatsar satu, sampai hafal tanggalnya, sampai dirayakan segala?”

Jadi, begini sejarahnya.

17 Maret 2012, saya dan beberapa teman angkatan lima (lupa siapa aja) lagi ngumpul di sekber. Kalau tidak salah, waktu itu kami sedang persiapan untuk gathering calon anggota baru angkatan VI. Nah, kebetulan Septa lagi buka laptop dan melihat foto-foto diklatsar angkatan kami. Di salah satu foto tersebut ternyata tertera tanggal di pojok kiri bawah.

Waktu itulah kami (yang di sekber) ingat tanggal diklatsar satu angkatan lima. Lalu Septa, sebagai humas, langsung menjarkom ke semua angkatan lima, mengucapkan selamat ulang tahun. Sekaligus memberi semangat kepada teman-teman dalam rangka menjalankan proker pertama di kepengurusan angkatan kami, yaitu diklatsar satu angkatan enam.

17 Mar 2014

Selamat Ulang Tahun Angkatan 5 (Part 1)


March 17th is a memorable day for me. Bahkan sampai saat ini, setelah tiga tahun berlalu, aku masih mengingat masa-masa ketika (kita) menjalani diklatsar satu dulu.

Terlahir sebagai angkatan lima di Kompas adalah suatu hal yang selalu kusyukuri sampai saat ini. Ada banyak alasan yang membuatku tidak pernah menyesal mengenal mereka, menjadi bagian dari mereka, melewati masa kuliah dari semester 2 sampai semester 5 bersama mereka.

Mungkin salah satu alasannya adalah karena setiap bersama mereka, waktu tidak lagi berjalan, melainkan seperti terbang. Setiap harinya tidak terasa membosankan. Selalu ada kejadian konyol yang menjadi cerita tak terlupakan. Bersama mereka rasanya tiada hari tanpa canda dan tawa.

17 maret tahun lalu, ada sedikit tulisan tentang ulang tahun kami yang juga aku post di sini. Tahun lalu kami sempat mengadakan perayaan kecil-kecilan. Tapi untuk tahun ini sepertinya tidak ada perayaan apa-apa. Hanya akan ada sedikit catatan dariku tentang mereka.

8 Mar 2014

Raja Tanpa Mahkota


Program #30HariMenulisSuratCinta sudah berakhir sejak seminggu yang lalu, tapi aku masih ingin terus menulis surat untukmu.

Kamu tau alasannya apa?

Mungkin karena aku yang belum berhenti mencintaimu. Iya, gombalanku sungguh basi sekali. Semoga kamu memaklumi.

Selama kamu masih mengisi hari-hariku yang membosankan ini, tolong ijinkan aku untuk tetap menulis semua tentangmu di sini, wahai Raja Tanpa Mahkota.

Kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku memberikan julukan “Raja Tanpa Mahkota” padamu. Sebenarnya aku menemukan istilah itu pada sebuah blog yang pernah kukunjungi. Entah kenapa istilah itu mengingatkanku pada sosokmu sejak pertama kali aku membacanya.

2 Mar 2014

Day 30: Untukku

Dear me,

Bagaimana kabarmu hari ini? Percaya atau tidak, aku selalu berdoa supaya kamu selalu memiliki alasan untuk tersenyum, tertawa, dan bahagia setiap hari.

Sejatinya kita semua harus mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain, kan? Oleh karena itu di hari terakhir proyek #30HariMenulisSuratCinta ini aku memutuskan menulis surat untukmu, salah satu penghuni bumi yang kusayangi. Melalui surat ini aku ingin mengingatkanmu untuk selalu kuat dan berani.

Aku tau kalau beberapa waktu belakangan ini ada setumpuk hal yang kamu pikirkan. Hal-hal yang membuatmu ingin melepas kepala untuk sementara waktu. Sabar ya, ini memang resiko yang harus kamu terima ketika sudah dewasa.

1 Mar 2014

Day 29: Empat Tahun Bersama

Teruntuk kamu yang bernama lengkap Jari Menari, namun lebih sering kupanggil Bloggy.

Ini tahun keempat kamu menemaniku. Menjadi ruang bermain antara diriku dan kumpulan aksara. Menjadi tempatku bercerita tentang apa saja. Menjadi samudra di mana aku bisa tenggelam untuk beberapa lama. Menjadi saksi bisu dari segala kegelisahan, kesedihan, ataupun kebahagiaan yang kurasakan.

Lebih dari itu, kamu ibarat lemari pembeku.

Daya ingatku memang tidak cukup baik untuk mengingat banyak hal. Untuk itu aku butuh sebuah tempat guna menyimpan kenangan, yaitu kamu.

Mungkin aku menganut prinsip yang sama seperti apa yang pernah dikatakan oleh salah satu penulis favoritku Windy Ariestanty, “I write down a lot of things because I want to prolong my memories,"

28 Feb 2014

Day 28: Perahu Kertas


Untukmu,

Beberapa hari yang lalu aku mengirim surat kaleng padamu. Surat yang mungkin tidak akan pernah kamu baca karena aku mengirimnya ke sebuah tempat rahasia. Tapi tidak apa-apa, paling tidak aku sudah menuliskan apa yang tidak bisa kukatakan.

Tidakkah kamu penasaran pada apa yang telah kugoreskan? Tidakkah kamu ingin tau apa yang sedang kupikirkan? Kalau kamu bisa, coba temukan di mana surat itu berada.

Namun jika kamu tidak bisa menemukannya, anggap saja surat itu sudah berenang bebas di laut lepas. Tenang saja, tentu aku sudah terlebih dahulu mengubah bentuknya menjadi perahu kertas.

26 Feb 2014

Day 27: Permintaan Tanpa Syarat


Aku adalah gadis kecilmu yang dulu sering kau taruh di pundakmu.

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu tiap kali menangis, maka kau akan berkata, “Jangan nangis, gak ada orang yang jual air mata. Nanti kalau air matanya habis gimana?”

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu merengek minta sepeda padahal sama sekali tidak bisa naik sepeda. Namun pada akhirnya kau tetap membelikanku sepeda dengan tambahan dua roda kecil di belakang. Sepeda yang kemudian kutuntun sepanjang perjalanan pulang.

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu minta dibelikan meja belajar. Tapi untuk mendapatkannya, kau memberiku syarat, harus masuk tiga besar dalam peringkat. Kau mengajarkanku bahwa untuk mendapatkan sesuatu, aku harus berjuang terlebih dahulu.

Day 26: Dua Lelaki Villager Kesayangan


Teruntuk dua lelaki villager kesayangan,

Pertama, villager dari Kalimantan, atas nama Mas Dyan Nara

Hallo mas Dyan! Aku kabulkan permintaanmu untuk dibuatkan surat. Tapi sayangnya ini bukan surat cinta, melainkan surat protes.

Mas, kamu gak bisa ya sekali-sekali on time gitu? Keterlambatanmu gak bisa ditoleransi. Hampir satu jam bahkan bisa lebih -_-

Ingat waktu kemaren kita mau ke Batu, kamu nyuruh aku nunggu di GKB? Kamu bilang udah sampe Suhat, tapi udah setengah jam aku nunggu, aku sampe digigitin nyamuk, kamu belum nyampe juga. Itu Suhat negara mana yang kamu maksud? -_-

Bener kata Ayu, aku bego banget kalau mau percaya sama janji kamu untuk gak telat. Aku udah sering bilang ya Mas, kalau kamu itu pacarku, udah aku putusin dari dulu! Huh!

25 Feb 2014

Day 25: Kepada Pemilik Catatan Kehidupan


Sebelumnya aku ingin memberitahu bahwa surat ini tidak akan panjang. Isinya hanya tentang bagaimana aku menyukai kejujuran dalam setiap huruf yang kamu sandingkan.

Awalnya seorang teman memperkenalkanmu, lebih tepatnya akun twittermu, padaku. Dia bilang kalau tweet-mu bagus-bagus. Kemudian aku mulai stalking timeline-mu, dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh temanku.

Tweet-tweetmu itu adakalanya membuatku tersipu.

Dari timelinemu akhirnya aku tau kalau kamu juga ikut serta pada program #30HariMenulisSuratCinta. Tanpa pikir panjang aku langsung membaca surat yang kamu kirim hari itu. Aku mengunjungi rumahmu yang berisi kumpulan kata, yang kamu beri nama Catatan Kehidupan.

24 Feb 2014

Day 24: Malaikat Tanpa Sayap


Untuk malaikat tanpa sayap yang biasa kupanggil mama,

Betapa waktu telah mengubahmu sedemikian rupa. Rambutmu mulai memutih. Kerut di wajahmu bertambah setiap hari. Kakimu sering sakit kalau sudah terlalu lama berdiri. Tekanan darahmu terkadang tidak stabil, entah karena makanan atau karena pikiran. Kadar gula dalam darah pun tidak jauh beda.

Ma, maaf kalau belakangan ini aku sering marah.

Aku marah kalau mama terlalu lama belanja di pasar. Bukan karena aku lelah mengikuti mama, bukan karena aku bosan menunggu mama melakukan tawar menawar dengan pedagang ikan. Hanya saja aku khawatir kaki mama sakit lagi karena terlalu lama berjalan.

23 Feb 2014

Day 23: Dear My (Future) Husband


Dear My (Future) Husband,

Kalau ditanya tentang apa yang paling membuatku penasaran di dunia ini, jawabannya adalah kamu.

Aku penasaran bagaimana wajahmu, setebal apa alismu, seteduh apa tatapanmu, sehangat apa genggamanmu, senyaman apa dekapanmu, selembut apa kecupanmu, dan bagaimana rasanya bersandar di bahumu. Aku penasaran sebanyak apa kesabaran yang kamu punya untuk menghadapiku.

Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti melihatmu menjabat tangan ayah untuk mengucapkan ijab kabul atas namaku, ketika suatu hari nanti aku berbagi ranjang denganmu, ketika suatu hari nanti aku mengandung dan melahirkan buah hatimu. Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti identitasku secara personal luntur, terganti dengan identitas baru, sebagai istri serta ibu dari putra-putrimu.

22 Feb 2014

Day 22: Sudah Besar Mau Jadi Apa?


Hallo adik-adik di bawah langit desa Donowarih. Apa kabar kalian sekarang? Masihkah kalian menggenggam mimpi yang pernah kalian ceritakan?

Tidak akan pudar dari ingatanku bagaimana waktu kalian menjawab dengan sangat antusias ketika kutanya tentang cita-cita. Kalian berebut menjawab dengan suara lantang bernada keyakinan. Walaupun ada juga beberapa dari kalian yang menjawab dengan malu-malu, namun aku tetap melihat bahwa api semangat itu ada.

Seandainya kalian tau betapa irinya aku saat itu. Aku iri pada kalian yang bisa bermimpi. Presiden, tentara, polisi, pemain sepak bola, dokter, guru, pramugari, astronot, pilot, kalian bebas menyebutkan semua yang kalian mau. Karena bagiku, berani bermimpi itu hebat. Paling tidak kalian punya keinginan, kalian hidup dengan tujuan.

21 Feb 2014

Day 21: Perihal Mimpi

Kepadamu,

Surat ini kutulis di tengah-tengah kepalaku sedang pusing memikirkan fenomena komunikasi apa yang ada pada tema skirpsiku. Kamu mungkin heran kenapa aku masih sempat-sempatnya memikirkanmu. Semoga saja dengan begitu kamu tau bahwa kamu istimewa bagiku.

Saat ini aku sedang duduk di perpustakaan. Di luar sana langit sedang menumpahkan airnya yang begitu deras. Sesekali gemuruh petir dan kilat pun saling bersahutan. Di sebelah kiriku ada jendela besar yang menyajikan pemandangan halaman gedung rektorat yang mulai banjir. Di sebelah kananku ada dua mahasiswa berkacamata yang asik dengan laptop dan buku diktat. Di depanku ada seorang teman yang sedang memainkan ponsel pintarnya, ia tampak sudah bosan membaca buku metode penelitian yang tergeletak di atas meja.

Ehm, aku juga tidak tau kenapa aku harus memberitahumu dengan detail tentang suasana di mana aku sedang berada. Aku hanya ingin menuliskannya saja. Walaupun mungkin kamu juga tidak mau tau. Tidak, aku sama sekali tidak ingin memberi kesan bahwa keadaanku menyedihkan. Sungguh.

20 Feb 2014

Day 20: Don't Give Up On Me


Untuk kamu yang dalam seminggu ini terlalu sering bertengkar denganku,

Kamu tau, rasanya aku ingin mencatat hal-hal apa saja yang membuat kita bertengkar. Supaya kita tidak lagi bertengkar karena masalah yang sama, sebab itu membosankan. Tapi untungnya sampai hari ini penyebab pertengkaran itu selalu berbeda-beda. Akibatnya kini aku jadi suka menerka-nerka, “Selanjutnya bertengkar masalah apa lagi ya?”

Kamu tau, saat menulis surat ini aku sedang mendengarkan lagu Chrisye yang berjudul Seperti Yang Kau Pinta. Maafkan aku tak bisa memahami maksud amarahmu, membaca, dan mengerti isi hatimu, kurang lebih seperti itu lirik lagu di bait pertama. Aku banget ya?

Ada kalanya aku kesal denganmu yang seolah memaksaku untuk begini dan begitu. Tapi untungnya aku bukan sosok keras kepala. Aku tidak pernah menutup telinga. Karena aku memang lebih suka menjadi pendengar daripada pembicara. Lalu setelah kupikir-pikir lagi, semua penjelasan, semua yang kamu katakan, ada benarnya.

19 Feb 2014

Day 19: Buat Yayuk

Untuk,
Ayu Monica yang biasa dipanggil Yayuk.

Kalau mengingat jaman dulu, tepatnya jaman waktu pertama kali aku ketemu kamu di gathering calon anggota baru KOMPAS tahun 2011, rasanya aku kurang percaya kalau kamu yang dulu bisa menjadi kamu yang seperti sekarang.

Aku sebenernya udah agak lupa Yuk, yang aku ingat waktu itu adalah kukumu berwarna hitam. Entah itu cat kuku atau spidol *eh

Iya yuk, aku tau kalau kamu gak suka mengingat-ingat masa lalu, tapi ada kalanya nostalgia itu menyenangkan lho yuk. Paling gak, kita bisa melihat kembali seperti apa kita yang “dulu”, lalu bandingkan dengan kita yang sekarang, kita bisa tau sejauh mana perubahan yang udah kita lakukan.

18 Feb 2014

Day 18: Double Date Sama Mamang @dausgonia

Dear Mamang pos @dausgonia yang tiap hari sibuk ngirimin surat cinta.

Sebagai pembukaan surat, saya mau mengucapkan terima kasih banyak, karena di hari ke-18 bulan jatuh cinta ini Mamang masih jadi tukang pos keliling setia. Betapa bahagianya melihat traffic blog yang melonjak tinggi tiap kali Mamang me-retweet surat cinta saya. Terima kasih :’)

Selanjutnya kita langsung masuk ke isi surat ya.

Jadi begini Mang. Program #30HariMenulisSuratCinta sebentar lagi akan berakhir. Saya sedih tentu saja. Hari yang tersisa tidak sebanding dengan jumlah orang yang belum saya tulisi surat. Setelah program ini berakhir, saya juga gak punya alasan lagi buat mention Mamang, walaupun untuk sekadar protes karena surat saya gak di-retweet karena kelewat. Ah, saya pasti akan merindukan masa-masa seperti sekarang. Berlomba menulis surat dengan waktu, jangan sampai lewat dari batas pengiriman jam enam. Saya pasti rindu Mamang juga.

17 Feb 2014

Day 17: Hari Ini 17 Februari


Dulu seseorang pernah mengatakan bahwa kecewa dan marah itu berbeda. Dia bilang, kecewa akan lebih mengarah pada perasaan sedih, sedangkan marah hanya sebatas kekesalan pada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Saat itu aku paham, kata “sedih” kugaris bawahi, kujadikan kata kunci. Aku minta maaf karena sudah mengecewakannya, dan ternyata hal itu tidak bisa mengembalikan hubungan kami seperti semula.

Pengalaman di atas kujadikan semacam alarm setiap kali aku merasa kecewa –pada-siapa-saja. Agar aku tidak lupa bahwa ada kalanya aku juga akan mengecewakan orang lain.

Hari ini 17 Februari, terlalu banyak hal yang mengecewakan. Terlalu banyak hal yang terjadi di luar harapan. Kamu menjadi salah satu penyebabnya. Lalu, apakah kejadiannya akan sama? Bahwa caraku melihatmu akan berubah, tidak lagi seperti sedia kala. Bisa iya, bisa tidak, tak ada jaminan yang bisa kuberikan.