Aku berjanji bahwa mulai hari itu tidak akan ada lagi kamu dalam duniaku. Tidak ada lagi wajahmu, tidak akan lagi mendengar suaramu, tidak akan ada lagi cerita tentangmu. Tapi seperti yang kamu tau, lagi-lagi aku melanggar janji yang kubuat sendiri. Janji yang ada kaitannya denganmu. Janji yang kupatahkan sama seperti janji yang dulu-dulu.
Untuk kali ini, boleh kah aku memikirkanmu lagi? Bolehkah aku memutar ulang suaramu pada voicemail yang masih kusimpan? Bolehkah aku mengingat kembali hal-hal bodoh yang pernah kita perdebatkan? Bolehkah aku merindukan pertengkaran kita yang seringnya terjadi karena kesalahpahaman? Bolehkah aku bersikap seolah-olah kamu masih menjadi milikku seperti beberapa waktu yang lalu?
Ada dua hal yang harus kamu percaya. Pertama, untuk masa lalu yang pernah kulewati bersamamu, tidak akan pernah kusesali. Kedua, untuk rasa sakit yang kuterima atas semua hal yang membuatku kecewa, sama sekali tidak kubenci.
Seandainya aku diberi kesempatan kembali pada waktu itu, tidak akan ada yang berubah. Aku tetap memilihmu.
Aku bersyukur karena pernah diberi kesempatan menjadi rumahmu untuk pulang. Diberi kesempatan untuk mengenal caramu menghadapi, mengajari, dan menyayangi wanita yang berbeda dari lelaki kebanyakan. Diberi kesempatan untuk bisa merasa bahwa aku dibutuhkan dan diinginkan setiap kali kamu mencariku saat aku (sengaja) menghilang. Diberi kesempatan untuk menghadapi pertengkaran-pertengkaran yang malah membuatku semakin menyukaimu.
Sekarang, masing-masing dari kita sudah siap menjalani hidup baru. Hidup yang berbeda dan kita tidak lagi bersama. Nanti tolong sampaikan salamku pada wanita yang kelak menjadi pendamping hidupmu. Katakan padanya bahwa dia membuatku iri setengah mati.
Tertanda,
Aku yang bersyukur karena kamu pernah ada.
PS: Jika suatu hari nanti tak ada lagi ‘kita’, kamu harus kembali membacanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D