Dulu seseorang pernah mengatakan bahwa kecewa dan marah itu
berbeda. Dia bilang, kecewa akan lebih mengarah pada perasaan sedih, sedangkan
marah hanya sebatas kekesalan pada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Saat itu aku paham, kata “sedih” kugaris bawahi, kujadikan
kata kunci. Aku minta maaf karena sudah mengecewakannya, dan ternyata hal itu
tidak bisa mengembalikan hubungan kami seperti semula.
Pengalaman di atas kujadikan semacam alarm setiap kali aku
merasa kecewa –pada-siapa-saja. Agar aku tidak lupa bahwa ada kalanya aku juga
akan mengecewakan orang lain.
Hari ini 17 Februari, terlalu banyak hal yang mengecewakan.
Terlalu banyak hal yang terjadi di luar harapan. Kamu menjadi salah satu
penyebabnya. Lalu, apakah kejadiannya akan sama? Bahwa caraku melihatmu akan
berubah, tidak lagi seperti sedia kala. Bisa iya, bisa tidak, tak ada jaminan
yang bisa kuberikan.
Hari ini, 17 Februari, kamu membuatku kecewa. Mungkin secara
tidak sadar aku juga pernah mengecewakanmu dulu. Atau mungkin saja aku akan
membuatmu kecewa di masa depan. Lalu, apakah mungkin akan ada skenario yang berbeda?
Bahwa kamu akan memaafkanku dan tidak ada yang berubah di antara kita.
Aku egois ya? Maaf.
Hari ini, 17 Februari, membuatku tidak semangat menulis
surat. Mana bisa aku merangkai kata-kata saat keadaan hati dan otak sedang
porak poranda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D