25 Nov 2013

Dear You


pic here
Dear you,

Kamu tau, ketika aku menulis surat ini, di luar sana sedang hujan deras. Cuaca memang memburuk belakangan hari. Cuaca yang sama saat aku mengantarmu pergi 2 tahun yang lalu. Sejak saat itu, suara petir selalu terdengar menakutkan di telingaku. Ia mengingatkanku pada perasaan kehilangan yang ingin kukubur dalam-dalam.

Sejak kamu pergi, aku tidak punya teman berbagi rahasia lagi. Tidak ada yang bisa kupercaya. Semuanya tiba-tiba terasa hambar dan datar. Dengan menulis surat ini, aku ingin bicara denganmu. Berharap bisa melegakan pikiran yang mulai terasa penuh. Kamu tidak keberatan, kan?

Kamu masih ingat nickname kesayanganku? Iya, Cappuchino. Tapi sekarang aku bukan cappuchino lagi karena aku sudah tidak pernah minum kopi. Aku lelah dengan insomnia yang kuderita. Hampir setiap hari aku baru bisa tidur ketika adzan subuh terdengar. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mengonsumsi minuman berkafein yang satu itu. Supaya aku bisa tidur.

“Minum kopinya dikurangi,” harusnya aku mendengar nasihatmu itu sejak dulu.

Belakangan ini sakit kepalaku semakin sering kambuh. Mungkin karena aku kurang tidur atau kecapekan. Kamu juga berpikir begitu bukan? Iya, pasti itu penyebabnya. Aku hanya butuh meminum obat sakit kepala, kemudian tidur. Migrain sialan itu nanti pasti akan hilang dengan sendirinya.

Kamu tidak perlu khawatir, sekarang aku selalu membawa obat sakit kepala ke mana-mana. Karena aku tau, tidak ada lagi kamu yang akan mencarikanku obat jika sakit ini muncul tengah malam secara tiba-tiba.

16 Nov 2013

Macet Ini Salah Siapa?

dokumentasi pribadi
*Foto di atas diambil kemarin sore, tepatnya hari jumat 15 November 2013 pukul 3 sore, lokasinya di jalan Gajayana alias di depan gang Kertopamudji. 

Beberapa waktu yang lalu, pemkot Malang mengadakan perubahan jalur jalan menjadi searah. Jalan Gajayana dijadikan satu arah, menuju batu. Di Dinoyo juga dijadikan satu arah, menuju Suhat dan Jl. Pandjaitan. Perubahan ini mungkin karena dulu di daerah Dinoyo macetnya naudzubillah (waktu masih dua arah). Memang bukan rahasia umum lagi kalau dari Dinoyo menuju Landungsari, sampai kampus UMM, kendaraan jalannya merayap.

Kemudian titik kemacetan bertambah, yakni di pertigaan watu gong sebelah MCD. Ini terjadi setelah pintu gerbang UB di jalan MT.Haryono ditutup karena jembatan Suhat (katanya) mau roboh karena terlalu banyak kendaraan berhenti di atasnya (dulu di sana ada lampu merah). Setelah gerbang MT.Haryono ditutup, akses keluar kampus dialihkan ke gerbang keluar teknik yang mau tidak mau membuat kendaraan memadati jalan watu gong.

Kemudian pemkot Malang menggagas perubahan jalan menjadi jalur searah (mengelilingi UB). Namun jalur searah ini tidak berlaku untuk angkot. Angkot diperbolehkan dua arah seperti biasanya, garis kuning di tepi jalan pun dibuat sebagai penanda bahwa jalur itu untuk angkot.

Perubahan jalan menjadi satu arah, yang awalnya diharapkan akan mengurangi kemacetan di kota Malang, sepertinya tidak membuahkan hasil. Karena menurut saya, kemacetan tidak berkurang, hanya saja titik kemacetannya yang berpindah tempat. Menurut teman-teman, sekarang di depan Matos sampai perempatan ITN macetnya juga Astaghfirullah.


7 Nov 2013

Childhood Memory



gambar dipinjam di sini. terima kasih

Aku tidak ingat kapan pertama kali berkenalan denganmu. Kapan pertama kali kita saling menyebutkan nama. Kapan pertama kali kita memutuskan untuk menjadi teman. Aku hanya ingat bahwa dulu kita adalah teman sebangku.

… 
Hari pertama sekolah, aku melihatmu dengan rambut diikat ekor kuda. Kamu diantar ibumu sampai di pintu gerbang. Sedangkan aku... aku memaksa ibu mengantarku sampai pintu kelas. Saat itu aku merasa malu karena kalah dengan anak perempuan.

Aku satu-satunya temanmu bermain. Entah kenapa kamu tidak pernah mau bermain dengan anak lain. Permainan kesukaan kita adalah jungkat-jungkit dan ayunan. Selain itu kita juga sering berbagi bekal. Kamu bilang nasi goreng buatan ibuku rasanya istimewa.

5 Nov 2013

Kunjungan ke JKJT



“Silahkan melihat ke atas supaya kita termotivasi, tapi jangan lupa melihat ke bawah supaya kita selalu bersyukur”

Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur atau yang lebih terkenal dengan singkatan JKJT. JKJT Malang merupakan sebuah lembaga yang mendedikasikan diri mereka sebagai pendamping anak jalanan. Di sini mereka membina anak jalanan untuk berusaha, berkarya, melakukan apapun yang bisa membuat mereka (para anak jalanan) tidak lagi dipandang sebelah mata.

Ketika berkunjung ke JKJT, saya bertemu dengan mahasiswi volunteer bernama Iin dan salah satu kakak pembina di JKJT, yakni mas Teguh. Keduanya bercerita banyak pada saya. Cerita tentang JKJT, tentang seorang Ayah Teja (ketua JKJT), tentang bagaimana ketidakadilan yang sering didapatkan oleh anak jalanan, tentang semangat mereka untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik, tentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada mereka, dan masih banyak lagi.

Cerita yang mengingatkan saya bahwa di belahan dunia lain, selalu ada orang yang tidak seberuntung kita.

Mas Teguh adalah seorang mantan anak jalanan. 19 tahun ia hidup di jalan sebelum akhirnya menjadi Anjal (Anak Jalanan) binaan JKJT, hingga akhirnya kini ia menjadi kakak pembina di sana.