21 Feb 2014

Day 21: Perihal Mimpi

Kepadamu,

Surat ini kutulis di tengah-tengah kepalaku sedang pusing memikirkan fenomena komunikasi apa yang ada pada tema skirpsiku. Kamu mungkin heran kenapa aku masih sempat-sempatnya memikirkanmu. Semoga saja dengan begitu kamu tau bahwa kamu istimewa bagiku.

Saat ini aku sedang duduk di perpustakaan. Di luar sana langit sedang menumpahkan airnya yang begitu deras. Sesekali gemuruh petir dan kilat pun saling bersahutan. Di sebelah kiriku ada jendela besar yang menyajikan pemandangan halaman gedung rektorat yang mulai banjir. Di sebelah kananku ada dua mahasiswa berkacamata yang asik dengan laptop dan buku diktat. Di depanku ada seorang teman yang sedang memainkan ponsel pintarnya, ia tampak sudah bosan membaca buku metode penelitian yang tergeletak di atas meja.

Ehm, aku juga tidak tau kenapa aku harus memberitahumu dengan detail tentang suasana di mana aku sedang berada. Aku hanya ingin menuliskannya saja. Walaupun mungkin kamu juga tidak mau tau. Tidak, aku sama sekali tidak ingin memberi kesan bahwa keadaanku menyedihkan. Sungguh.

Dengan surat ini aku ingin memberitahu bahwa semalam kamu hadir di mimpiku. Jujur, aku tidak suka kalau kamu mengacaukan alam bawah sadarku. Bagaimanapun juga kamu hanya boleh ada di alam sadarku. Jangan kemana-mana, jangan menjadi bayangan yang kehadirannya terasa begitu nyata. Tetaplah berdiri di sana, saat aku berada dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Agar seandainya sesuatu yang buruk terjadi atau ada yang berubah pada hati, maka tidak sulit untukku menyingkirkanmu dari membran-membran sel dalam otak.

Agar jejakmu bisa dengan mudah terhapus dari seluruh indera, seperti halnya hujan yang dapat melenyapkan abu hingga akhirnya tiada.

Dari,
Aku yang (berharap) tidak akan memimpikanmu lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D