Kepada
@sedimensenja, pemiliki Catatan Kehidupan
Sebelumnya
aku ingin memberitahu bahwa surat ini tidak akan panjang. Isinya hanya tentang
bagaimana aku menyukai kejujuran dalam setiap huruf yang kamu sandingkan.
Awalnya
seorang teman memperkenalkanmu, lebih tepatnya akun twittermu, padaku. Dia
bilang kalau tweet-mu bagus-bagus.
Kemudian aku mulai stalking timeline-mu, dan ternyata benar apa yang
dikatakan oleh temanku.
Tweet-tweetmu
itu adakalanya membuatku tersipu.
Dari
timelinemu akhirnya aku tau kalau kamu juga ikut serta pada program #30HariMenulisSuratCinta.
Tanpa pikir panjang aku langsung membaca surat yang kamu kirim hari itu. Aku
mengunjungi rumahmu yang berisi kumpulan kata, yang kamu beri nama Catatan Kehidupan.
Jujur saja
aku berdecak kagum membaca kalimat demi kalimat yang kamu buat. Entah itu untuk
Tiara, Putri, Luna, Cahaya, atau nama wanita mana saja yang kamu gunakan, tapi aku
selalu merasa surat itu untukku. Ah mungkin aku yang terlalu berharap bahwa akan
ada yang menulis seperti itu dan ditujukan padaku.
Sama
sepertimu, aku sudah sering menulis untuk seseorang. Tapi aku belum pernah tau
bagaimana rasanya membaca tulisan yang isinya tentangku. Jadi, tidak apa-apa
kan kalau aku menganggap tulisanmu itu untukku? Terlebih karena apa yang kamu
tulis, (kebetulan) sama dengan keadaanku, sama dengan apa yang aku rasakan.
Oh ya, kamu
anak hukum? Satu lagi nilai tambah untukmu, anak hukum yang berjiwa sastra. Karena
anak hukum yang aku tau, mereka pintar berbicara namun tidak pandai merangkai
kata. Tapi kamu pengecualian, kamu berbeda.
Kiranya cukup sekian
surat dariku. Jangan pernah berhenti menulis ya :)
Hey aku
hampir lupa mengatakan kalau aku juga sangat menyukai bio twittermu yang
berbunyi, “Separuh dari tulisan saya ini tentangmu, sisanya adalah tentang saya
yang mencintaimu,”
Siapapun dia
yang kamu cintai, aku rasa kamu berhasil membuatnya melting setiap hari.
Salam
dariku,
Raudha
Salsabila
Halo RS,
BalasHapusTerima kasih atas tulisan yang manis dan jujur ini, saya senang membacanya. Sejatinya tulisan saya itu untuk siapapun yang merasakan, karena seringkali kita merasakan namun bingung mengutarakan atau bingung dari mana akan mulai mengutarakannya, dan bisa saja surat itu untukmu jika kamu merasakan hal yang sama.
Iya, saya anak hukum (alumni lulusan hukum) yang berusaha lurus menjalani pikiran logis anak-anak hukum lainnya. Perihal menulis atau tidak, saya akan tetap menulis jika kamu tetap menulis, kenapa? Karena saya belajar dari semua orang, termasuk darimu, untuk itu kamu juga jangan sampai berhenti menulis ya. Minimal untuk tidak berhenti jujur dengan perasaanmu sendiri.
Salam dariku,
J.
I'm speechless read your comment here. Terima kasih banyak :')
BalasHapus