Hujan dan rindu. Entah apa hubungan diantara keduanya, aku tidak tau.
Tapi aku selalu merasa bahwa hujan akan membuat kita tiba-tiba merindukan
seseorang.
Dulu aku sering membayangkan bahwa suatu hari nanti kita
bisa menikmati hujan bersama-sama. Jadi aku tidak perlu lagi dibelenggu
oleh rasa rindu, karena kamu ada bersamaku. Dan aku sangat bersyukur, sekarang mimpi
itu benar-benar menjadi nyata.
Di luar sana rintik hujan sedang jatuh membasahi bumi
satu-satu, di dalam sini kamu sedang tertidur pulas di pangkuanku. Setelah kita
bertukar cerita dan berbagi tawa bersama, kamu bilang ingin tidur sebentar.
Kemudian aku mulai mengusap-usap rambutmu yang tebal dengan
sayang. Aku memperhatikan wajah lelahmu dengan seksama. Sudah tak terhitung
berapa kali aku mengagumi wajahmu yang begitu tampan.
Hidung yang mancung, alis tebal yang hitam, dan bibir mungil
yang kemerahan. Kamu sangat mirip dengan cinta pertama yang menikahiku tiga
tahun yang lalu.
“Tidur yang nyenyak dan jangan bermimpi ya. Karena mimpi
akan mengurangi kualitas tidurmu,” aku berbisik di telingamu. Sebuah kalimat
yang kudapat dari salah satu cerita dalam buku legendaris berjudul Rectoverso.
Aku mengecup keningmu sebelum memindahkan kepalamu ke
bantal.
Terima kasih Tuhan, karena sudah memberiku anak laki-laki
seperti yang aku inginkan.
Tertanda,
Istri dan ibu yang paling beruntung sedunia.
PS: Surat yang ditulis terlalu cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D