Waktu itu aku bermaksud sedang mencoba kamera yang kubawa.
Aku mengarahkan lensa pada laut. Cukup lama aku menunggu momen tidak ada orang
lewat –yang-berpotensi-merusak-pemandangan. Pulau Sempu yang saat itu ramai
pengunjung membuatku sedikit kesulitan untuk menggambil gambar percobaan.
Kemudian, setelah kupastikan tidak ada yang lewat di
hadapanku, aku segera menekan tombol. Tapi kamu tiba-tiba muncul dari sebelah
kiri sambil mengejar bola..dan KLIK, kamu tertangkap oleh kamera.
Untuk beberapa saat aku memperhatikanmu yang masih asik
menggiring bola.
Aku suka melihat anak laki-laki bermain bola. Aku suka
melihat binar di mata mereka yang sedang mengikuti kemana pun bola bergulir.
Waktu itu kamu juga seperti itu. Kamu begitu bersemangat, tersenyum dan tertawa
ketika mengejar bola. Sesekali kamu berteriak pada temanmu agar memberikan bola
itu padamu. Rambutmu terlihat basah oleh keringat (atau karena sebelumnya kamu
berenang di laut?).
Sejujurnya aku tidak suka bola. Tapi pada waktu-waktu tertentu,
aku bisa saja tiba-tiba suka bola. Misalnya saja ketika yang bermain adalah
orang yang kusuka. Oke, abaikan kalimat terakhir.
Aku benar-benar penasaran, apa yang membuatmu (dan sebagian
besar pria) suka bola. Bahkan ketika kamu sedang di pantai, yang notabene bukan
tempat untuk bermain bola. Jujur saja aku sempat kesal melihatmu dan
teman-temanmu. Kalian menghabiskan space
yang cukup luas untuk bermain bola hingga aku dan teman-temanku tidak menemukan
tempat untuk sekadar duduk.
Tiap kali aku melihat fotomu itu, aku membayangkan kalau
kamu adalah Ruly Walantaga. Iya, dia tokoh fiksi dalam novel favoritku yang
berjudul Antologi Rasa. Ruly yang sangat mencintai sepak bola dan menjadikan
olahraga itu sebagai hiburan ketika deadline pekerjaan di kantor membunuhnya.
Ruly yang dalam hidupnya hanya memikiran dua hal, pekerjaan dan skor
pertandingan sepak bola.
Bagi Ruly, sepak bola adalah sebuah permainan dengan
peraturan yang sangat jelas. Untuk mendapatkan poin hanya perlu memasukkan bola
ke dalam gawang, ada kartu merah dan kuning bagi mereka yang melanggar aturan.
Sesederhana itu alasannya menyukai sepak bola. Kata Ruly, ada kebahagiaan yang
tidak bisa digambarkan melalui kata-kata setiap kali berhasil membobol gawang
lawan.
Jadi, apa kamu juga seperti itu? Apa kamu jelmaan dari Ruly
Walantaga? Oh well, aku mulai
delusional.
Sepertinya cukup sekian surat yang ku tulis untukmu –laki-laki-asing-yang-tidak-ku-ketahui-namanya.
Maaf karena sudah memajang fotomu di sini tanpa permisi.
Dari,
Aku yang tidak sengaja memotretmu saat bermain
bola di pulau Sempu dua tahun lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D