31 Jul 2014

Semoga

Suatu hari kaki-kaki kami menjejak butir pasir di sana. Aku dan dia. Ketika tangannya menggenggam sebuah botol, sedangkan tanganku mencengkram dua gulungan kertas.

Kertas itu berisi coretan-coretan kami tentang mimpi. Kertas itu penuh dengan impian dan harapan. Ditulis dengan tangan, diiringi dengan doa yang diucap dalam hati.

Ia menggulung kertas-kertas itu sebelum memasukkannya ke dalam botol.

“Apa nama ritual ini?” tanyaku.

Ritual memberitahu impian pada semesta, begitu jawabnya.

Lalu ia melempar botol itu pada laut yang terbentang. Dalam sekejap ombak pun menelannya. Botol berenang timbul tenggelam. Dua gulung kertas yang tadi kami tulis kini telah memiliki rumah.

“Untuk apa?” aku bertanya lagi.

6 Jul 2014

Kebebasan yang Kebablasan

Situasi politik negeri kita belakangan ini sangat mengerikan. Ada dua kubu yang sedang bersaing memperebutkan kekuasaan. Berbagai macam cara dilakukan, mulai dari berorasi mengenai visi dan misi, sampai menjelek-jelekkan lawan secara terang-terangan. Ironis sekali.

Mereka bilang kita negara demokrasi. Rakyat bebas bersuara dan mengeluarkan opini. Alhasil banyak surat terbuka yang beredar di dunia maya. Balas-membalas pula.

Tapi sepertinya makna kata ‘bebas’ telah di-salah-arti-kan. Bagi saya bebas bukan berarti hilang kendali sama sekali. Ibarat layangan yang diterbangkan, harus tetap ada benang yang mengikatnya di bumi.

Bebas yang berbatas.

Sebab tanpa batas, kita akan hilang dan tenggelam. Melupakan apa yang menjadi tujuan awal.