14 Feb 2014

Day 14: Menunggu

Bagiku menulis dan melukis adalah dua kegiatan yang sama, yang membedakan hanya output-nya saja.

Aku selalu iri pada mereka yang bisa melukis. Menciptakan gambar yang dapat bercerita tentang sesuatu, aku pikir itu hebat.

Aku pun selalu iri pada mereka yang pandai menulis. Menyusun kalimat demi kalimat untuk menjelaskan sesuatu secara rinci, menurutku itu istimewa.

Tapi, apa kamu tau apa yang lebih hebat dan istimewa dari semua itu? Iya, itu kamu. Kamu yang bisa membuat dia memainkan kuasnya dengan lincah. Kamu yang bisa menggerakkan jari-jari dia untuk merangkai kata demi kata tanpa rintangan hingga membentuk cerita.

Kamu yang menyebabkan ide dan inspirasi itu ada.

Lalu, ketika kamu tau ada yang melukis dirimu atau menulis tentang kamu, satu-satunya perasaan yang seharusnya membucah dalam dada adalah bahagia.

Seandainya aku melukis dan menulis tentangmu, apakah kamu akan bahagia? Apakah kalimat di atas hanya asumsi pribadiku belaka?

Mungkin lukisan itu tidak mirip denganmu. Mungkin tulisan itu tidak bisa membuatmu tersipu. Tapi paling tidak aku sudah melakukan sesuatu yang (aku harap) bisa membuatmu senang, bukan?

Apakah kamu akan menghargai usahaku?

Aku menunggu jawabanmu.

Besok tepat jam empat, temui aku di ujung jalan terakhir kali kita bertemu. Jangan terlambat, karena aku tidak suka menunggu. Karena aku tidak ingin meragukanmu.

Tertanda,
Aku yang mengingatmu selama melukis. Aku yang mengingat semua tentang dirimu selama menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D