5 Feb 2014

Day 5: Terima Kasih Tuhan

Hujan dan rindu. Entah apa hubungan diantara keduanya, aku tidak tau. Tapi aku selalu merasa bahwa hujan akan membuat kita tiba-tiba merindukan seseorang.

Dulu aku sering membayangkan bahwa suatu hari nanti kita bisa menikmati hujan bersama-sama. Jadi aku tidak perlu lagi dibelenggu oleh rasa rindu, karena kamu ada bersamaku. Dan aku sangat bersyukur, sekarang mimpi itu benar-benar menjadi nyata.

Di luar sana rintik hujan sedang jatuh membasahi bumi satu-satu, di dalam sini kamu sedang tertidur pulas di pangkuanku. Setelah kita bertukar cerita dan berbagi tawa bersama, kamu bilang ingin tidur sebentar.

Kemudian aku mulai mengusap-usap rambutmu yang tebal dengan sayang. Aku memperhatikan wajah lelahmu dengan seksama. Sudah tak terhitung berapa kali aku mengagumi wajahmu yang begitu tampan.

Hidung yang mancung, alis tebal yang hitam, dan bibir mungil yang kemerahan. Kamu sangat mirip dengan cinta pertama yang menikahiku tiga tahun yang lalu.

“Tidur yang nyenyak dan jangan bermimpi ya. Karena mimpi akan mengurangi kualitas tidurmu,” aku berbisik di telingamu. Sebuah kalimat yang kudapat dari salah satu cerita dalam buku legendaris berjudul Rectoverso.

Aku mengecup keningmu sebelum memindahkan kepalamu ke bantal.

Terima kasih Tuhan, karena sudah memberiku anak laki-laki seperti yang aku inginkan.

Tertanda,

Istri dan ibu yang paling beruntung sedunia.

PS: Surat yang ditulis terlalu cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D