31 Okt 2015

Rumah Kedua

Unforgettable Moment. Kita semua pasti memilikinya. Dan diusiaku saat ini ada banyak sekali unforgettable moment yang kumiliki, salah satunya adalah momen pertama kali aku bertemu dan mengenal teman-temanku di Kompas.

Yes, I've talked them so many times here, and I never get bored to write down all of about them, about us, again and again and again.

Menjadi anggota Kompas sama sekali bukan sesuatu yang kuinginkan, apalagi direncanakan. Mendaftar di Kompas murni karena kecelakaan alias tidak sengaja. Memang ya ada kalanya hal-hal yang berawal iseng itu akan menjadi sesuatu yang mengejutkan di hidup kita. Sesuatu yang mulanya tidak sungguh-sungguh kita lakukan bisa saja berubah menjadi sesuatu yang sangat kita sukai di masa depan. Kalau kata orang, keseriusan biasanya berawal dari ke-tidak-serius-an.

Aku masih bisa mengingat dengan sangat jelas bagaimana malam itu pertama kalinya aku bertemu dengan anak-anak Kompas. Pada acara gathering pertama di samping GKB. Aku yang datang sendirian dengan canggungnya memperhatikan satu-persatu orang-orang di situ, di mana sebagian besar dari mereka adalah laki-laki. Aku hanya melihat 2 perempuan berseragam Kompas di sana. Sedangkan untuk anggota-anggota baru, aku juga melihat pemandangan yang sama. Sebagian besar teman-teman baruku adalah belasan laki-laki dan tiga orang perempuan.

Glek.

30 Okt 2015

Belajar Merasa Cukup

Kenapa orang-orang yang tidak bekerja mengeluh bosan, dan orang-orang yang bekerja mengeluh capek karena terlalu banyak yang harus dikerjakan?

Kenapa orang-orang yang bekerja jauh dari rumah selalu ingin segera pulang, sedangkan mereka yang bekerja dekat dengan rumah malah ingin pergi sejauh mungkin?

Kenapa mereka yang sudah menikah mengeluh karena tidak sebebas dulu, namun mereka yang belum menikah frustasi mencari pasangan, entah karena umur ataupun desakan lingkungan?

Kenapa seolah-olah tidak pernah ada situasi yang ideal?
Kenapa segala keadaan selalu tampak sebagai suatu kesalahan?

Karena manusia tidak pernah puas.
Karena keinginan manusia tak terbatas.
Karena bersyukur adalah salah satu hal yang sering terlupakan.
Dan orang-orang yang mengeluh itu pada dasarnya menyebalkan.

29 Okt 2015

Pindah

Pindah.

Mungkin hal itu tidak lagi asing bagiku. Sejak dulu aku sudah sering merasakannya, mulai dari pindah rumah, sampai dengan pindah sekolah. Hanya saja, walaupun sudah berulang kali terjadi, pindah bukanlah sesuatu yang membuatku senang. Pindah artinya aku dipaksa untuk meninggalkan orang-orang tersayang, ataupun tempat-tempat yang penuh kenangan.

Aku harus membiasakan diri dengan rumah baru, ruangan baru, langit-langit kamar yang baru, dan banyak hal yang rasanya sangat asing bagiku. Aku harus menghabiskan waktu lagi untuk melatih mata supaya mau terpejam di kamar yang tidak kukenal.

Sekolah baru. Aku harus menerima tatapan aneh dari teman-teman baru. Mereka yang akan selalu memandangku seolah aku adalah makhluk asing yang baru jatuh ke bumi. Mereka yang akan selalu meremehkanku, sebelum aku bisa menunjukkan kemampuanku dan kemudian membalas tatapan mereka (dengan dagu sedikit terangkat) sambil berkata dalam hati, “Aku tidak sebodoh itu untuk bisa kalian bully seenaknya,”. Hal yang harus kulakukan setiap kali mendapat predikat “anak baru” dan terhindar dari gangguan mereka yang merasa berkuasa adalah dengan menjadi bintang kelas. Ini pekerjaan yang sangat melelahkan, pekerjaan yang tidak perlu kulakukan seandainya aku masih baerada di sekolah yang lama, karena aku tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun.

23 Okt 2015

Priceless

Kamu bukanlah apa kata orang.
Kamu bukanlah bagaimana yang terpancar dari wajah orangtuamu.
Kamu berharga.
Bahkan, tanpa prestasi atau ketrampilanmu, kamu tetap berharga.
Kelahiranmu ke dunia inilah yang menjadikan dirimu tak ternilai.
Kamu ada.
Kamu hidup.
Dan itu sudah cukup untuk memperjuangkan keadaanmu.
Jangan merasa rendah diri.
Tuhan tidak pernah membuat produk massal.
Dia membuatmu secara personal.
Buktinya, hanya ada satu Einstein di dunia ini.
Hanya ada satu daVinci.
Satu Beethoven.
Satu Bill Gates.
Dan hanya ada satu kamu.

-Kristine Batasina G.

21 Okt 2015

Better Things

I keep telling my self that better things are coming..

20 Okt 2015

Kesehatan: Hal Kecil yang Luput dari Perhatian

Sejak Papa sakit, aku mulai peduli dengan kesehatan. Aku mengatur sedemikian rupa pola makan, olahraga, dan istirahat. Sebenarnya ini udah program dari sebelum wisuda sih, aku niat banget mau nurunin berat badan supaya bisa canthique gitu waktu pake kebaya. Muahahaha. Yaah, sayangnya waktu wisuda belum terlalu banyak turunnya. Alhasil, kebayanya cuma dikecilin bagian pinggang aja sekitar 2 cm :(

Hari berganti hari, bulan berganti nama, dan cobaan hidup yang datang tanpa aba-aba (halah), akhirnya membuat jarum timbangan bergeser ke kiri. Lumayan jauh dari ukuran biasanya. Apalagi ditambah sama puasa trus patah hati juga :(

Waktu itu udah mulai dapet komentar dari temen-temen, “Rau, kok kurusan?”, yang cuma bisa kurespon dengan, “kurusan apanyaaa, perasaan tetep aja segini aja dari dulu,” padahal hati udah berbunga-bunga gara-gara dibilang kurusan. Uhuy.

Kemudian aku pergi ke Jogja pada bulan Agustus. Ini pengalaman backpacker-an pertama dengan dana seminim-minimnya. Selama di Jogja, ke mana-mana seringnya jalan kaki. Pokoknya, sekiranya masih sanggup jalan kaki, maju terus pantang mundur. Tiap malam jalan kaki di malioboro dari ujung ke ujung, pernah juga jalan kaki ke nol kilometer (dari penginapan yang letaknya di gang pertama dari jalan masuk ke kawasan Malioboro), bahkan sampe jalan kaki ke daerah yang banyak jual buku bekasnya (semacam Wilis-nya Malang). Walaupun pulang-pulang ke penginapan betis rasanya udah sebesar konde, saking pegelnya, tapi gapapa. Paling nggak pulang dari Jogja berasa makin kurusan. Huahaha.

16 Okt 2015

Asiknya Jadi Anak Ilmu Sosial

People from social science backgrounds are educated to learn about people and accept the limitless possibility of diversities that every human has. They learn how to distance themselves, how to be objective. It’s rare to see someone from social science judge people based on religious view, political, view, or gender preference.

Saya menemukan paragraf di atas saat sedang membuka ask.fm (tapi lupa siapa yang menulisnya), dan sebagai mantan anak FISIP, I absolutely agree with those idea.

Sejak duduk di bangku kuliah, satu hal yang saya sadari bahwa pendidikan yang sedang saya tempuh akan membentuk pola pikir, karakter, dan kepribadian saya di masa depan. Kenapa? Karena ilmu sosial dipelajari di atas paradigma. Paradigma adalah posisi kita dalam melihat sesuatu. Orang-orang di ranah sosial kuat sekali dengan hal-hal seperti ini. Kami dilatih untuk mengkaji berbagai macam pemikiran. Kami tidak mengenal bahwa sesuatu itu “benar” atau sesuatu itu “salah”, sebab segala sesuatunya tergantung dari arah mana dan bagaimana “sesuatu” itu dipandang.

Dulu ketika saya ingin memilih jurusan, Papa berpesan untuk mencari jurusan yang setidaknya dapat berguna untuk diri saya sendiri. Jurusan yang seandainya tidak membuat saya mendapat pekerjaan, paling tidak ilmunya bisa saya gunakan saat membangun keluarga (halah). Inilah salah satu pertimbangan yang saya pakai saat memasukkan Ilmu Komunikasi sebagai salah satu pilihan jurusan, and I have no regret at all. Karena sekarang, setelah saya lulus, saya merasakan manfaatnya. Saya menjadi pribadi yang tidak mempermasalahkan perbedaan, open minded, dan berusaha untuk mengerti apa yang orang lain pikirkan (njiiss, ini kok pede banget yah muji diri sendiri. Hahahah. Hey, but it’s the truth :p).

15 Okt 2015

Forever is a Big Lie

Setiap orang di hidup kita punya tenggat waktu, tanggal kadaluwarsa, batasan sampai kapan kebersamaan itu ada.

Setiap orang dalam hidup kita akan pergi jika waktunya sudah tiba.

Setiap orang yang datang ke dalam hidup kita, sejatinya mereka hanya singgah untuk sementara.

Di dalam dunia yang bernama realitas ini, selamanya tidak pernah ada. Ini fakta yang harus kita terima. Mau tidak mau, suka tidak suka.

Pada akhirnya kita harus sadar bahwa tidak ada alasan untuk menggantungkan harapan pada seseorang. Karena jika orang itu kemudian pergi, harapan kita akan ikut mati.

Jadilah pribadi yang mandiri, yang mampu memeluk bahagianya sendiri.

13 Okt 2015

CS dan Pelanggan yang Marah-marah

Beberapa hari yang lalu saya ada sedikit drama dengan JNE. Apalagi kalau bukan masalah pengiriman barang yang gak nyampe-nyampe.

Jadi ceritanya saya abis beli barang di olshop, tapi barangnya gak nyampe-nyampe, tapi waktu saya cek di webnya JNE, barang saya katanya udah nyampe di Pandaan dan diterima oleh orang bernama Anton. Lho? Kok Pandaan? Lho? Kok Anton? Lho? Kok nyasar? Mulailah saya panik setengah mati. Saya mencoba complain ke JNE via email dan tidak ada balasan. Kemudian saya membuka official account twitter JNE di @jnecare. Saya stalking-in orang-orang yang complain di sana, mencari tau bentuk complain seperti apa yang sering terjadi. Sama seperti kasus saya atau tidak. Maklum, ini pengalaman pertama saya berurusan dengan hal-hal seperti ini. Sebelum ini pengiriman barang saya gak pernah ada masalah sih.

Dari hasil stalking itu saya sedikit shock karena isinya customer yang ngamuk semua. Ngamuk di sini dalam artian “ngamuk” yang beneran ngamuk. Singkat kata, twitter itu isinya caci maki dari customer semua. Gak sedikit yang pake kata-kata kasar dan diketik dengan style caps lock jebol. Well, ehm, melihat fenomena ini, saya jadi kasihan sama CS-nya JNE. Mungkin juga CS perusahaan-perusahaan lain ya, di mana mereka harus mendapat amukan dari customer karena ketidakpuasaan terhadap produk/jasa perusahaan yang ditawarkan.

11 Okt 2015

Wish

It’s been one year we never meet up, and I can’t believe that missing you still hurts.
Aku berdiri di pintu kamar melihat dia sedang mengemasi barang-barangnya. Ujung mataku kemudian tertumpu pada botol parfum di sebelah tas yang belum sempat ia masukkan. Tanpa pikir panjang, aku meraih botol parfum itu. “Aku minta parfumnya ya”, kataku sambil menyemprotkan parfum itu ke jaket yang kupakai. Dia mungkin tidak tau apa alasanku meminta parfumnya waktu itu. Dia mungkin tidak tau, kalau aroma parfum itu setidaknya dapat mengobatiku kerinduanku setelah dia pergi. Ketika dia tidak lagi di sini.

Selama perjalanan ke terminal, aku tidak banyak bicara karena sedang berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang berlomba-lomba ingin keluar. Namun pada akhirnya dia tau kalau aku menangis, yang kemudian membuatnya semakin mempererat genggamannya di tanganku. Yang kemudian juga membuatnya mengucapkan berbagai macam hal untuk menghiburku. Salah satunya, dia bilang kalau kami pasti akan bertemu lagi. Saat itu aku sudah merasa bahwa dia hanya sedang membuat janji yang mungkin tidak bisa ia tepati.

Setibanya di terminal, untuk sesaat kami berdiri di depan bus yang akan segera berangkat. Hanya berdiri berdampingan, tanpa keberanian untuk saling menatap. “Kamu cepetan naik gih”, ucapku lirih. Tangannya masih menggenggam tanganku ketika ia berkata, “Aku naik, tapi kamu jangan berdiri di sini. Kamu langsung pulang”. Aku menyanggupi permintaannya. Kemudian ia melepas genggamannya, pergi berjalan menuju pintu bus. Aku langsung membalikkan tubuh tanpa menoleh lagi.

8 Okt 2015

Curhat [Teman] Perempuan

Pada suatu malam menuju dini hari, tiba-tiba BBM saya dibombardir oleh curhatan seorang teman (perempuan) tentang pacarnya yang dari sore menghilang. Bukan, pacarnya bukan lagi kesasar apalagi hilang di gunung, tapi karena si pacar gak bales whatsapp, line, atau BBM.

Kalau kata Coboy Junior sih, “D lagi D lagi D lagi, kok gak R R?”

Kemudian besok paginya, setelah saya baca curhatan yang lebih mirip esai –karena panjang banget- itu, saya langsung membalas, “Sampe sekarang belum di-read mbak?”, and then she replied, “Udah, dia bilang ketiduran dari sore,”

Saya cuma ketawa dalam hati. Ya, mari ber-positive thinking. Mungkin emang pacarnya itu kecapekan trus akhirnya ketiduran dari abis magrib dan baru bangun keesokan harinya. Saya juga pernah kayak gini kok. Teman-teman saya yang cowok juga pernah kayak gini… tepatnya waktu kita tepar abis pulang pendakian.

Lalu beberapa hari kemudian, teman kental saya waktu SMA nge-line juga untuk curhat tentang pacarnya yang beberapa waktu belakangan ini katanya suka menghilang alias tidak memberi kabar.

Miss Myself

Have you ever miss yourself?

Mungkin terdengar lucu ya kalau kita merindukan diri sendiri. But, it's what I'm feeling now. I miss my self.

Beberapa hari yang lalu, aku membuka laman facebook yang entah sudah berapa lama tidak pernah kukunjungi. Saat itu aku membaca kembali status-status yang pernah kutulis sambil senyum-senyum sendiri. Aku seperti sedang bertemu dengan refleksi diriku. Kenangan demi kenangan kembali mencuat. Aku mengingat lagi hal-hal apa yang bisa membuatku menulis seperti itu.

"Ngapain sih nulis kayak gini?"
"Dih alay banget,"

Dan masih banyak celetukan-celetukan lain yang tidak sengaja kuucapkan ketika membaca status-status jaman baheula itu. Menurutku, inilah salah satu alasan kenapa kita sejatinya harus menulis. Untuk membekukan kenangan. Untuk melihat siapa diri kita beberapa tahun yang lalu. Untuk mengukur sejauh mana kita berjalan, bagaimana kita memperbaiki diri, bagaimana usaha kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.