28 Apr 2016

Behind the Scene: Studying in English Class

I really envy with students nowadays. I think they are so lucky because they acquire education system which is better than what I got in couple years ago. One of the lucks is English learning given from kindergarten (or may be children in playgroup have been taught English too?).  While I remember, I got my first English lesson when I was 4th grade in elementary school. It was around 2001. So, what I did in kindergarten? I think I just drew or colored or cut the pictures. I even didn’t know letters or numbers yet.

Anyway, I can say that English is the only subject with stable grade that I’ve ever had. I always got 8 or 9 in my school report, and it happened until I was in senior high school. Of course it made me be confidence with my English. Moreover, I wanted to choose English Literature as my major in college. I wanted to register this major via PMDK (one of tracks to go to college which is based on school report). But at the end, because of some of reasons, I canceled it.


It’s kinda God has been written my future to not be separated with English language. Even though I canceled my plan to go to English Literature, and I chose major of Communication Science, but I didn’t know why I chose English class which means that all of the subjects will be delivered in English. I felt like I’m going to die when I knew this truth. Then I realized that I had made a mistake when I filled the online registration form. I chose the wrong class.

9 Apr 2016

Surat Balasan

Aku masih menunggu tukang pos datang. Dari pagi hingga petang. Aku senantiasa mengintip dari balik jendela. Berharap seorang pria paruh baya berseragam orange akan datang membawakanku sepucuk surat di tangan. Namun hingga matahari tenggelam yang kutunggu tak juga tiba. Ah, mungkin besok, begitu batinku menghibur diri. Menelan pahit kecewa karena harus menanti lebih lama.

Esok harinya, aku melakukan ritual serupa. Aku masih menunggu tukang pos datang. Dari pagi hingga petang. Aku senantiasa mengintip dari balik jendela. Berharap seorang pria paruh baya berseragam orange akan datang membawakanku sepucuk surat di tangan. Namun hingga matahari tenggelam yang kutunggu tak juga tiba. Mungkin kau baru sempat menulis surat balasan untukku hari ini, itulah caraku menyemangati diri sendiri. Tak kubiarkan sedikitpun keraguan datang menghadang.

Esok harinya, aku masih melakukan ritual yang serupa. Bahkan hingga ke hari ke dua puluh dua.

Aku mulai bosan menunggu. Aku mulai hilang akal, tentang apa yang sekiranya dapat menjadi alasan paling logis mengapa aku tidak juga menerima surat balasan darimu.

Di hari ke empat puluh lima, akhirnya aku putus asa. Tak mampu lagi ku bendung rasa kecewa. Semua janji yang kau ucapkan ternyata hanya bualan. Aku mengutuk kebodohanku sendiri yang dengan setia menunggu surat balasan untuk sekian lama. Surat yang mungkin sekalipun tidak pernah kau tuliskan.

5 Apr 2016

Pengalaman Operasi Si Gigi Bungsu

Akhirnyaaaaa gigi bungsu dicabut jugaaaaa! *salto*

Jadi ceritanya saya punya gigi bungsu, geraham bawah sebelah kanan, yang tumbuh tidak di jalur yang benar. Dia terpisah jauh dengan teman-temannya yang sudah tumbuh terlebih dulu. Nyempil di pojokan belakang dan ndusel ke dinding pipi. Saya yang punya ketebalan pipi di atas rata-rata manusia pada umumnya, tentu merasa sangat terganggu dengan si gigi bungsu yang nusuk-nusuk dinding pipi. Belum lagi karena tumbuhnya gak di gusi, jadilan separuh bagian atas gigi itu nabrak daging mulut lainnya. Intinya, si gigi bungsu ini sangat amat mengganggu.

Sebenarnya si gigi bungsu udah sakit sejak kuliah. Tapi saya tahan, saya kira nanti lama-lama dia bakal tumbuh lurus. Entah, saya masih berharap akan ada keajaiban yang membuat si bungsu ini normal seperti kakak-kakaknya. Tapi, beberapa waktu belakangan, si gigi bungsu semakin sering membuat daging di sekitarnya terluka. Puncaknya adalah ketika saya akan melaksanakan test TOEFL 2 minggu yang lalu. Ia beraksi di waktu yang tidak tepat. Sahabat saya Yayuk sampai harus nganterin saya ngacak-ngacak daerah Suhat buat nyari apotek, untuk beli painkiller, supaya saya bisa mengerjakan soal-soal TOEFL dengan tenang. Akhirnya sepulang dari Malang, saya membulatkan tekad bahwa saya harus ke dokter gigi.

Hanya dengan sekali lihat keadaan si gigi bungsu, Pak Dokter tanpa ragu-ragu menyarankan saya untuk operasi gigi. Menurutnya, tidak ada cara lain selain mencabut si gigi bungsu. Saya sendiri sebenarnya tidak kaget dengan hal itu, mengingat ia memang berada di tempat yang tidak semestinya. Saya pun setuju untuk operasi. Setelah mengatur jadwal, ditetapkanlah bahwa si gigi bungsu akan dieksekusi hari ini, jam 1 siang tadi.

3 Apr 2016

Susahnya Menjadi (dan Mencari) Pendengar yang Baik

Belakangan ini saya banyak dikecewakan teman-teman sendiri. Teman yang awalnya saya percaya sebagai tempat untuk berbagi cerita. Teman yang saya kira adalah sosok yang tepat untuk menceritakan seluruh kesedihan dan kesulitan yang saya alami. Tapi ternyata saya salah. Mungkin juga harapan saya pada mereka yang terlalu tinggi, jadi tidak heran kalau hanya berujung kecewa pada akhirnya.

Teman pertama, saya bercerita padanya tentang pengalaman saya mengikuti Leaderless Group Discussion. Saya bercerita bahwa saat sesi diskusi, ada satu istilah yang tidak saya mengerti, kemudian saya menanyakan arti istilah itu di forum. Kemudian, respon yang saya dengar adalah, "Ya paling gak kalau mau diskusi gitu jangan kosongan,". Perkataannya benar-benar membuat saya kecewa. Saya merasa dihakimi, dituduh pergi diskusi dengan otak kosong. Tanpa dia tau apa yang sudah saya persiapkan untuk mengikuti LGD itu.

Teman kedua, saya bercerita tentang keraguan saya untuk pergi ke jakarta guna mengikuti tes kerja. Saya menceritakan berbagai pertimbangan yang harus saya pikirkan sebelum pergi, tapi respon yang saya dapat kemudian adalah, "Kamu aja yang gak niat cari kerja di Jakarta,". Perkataan yang saya terima lagi-lagi mengecewakan. Saya dituduh "tidak niat" hanya karena saya tidak yakin untuk pergi. Seolah dia yang paling tau apa niat saya. Jugdement itu pun ia keluarkan tanpa mau tau sikon yang saya hadapi.

2 Apr 2016

Jarak

Sebagian orang mengartikan jarak sebagai hitungan matematis. Sekian meter, sekian kilometer, hingga sekian mil. Namun bagiku, jarak adalah sesuatu yang abstrak dan tak bisa diukur. Saat jarak ribuan mil tidak membuatku merasa jauh darimu, sedangkan bentangan 30 km menjadikan sosokmu (seolah) begitu jauh, saat itulah aku meyakini bahwa jarak tidak punya perhitungan yang konstan.

Aku merasa menjadi manusia terjahat sedunia setiap kali perasaan tidak senang karena kamu pulang itu muncul. Iya, aku sejahat itu, karena tidak senang setiap kali kamu di kelilingi keluarga, sahabat, dan teman-teman kesayanganmu. Karena saat itu adalah saat di mana kamu akan melupakanku. Jauh berbeda ketika kamu tengah jauh dari rumah, kamu akan rajin menghubungiku dan berbagi cerita mengenai apa saja.
Kamu, tentu saja mengingkari hal ini, dan berulang kali mengatakan bahwa itu cuma perasaanku saja, bahwa kamu tidak pernah melupakanku. Tapi, ini kenyataan yang tidak hanya sekali-dua kali ku alami. Kamu mungkin hanya tidak menyadarinya (atau tidak mau mengakuinya?).

Perasaan tidak senang -karena kamu pulang- yang kerap muncul itu membuatku mengumpat pada diri sendiri. Aku tau betul bahwa aku tidak seharusnya merasakan hal itu. Hanya saja, jarak yang tidak konstan ini benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa 30 km sialan itu mampu memisahkanmu begitu jauh dariku, membuatmu berada di luar jangkauanku.

Satu hal yang mungkin mampu menenangkanku adalah, bahwa kamu tidak sedang berada di tempat yang berbahaya. Tempat yang memaksamu untuk mempertaruhkan nyawa. Setidaknya cukup dengan mengingat fakta ini, aku bisa menerima kepulanganmu dengan perasaan lega. Walau di sisi lain aku harus kehilanganmu untuk sementara waktu.

25 Mar 2016

Stasiun Semarang Tawang

Aku tentu saja tidak pernah percaya pada kebetulan. Tapi, setiap kali melintasi stasiun ini, harapan itu selalu ada. Harapan bahwa yang disebut orang-orang  'kebetulan' itu benar adanya, dan benar-benar terjadi. Bahwa Tuhan akan membuat garis hidup kita bersinggungan untuk sekali lagi.

Kemudian aku selalu membayangkan akan melihat sosokmu, dengan sandal gunung dan flannel kesayanganmu itu, tak lupa buff bernuansa reggae di kepala dan carrier di punggung. Lalu kau akan masuk ke dalam gerbong kereta yang sama denganku. Walau tidak dengan nomor tempat duduk yang bersebelahan, namun keberadaanmu masih ada di dalam jangkauan mataku. Sementara itu aku tengah bergelut dengan diri sendiri, apakah aku akan menghampiri dan menyapamu atau tidak. Mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan resiko dari apa yang akan kulakukan.

Lamunanku buyar, sesaat ketika kereta yang kutumpangi kembali menggilas rel-rel di bawah sana. Aku tertawa. Mentertawakan diri sendiri lebih tepatnya. Kenyataan menampar kedua pipiku, menyadarkan bahwa aku tidak hidup di dalam cerita-cerita layar kaca. Sebab bagaimanapun juga, kehidupan tidak akan pernah menyuguhkan kebetulan yang sedemikan rupa tepatnya.

Stasiun Semarang Tawang, 25 Maret 2016.

29 Feb 2016

Surat Terakhir

Dear Orion,

Hari ini adalah hari terakhir di #30HariMenulisSuratCinta. Tidak banyak yang ingin kusampaikan, aku hanya ingin menuliskan kalimat ini sekali lagi.

I'm glad cause I was blessed to have you in my life.

Dimanapun nanti ujungnya, aku ingin selalu mengingatmu sebagai seseorang yang (pernah) kucintai. Aku berharap kita tidak akan pernah menemukan alasan untuk saling membenci.

Akhir kata, untukmu aku masih membisikkan doa yang sama. Jadilah pribadi yang membumi dan rendah hati (dan tidak selalu terpusat pada diri sendiri). Semoga kelak seluruh hal baik dalam hidup senantiasa berpihak padamu.

I wish nothing but your happiness.

Tertanda,
Ruru.

PS: Jaga kesehatan ya, pulang kerja jangan keluyuran.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-30

24 Feb 2016

Untukmu, Jangan Bersedih

Untukkmu,

Jangan bersedih. Selama bumi berputar, akan selalu ada orang yang berusaha menjatuhkanmu. Memandang rendah pada dirimu. Tidak menghargai pencapaianmu. Menghakimi pilihanmu. Menyalahkan keputusanmu. Menatapmu dengan penuh benci dan menganggapmu sebagai pecundang.

Jangan bersedih. Selama bumi berputar, akan selalu ada orang yang tidak bisa memahamimu, tidak bisa mengerti keadaanmu. Itu hal yang wajar karena mereka tidak menjalani kehidupanmu. Mereka hanya duduk di bangku penonton, sedangkan kau adalah pemeran utamanya. Mereka tidak akan mengerti apa-apa. Jadi, mulai saat ini berhenti untuk minta dimengerti. Di dunia ini tidak akan ada yang bisa mengerti keadaanmu sebaik dirimu sendiri.

Untukmu,

Kuingatkan, menjadi telinga bukan perkara yang mudah. Mereka mungkin mendengarkanmu, namun percayalah bahwa sebagian besar dari mereka melakukan itu bukan karena peduli. Bukan karena mereka benar-benar ingin menyelami kepribadianmu. Bukan pula karena mereka ingin menjadi bagian dari hidupmu. They hear not for listen to, but for reply.

I’ve been there. Aku tau betul apa yang tengah kau rasakan. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah berhenti memberi penjelasan, berhenti menceritakan apa yang sedang atau akan kau lakukan. Karena mereka yang benar-benar menyayangimu tidak butuh itu, sedangkan mereka yang membencimu tidak akan percaya ucapanmu.

Untukmu,

Jangan bersedih. Kau boleh gagal, kau hanya tidak boleh menyerah. Selama kau melakukan itu, aku akan senantiasa menyemangatimu. Sekarang, hapus air mata dan singsing lengan baju. Perjalananmu masih sangat panjang dan akan semakin terjal.

Be tough, you.

Warmest hug,
Me.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-26

20 Feb 2016

(Pel)ajaran Berharga

Orion,

Semalam aku menghabiskan semangkuk besar sayur sup. Walaupun Mama berulang kali mengingatkanku untuk tidak perlu menghabiskannya kalau memang sudah kenyang, tapi aku tetap menyuap sayur itu ke mulut...sambil mengingatmu.

Jadi, begini.

Sejak aku memutuskan untuk tidak lagi makan malam, Mama rajin membuatkan sayur untukku. Tapi Mama kadang berlebihan dengan memasak sayur semangkuk besar. Selain karena Mama memang punya kebiasaan masak dalam jumlah yang banyak walaupun yang makan hanya 3 orang (dan karena ini aku sering menyindirnya, "Mama mau ada hajatan apa hari ini? Masak segini banyak,"), mungkin Mama khawatir aku kelaparan karena tidak makan malam. Atau mungkin Mama takut aku kurus. Ehehehe.

Aku sudah berulang kali mengingatkan Mama untuk tidak memasak terlalu banyak sayur. Aku sudah bilang kalau aku sudah kenyang dengan semangkuk kecil sayur. Tapi Mama tidak peduli. Sepertinya Mama punya prinsip, lebih baik lebih dari pada kurang. Aku sampai kehabisan akal mengatasi masalah ini. Hhhhh.

Mama memang tidak pernah memaksaku untuk menghabiskan sayurnya. Tapi, setiap kali aku ingin menyisakan sayuran, aku seolah mendengar suaramu.

"Di luar sana masih banyak orang yang kelaparan karena gak punya makanan, kamu di sini mau buang-buang makanan?"

Kalimat itu terus terngiang di telingaku, sampai akhirnya membuat tanganku terus menyendokkan sayur ke dalam mulut secara perlahan hingga sayur itu habis.

Makanan yang terbuang memang sesuatu yang paling kamu benci di dunia ini. Bahkan aku masih ingat kalau dulu kamu pernah uring-uringan karena harus membuang beras yang sudah terkena kencing tikus ke sungai. Kamu sangat kesal pada teman-teman kontrakanmu yang tidak menutup tempat beras dengan benar. Moodmu seharian sukses dibuat berantakan karena masalah itu.

Orion,

Mungkin kamu memang tidak sama seperti lelaki lain. Yang akan menghujaniku dengan berbagai macam perhatian, mengingatkan makan, bertanya sedang di mana, lagi apa, dan sejenisnya -yang lama-lama membuatku bosan. Tapi kamu bisa mengajariku hal (yang mungkin terlihat) kecil yang pada akhirnya berdampak besar.

Karenamu, aku tidak pernah lagi membuang-buang makanan. Karenamu, aku berupaya untuk bersyukur dalam menjalani kehidupan. Selalu.

Lantas, di mana aku bisa menemukan lagi lelaki yang bisa mengajarkanku hal-hal berharga seperti ini?

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-21

15 Feb 2016

Mari Mengingat Hal-hal Buruk

Dear Orion,

Mereka masih saja menggempurku dengan seribu tanya. Salah satunya perihal apakah kamu yang memang begitu hebat hingga mampu membuatku terpikat. Terperangkap dalam jerat.

Tentu saja mereka salah mengira. Tentu saja kamu tidak sesempurna seperti yang mereka duga. Mereka tidak tau bahwa dari sekian banyak kekuranganmu, ada hal-hal yang terkadang tak mampu kutoleransi.

Pertama, kamu tidak pernah ada untukku.

Waktu adalah hal termahal untuk seseorang sepertimu. Bahkan waktu 24 jam sehari tidak cukup untukmu bisa melakukan apa-apa saja yang kamu mau. Aku tau betul itu. Dan aku mencoba mengerti walau gagal berkali-kali.

Kamu bukan seseorang yang bisa kuhubungi atau bisa kutemui kapanpun aku mau, kapanpun aku membutuhkanmu. Kamu bukan seseorang yang bisa selalu ada, terlepas dari apapun itu alasannya.

7 Feb 2016

Penggemar Gombal Elegan

Hai Jay,

Saat membaca tema surat untuk hari ini, sosok yang pertama kali terlintas di benakku adalah dirimu. Walau kemudian ada sosok kedua, ketiga, dan seterusnya yang muncul, namun pada akhirnya aku tetap menjatuhkan pilihan padamu. Seperti halnya pengalamanku ketika di bangku sekolah di mana jawaban pertama pada soal pilihan ganda biasanya selalu benar, begitu pula pertimbangan yang kugunakan ketika memilihmu sebagai figur publik (ciee) yang ingin kukirimi surat. Aku memilih yang pertama, aku memilihmu.

Sebenarnya ini bukan surat pertama yang kutulis untukmu, kalau saja kamu ingat (tapi mungkin tidak), kira-kira 2 tahun lalu aku sudah pernah menulis surat untukmu dalam event yang sama. Ketika itu kamu meninggalkan komen di kolom blog ini, dan itu menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan bagiku. Saat kita menulis dan tulisan kita dibaca, apalagi diberi respon, hal itu sangat menyenangkan bukan? Aku rasa kamu akan sepakat denganku.

Oh iya, sepertinya kamu sedang sangat sibuk sehingga tidak ikut merayakan #30HariMenulisSuratCinta tahun ini. Jujur saja, aku menunggu surat-suratmu yang selalu membuat candu. Ya, lelaki yang pandai menulis tidak pernah gagal membuatku kagum, dan kamu salah satunya. Aku tidak pernah suka dengan lelaki yang biasanya merayuku dengan kata-kata manis. Terdengar sangat basi (dan palsu) di telingaku. Mereka yang mengeluarkan rayuan gombal saat mendekatiku sudah bisa dipastikan masuk ke dalam daftar hitam yang tidak akan kuberi kesempatan. Iya, aku sejahat itu. Aku lebih memilih menjadi kejam daripada dituduh sebagai pemberi harapan palsu.

Tapi Jay, tulisan-tulisanmu sungguh berbeda. Aku biasa menyebutnya dengan istilah gombal elegan. Tulisanmu punya takaran manis yang pas, tidak berlebihan. Cukup untuk membuatku tersenyum setiap kali selesai membacanya. Cukup membuatku tersipu karena merasa surat itu ditujukan untukku. Ah, semoga saja lelaki di luar sana banyak yang mengikuti jejakmu. Semoga mereka segera sadar bahwa untuk membuat perempuan tertarik tidak perlu dihujani dengan hal-hal manis yang berlebihan.

Jay, seandainya aku boleh mengajukan permintaan padamu, aku hanya menginginkan sepucuk surat balasan. Tapi aku tidak memaksa. Lakukan jika kamu memang berkenan dan jika kamu memang memiliki waktu senggang ya.

Sekian surat dariku. Teruslah menulis karena ada banyak sekali yang menunggu tulisanmu, termasuk aku. Dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkanmu bahagia setiap harinya.

Salam,
Ruru

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-8

6 Feb 2016

Aku Mencintaimu Hari Ini

Dear Orion,

Sejak bersamamu rasanya aku menjadi orang yang lebih jujur. Aku selalu jujur padamu, pun pada diriku sendiri. Aku merindukanmu, aku ingin melihat wajahmu, aku ingin mendengar suaramu, hingga aku mencintaimu, aku bisa mengatakannya. Tidak ada sedikitpun rasa malu atau ragu-ragu. Takut akan diabaikan atau tidak dipedulikan olehmu, aku tidak pernah merasakan kekhawatiran itu.

Sementara itu, kamu berada pada poros yang berlawanan denganku. Kamu bukan tipikal yang terbuka dan terang-terangan. Kamu sama sekali tidak mengenal makna denotasi. Walau demikian, yang kamu lakukan tidak pernah gagal menjelaskan apa-apa yang tidak kamu ucapkan. Terkadang hal ini membuatku gemas karena kemudian aku yang bertugas meluruskan maksudmu, menerjemahkannya ke dalam bahasa yang lebih gamblang tanpa kata-kata yang bermakna ganda.

Ketika aku bisa dengan berani mengatakan kalau aku telah jatuh hati padamu dan sampai saat ini belum menemukan cara untuk bisa berhenti, di seberang sana kamu hanya akan menautkan jari-jari kita. Genggamanmu yang erat seolah memberi isyarat padaku, membisikkan sebaris kata tanpa suara, "Jangan pergi."

Orion, melalu surat ini aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu untuk hari ini.

Esok hari, cinta yang sama mungkin akan terulang, walau tidak menutup kemungkinan tiba-tiba ia akan berhenti.

Dariku,
Yang sedang bertaruh dengan waktu.


#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-7

4 Feb 2016

Kenapa? Kenapa? Kenapa Nikah?

Belakangan ini pertanyaan-pertanyaan sejenis "Mengapa seseorang memutuskan untuk menikah?" sering terngiang di telingaku. Rasanya aku ingin menanyakan satu-persatu temanku yang sudah menikah. Tentang alasan yang membuat mereka mengambil salah satu keputusan (yang menurutku) terbesar dan terberat dalam hidup.

Orion, apakah kamu sudah memikirkan rencana untuk menikah? Apakah kamu sudah punya gambaran mengenai wanita seperti apa yang akan kamu nikahi?

Aku sering membayangkan siapa wanita yang nantinya akan duduk bersamamu di pelaminan. Siapapun wanita itu, aku rasa dia pastinya seorang wanita yang luar biasa tangguh. Mengapa? Karena sepertinya untuk bisa menjadi istrimu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Istrimu nanti harus ekstra sabar menunggumu pulang. Paling cepat sekali sebulan. Kalau sedang tidak beruntung, mungkin ia baru bisa melihat wajahmu setelah 3 sampai 4 bulan kemudian. Hubungan jarak jauh yang akan kalian jalani tentunya tidak akan mudah. Belum lagi komunikasi yang tersendat karena sinyal laut yang payah. Istrimu nanti haruslah pribadi yang benar-benar mandiri sebab kamu tidak bisa untuk selalu berada di sisinya setiap saat.

3 Feb 2016

Pertemuan yang Hanya dalam Angan

Orion, surat hari ini tidak akan panjang. Surat hari ini hanya akan berisi pertanyaanku tentang apakah suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi.

Beberapa waktu yang lalu aku sudah pernah menanyakannya langsung padamu, dan kamu pun menjawab bisa, nanti, ketika waktunya tiba.

Sejujurnya, tahun lalu aku sangat memaksa ingin bertemu denganmu karena aku merasa bahwa itu adalah waktu terakhir kita. Entah mengapa, setelah hari itu berlalu, aku merasa tidak akan pernah bisa bertemu denganmu lagi. Hal itu pula yang aku yakini hingga detik ini.

Orion, ketika kamu menjawab pertanyaanku dengan kata-kata "bisa", "nanti", "ketika waktunya tiba", apakah itu karena kamu benar-benar percaya bahwa waktu akan mempertemukan kita, atau kamu menjawab seperti itu hanya untuk menghiburku saja?

Dariku,
Yang benar-benar ingin tau.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-4

2 Feb 2016

Your Uphill Battle

Orion,

Aku mengagumi perjuanganmu sejak dulu.

Sejak malam di mana kamu mengendap-endap keluar dari kontrakan untuk menjauh dari senior yang gemar memukulmu. Kala itu warnet menjadi tempat pelarianmu. Dan kita membicarakan banyak hal melalui fitur chat yang ada di facebook. Perbincangan yang tidak jarang berlangsung hingga larut malam, hingga jarum jam menunjukkan waktu di mana kamu harus segera pulang.

Tentu saja kamu tidak pernah menceritakan padaku secara gamblang. Kamu hanya pernah sekali bilang kalau dadamu terasa remuk sampai ke tulang. Ketika aku meminta penjelasan lebih lanjut, ketika pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana meluncur dari bibirku, kamu diam. Kemudian kamu hanya akan mengalihkan topik pembicaraan.

Bahkan setelah kita sudah lebih dari sekadar teman pun kamu tidak mau menceritakan semuanya. "Aku tadi dihukum," kamu hanya akan mengatakan itu. Dan aku tidak pernah benar-benar tau hukuman macam apa yang kamu terima.

1 Feb 2016

Tragedi Kotak Kado

Dear Orion,

Seharian ini aku hanya bisa meringkuk di atas tempat tidur menahan sakit perut yang mengganggu setiap bulan. My period is killing me. Dan setiap kali sakit sialan ini datang, ingatan senantiasa melemparku pada peristiwa setahun lalu. Peristiwa yang menjadi penyebab berakhirnya hubungan kita.

Aku berniat mencari kotak kado pada hari itu. Kotak kado yang nantinya akan berisi sebuah flanel yang ingin kuberikan padamu. Sayangnya hari itu aku kedatangan tamu bulanan yang membuat perutku sakit.

Aku gamang. Keinginanku kuat untuk tetap pergi mencari kotak kado. Tapi perutku sakit. Tapi aku harus pergi karena besok kamu akan datang dan aku ingin memberimu hadiah secara langsung.

Akhirnya, aku pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kosan. Kurang lebih setengah jam waktu yang kuhabiskan untuk masuk keluar toko mencari kotak kado yang pas. Mencari ukuran yang tidak terlalu besar agar tidak menghabiskan banyak space di dalam ranselmu, sekaligus mencari warna yang cukup maskulin supaya kamu berkenan menyimpannya.

31 Jan 2016

Perihal Jatuh Cinta yang Tiba-tiba

Teruntuk Orion,

Hari ini adalah hari pertamaku menulis surat di #30HariMenulisSuratCinta. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah kamu masih mengingat event ini. Event menulis tahunan yang telah kuikuti sejak tahun 2014. Tahun yang sama dengan proyek randomly try to fall in love yang pernah kamu ajukan.

Bagiku dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dua tahun adalah rentang waktu yang cukup lama di mana seharusnya beberapa kenangan mulai memudar sebelum akhirnya benar-benar hilang dari ingatan. Tapi, mengapa hingga saat ini aku masih mengingat semuanya dengan begitu jelas? Mengapa aku merasa semuanya baru terjadi beberapa hari yang lalu? Apa kamu juga merasa hal yang sama? Atau mungkin kamu sudah lupa?

Baiklah, kalau kamu lupa, aku akan mencoba mengingatkannya.

Saat itu kita tengah sama-sama sulit untuk jatuh cinta. Kita sama-sama tak tau kemana harus pergi untuk melabuhkan hati. Kita sama-sama punya segudang kriteria pasangan impian, namun tidak seorang pun mampu memenuhi (kalaupun tidak semuanya) setidaknya setengah dari kriteria yang ada. Terlebih lagi kita pun sama-sama trauma pada cinta di masa lalu yang tidak meninggalkan apapun kecuali luka.

20 Jan 2016

RSPP: Service Excellent!

Hari ini ada sedikit kejadian tidak menyenangkan yang saya alami, berkaitan dengan sebuah jasa pengiriman barang. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya bermasalah dengan mereka, tapi yang membuat saya gemas adalah karena masalahnya masih sama saja seperti yang dulu-dulu. Errr.

Berhubung ada seorang teman yang mengingatkan saya untuk berhati-hati pada UU ITE, maka tulisan kali ini tidak akan berisi tentang complain saya kepada mereka, tapi ini adalah sebuah cerita yang ingin saya bagi kepada teman-teman mengenai bagaimana service excellent yang pernah saya terima dari sebuah instansi. Sesuatu yang menurut saya mutlak untuk dimiliki oleh instansi/perusahaan/lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa.

Bulan lalu, Papa saya menjalani operasi By Pass jantung di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Ini merupakan pengalaman pertama saya berobat di RSPP. Pengalaman pertama ini berhasil meninggalkan kesan yang sangat baik untuk saya dan keluarga.

Poin pertama yang menjadi nilai plus dari RSPP adalah keramahan semua orang di rumah sakit itu. Rasanya tidak ada satupun petugas RSPP yang tidak tersenyum pada saya. Mulai dari dokter, perawat, pramusaji, cleaning service, bahkan setiap satpam yang saya temui di RSPP, semuanya murah senyum dan sangat ramah.

Saya masih ingat seorang satpam yang berjaga di depan IGD menyapa sambil tersenyum ketika pagi-pagi sekali saya sudah berada di rumah sakit.

3 Jan 2016

2016: Titik Awal

Hulla.
 
Seperti ritual dari tahun ke tahun, tulisan pertama di tahun yang baru biasanya berisi tentang kilas balik di tahun sebelumnya, dan juga tentang apa-apa saja yang mau kita capai di tahun yang baru.

Bagiku, tahun 2015 adalah tahun yang berat. Tahun yang penuh dengan cobaan dan ujian. Mulai dari awal tahun di mana aku harus ngebut mengerjakan bab 4 skripsi karena gentar melihat 2 orang teman dekat sudah maju ujian kompre. Kemudian ujian di bulan Maret, dan dibantai habis-habisan di ruang ujian karena melakukan kesalahan tolol yang berakibat nangis 3 hari pasca kompre (walaupun sebenarnya lulus dan nilai juga gak jelek-jelek banget sih). Kemudian di bulan April bertengkar hebat dengan sang pacar yang berakibat bubarnya hubungan kami. Walaupun bulan Mei yudisium dan bulan Juni wisuda, tapi entah kenapa semuanya terasa hambar, mungkin karena waktu itu masih otak masih kacau dan masih terseret-seret perasaan sedihnya patah hati.

Tidak berhenti sampai di situ, di bulan Juli Papa pun semakin drop kondisinya, dan wacana untuk segera melakukan kateterisasi jantung semakin mencuat, dan aku harus siap dengan opsi operasi By Pass kalau memang dokter menganjurkan demikian. Bulan Agustus sempat piknik sebentar ke Jogja, dengan alasan untuk menyiapkan beberapa dokumen guna melanjutkan S2. Bulan September-Oktober-November disibukkan dengan persiapan operasi Papa (ternyata dokter lebih menganjurkan operasi daripada pasang ring). Di akhir tahun, bulan Desember ditutup dengan operasi Papa yang dari sebelum hingga sesudahnya itu banyak sekali drama yang terjadi di keluarga. Walaupun aku tidak henti-hentinya bersyukur karena semua itu sudah terlewati dengan baik. Operasi yang lancar, Papa yang kuat, dan Mama yang mendampingi pun tak kalah hebat. I’m so grateful to be born as their daughter.