29 Feb 2016

Surat Terakhir

Dear Orion,

Hari ini adalah hari terakhir di #30HariMenulisSuratCinta. Tidak banyak yang ingin kusampaikan, aku hanya ingin menuliskan kalimat ini sekali lagi.

I'm glad cause I was blessed to have you in my life.

Dimanapun nanti ujungnya, aku ingin selalu mengingatmu sebagai seseorang yang (pernah) kucintai. Aku berharap kita tidak akan pernah menemukan alasan untuk saling membenci.

Akhir kata, untukmu aku masih membisikkan doa yang sama. Jadilah pribadi yang membumi dan rendah hati (dan tidak selalu terpusat pada diri sendiri). Semoga kelak seluruh hal baik dalam hidup senantiasa berpihak padamu.

I wish nothing but your happiness.

Tertanda,
Ruru.

PS: Jaga kesehatan ya, pulang kerja jangan keluyuran.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-30

24 Feb 2016

Untukmu, Jangan Bersedih

Untukkmu,

Jangan bersedih. Selama bumi berputar, akan selalu ada orang yang berusaha menjatuhkanmu. Memandang rendah pada dirimu. Tidak menghargai pencapaianmu. Menghakimi pilihanmu. Menyalahkan keputusanmu. Menatapmu dengan penuh benci dan menganggapmu sebagai pecundang.

Jangan bersedih. Selama bumi berputar, akan selalu ada orang yang tidak bisa memahamimu, tidak bisa mengerti keadaanmu. Itu hal yang wajar karena mereka tidak menjalani kehidupanmu. Mereka hanya duduk di bangku penonton, sedangkan kau adalah pemeran utamanya. Mereka tidak akan mengerti apa-apa. Jadi, mulai saat ini berhenti untuk minta dimengerti. Di dunia ini tidak akan ada yang bisa mengerti keadaanmu sebaik dirimu sendiri.

Untukmu,

Kuingatkan, menjadi telinga bukan perkara yang mudah. Mereka mungkin mendengarkanmu, namun percayalah bahwa sebagian besar dari mereka melakukan itu bukan karena peduli. Bukan karena mereka benar-benar ingin menyelami kepribadianmu. Bukan pula karena mereka ingin menjadi bagian dari hidupmu. They hear not for listen to, but for reply.

I’ve been there. Aku tau betul apa yang tengah kau rasakan. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah berhenti memberi penjelasan, berhenti menceritakan apa yang sedang atau akan kau lakukan. Karena mereka yang benar-benar menyayangimu tidak butuh itu, sedangkan mereka yang membencimu tidak akan percaya ucapanmu.

Untukmu,

Jangan bersedih. Kau boleh gagal, kau hanya tidak boleh menyerah. Selama kau melakukan itu, aku akan senantiasa menyemangatimu. Sekarang, hapus air mata dan singsing lengan baju. Perjalananmu masih sangat panjang dan akan semakin terjal.

Be tough, you.

Warmest hug,
Me.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-26

20 Feb 2016

(Pel)ajaran Berharga

Orion,

Semalam aku menghabiskan semangkuk besar sayur sup. Walaupun Mama berulang kali mengingatkanku untuk tidak perlu menghabiskannya kalau memang sudah kenyang, tapi aku tetap menyuap sayur itu ke mulut...sambil mengingatmu.

Jadi, begini.

Sejak aku memutuskan untuk tidak lagi makan malam, Mama rajin membuatkan sayur untukku. Tapi Mama kadang berlebihan dengan memasak sayur semangkuk besar. Selain karena Mama memang punya kebiasaan masak dalam jumlah yang banyak walaupun yang makan hanya 3 orang (dan karena ini aku sering menyindirnya, "Mama mau ada hajatan apa hari ini? Masak segini banyak,"), mungkin Mama khawatir aku kelaparan karena tidak makan malam. Atau mungkin Mama takut aku kurus. Ehehehe.

Aku sudah berulang kali mengingatkan Mama untuk tidak memasak terlalu banyak sayur. Aku sudah bilang kalau aku sudah kenyang dengan semangkuk kecil sayur. Tapi Mama tidak peduli. Sepertinya Mama punya prinsip, lebih baik lebih dari pada kurang. Aku sampai kehabisan akal mengatasi masalah ini. Hhhhh.

Mama memang tidak pernah memaksaku untuk menghabiskan sayurnya. Tapi, setiap kali aku ingin menyisakan sayuran, aku seolah mendengar suaramu.

"Di luar sana masih banyak orang yang kelaparan karena gak punya makanan, kamu di sini mau buang-buang makanan?"

Kalimat itu terus terngiang di telingaku, sampai akhirnya membuat tanganku terus menyendokkan sayur ke dalam mulut secara perlahan hingga sayur itu habis.

Makanan yang terbuang memang sesuatu yang paling kamu benci di dunia ini. Bahkan aku masih ingat kalau dulu kamu pernah uring-uringan karena harus membuang beras yang sudah terkena kencing tikus ke sungai. Kamu sangat kesal pada teman-teman kontrakanmu yang tidak menutup tempat beras dengan benar. Moodmu seharian sukses dibuat berantakan karena masalah itu.

Orion,

Mungkin kamu memang tidak sama seperti lelaki lain. Yang akan menghujaniku dengan berbagai macam perhatian, mengingatkan makan, bertanya sedang di mana, lagi apa, dan sejenisnya -yang lama-lama membuatku bosan. Tapi kamu bisa mengajariku hal (yang mungkin terlihat) kecil yang pada akhirnya berdampak besar.

Karenamu, aku tidak pernah lagi membuang-buang makanan. Karenamu, aku berupaya untuk bersyukur dalam menjalani kehidupan. Selalu.

Lantas, di mana aku bisa menemukan lagi lelaki yang bisa mengajarkanku hal-hal berharga seperti ini?

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-21

15 Feb 2016

Mari Mengingat Hal-hal Buruk

Dear Orion,

Mereka masih saja menggempurku dengan seribu tanya. Salah satunya perihal apakah kamu yang memang begitu hebat hingga mampu membuatku terpikat. Terperangkap dalam jerat.

Tentu saja mereka salah mengira. Tentu saja kamu tidak sesempurna seperti yang mereka duga. Mereka tidak tau bahwa dari sekian banyak kekuranganmu, ada hal-hal yang terkadang tak mampu kutoleransi.

Pertama, kamu tidak pernah ada untukku.

Waktu adalah hal termahal untuk seseorang sepertimu. Bahkan waktu 24 jam sehari tidak cukup untukmu bisa melakukan apa-apa saja yang kamu mau. Aku tau betul itu. Dan aku mencoba mengerti walau gagal berkali-kali.

Kamu bukan seseorang yang bisa kuhubungi atau bisa kutemui kapanpun aku mau, kapanpun aku membutuhkanmu. Kamu bukan seseorang yang bisa selalu ada, terlepas dari apapun itu alasannya.

7 Feb 2016

Penggemar Gombal Elegan

Hai Jay,

Saat membaca tema surat untuk hari ini, sosok yang pertama kali terlintas di benakku adalah dirimu. Walau kemudian ada sosok kedua, ketiga, dan seterusnya yang muncul, namun pada akhirnya aku tetap menjatuhkan pilihan padamu. Seperti halnya pengalamanku ketika di bangku sekolah di mana jawaban pertama pada soal pilihan ganda biasanya selalu benar, begitu pula pertimbangan yang kugunakan ketika memilihmu sebagai figur publik (ciee) yang ingin kukirimi surat. Aku memilih yang pertama, aku memilihmu.

Sebenarnya ini bukan surat pertama yang kutulis untukmu, kalau saja kamu ingat (tapi mungkin tidak), kira-kira 2 tahun lalu aku sudah pernah menulis surat untukmu dalam event yang sama. Ketika itu kamu meninggalkan komen di kolom blog ini, dan itu menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan bagiku. Saat kita menulis dan tulisan kita dibaca, apalagi diberi respon, hal itu sangat menyenangkan bukan? Aku rasa kamu akan sepakat denganku.

Oh iya, sepertinya kamu sedang sangat sibuk sehingga tidak ikut merayakan #30HariMenulisSuratCinta tahun ini. Jujur saja, aku menunggu surat-suratmu yang selalu membuat candu. Ya, lelaki yang pandai menulis tidak pernah gagal membuatku kagum, dan kamu salah satunya. Aku tidak pernah suka dengan lelaki yang biasanya merayuku dengan kata-kata manis. Terdengar sangat basi (dan palsu) di telingaku. Mereka yang mengeluarkan rayuan gombal saat mendekatiku sudah bisa dipastikan masuk ke dalam daftar hitam yang tidak akan kuberi kesempatan. Iya, aku sejahat itu. Aku lebih memilih menjadi kejam daripada dituduh sebagai pemberi harapan palsu.

Tapi Jay, tulisan-tulisanmu sungguh berbeda. Aku biasa menyebutnya dengan istilah gombal elegan. Tulisanmu punya takaran manis yang pas, tidak berlebihan. Cukup untuk membuatku tersenyum setiap kali selesai membacanya. Cukup membuatku tersipu karena merasa surat itu ditujukan untukku. Ah, semoga saja lelaki di luar sana banyak yang mengikuti jejakmu. Semoga mereka segera sadar bahwa untuk membuat perempuan tertarik tidak perlu dihujani dengan hal-hal manis yang berlebihan.

Jay, seandainya aku boleh mengajukan permintaan padamu, aku hanya menginginkan sepucuk surat balasan. Tapi aku tidak memaksa. Lakukan jika kamu memang berkenan dan jika kamu memang memiliki waktu senggang ya.

Sekian surat dariku. Teruslah menulis karena ada banyak sekali yang menunggu tulisanmu, termasuk aku. Dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkanmu bahagia setiap harinya.

Salam,
Ruru

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-8

6 Feb 2016

Aku Mencintaimu Hari Ini

Dear Orion,

Sejak bersamamu rasanya aku menjadi orang yang lebih jujur. Aku selalu jujur padamu, pun pada diriku sendiri. Aku merindukanmu, aku ingin melihat wajahmu, aku ingin mendengar suaramu, hingga aku mencintaimu, aku bisa mengatakannya. Tidak ada sedikitpun rasa malu atau ragu-ragu. Takut akan diabaikan atau tidak dipedulikan olehmu, aku tidak pernah merasakan kekhawatiran itu.

Sementara itu, kamu berada pada poros yang berlawanan denganku. Kamu bukan tipikal yang terbuka dan terang-terangan. Kamu sama sekali tidak mengenal makna denotasi. Walau demikian, yang kamu lakukan tidak pernah gagal menjelaskan apa-apa yang tidak kamu ucapkan. Terkadang hal ini membuatku gemas karena kemudian aku yang bertugas meluruskan maksudmu, menerjemahkannya ke dalam bahasa yang lebih gamblang tanpa kata-kata yang bermakna ganda.

Ketika aku bisa dengan berani mengatakan kalau aku telah jatuh hati padamu dan sampai saat ini belum menemukan cara untuk bisa berhenti, di seberang sana kamu hanya akan menautkan jari-jari kita. Genggamanmu yang erat seolah memberi isyarat padaku, membisikkan sebaris kata tanpa suara, "Jangan pergi."

Orion, melalu surat ini aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu untuk hari ini.

Esok hari, cinta yang sama mungkin akan terulang, walau tidak menutup kemungkinan tiba-tiba ia akan berhenti.

Dariku,
Yang sedang bertaruh dengan waktu.


#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-7

4 Feb 2016

Kenapa? Kenapa? Kenapa Nikah?

Belakangan ini pertanyaan-pertanyaan sejenis "Mengapa seseorang memutuskan untuk menikah?" sering terngiang di telingaku. Rasanya aku ingin menanyakan satu-persatu temanku yang sudah menikah. Tentang alasan yang membuat mereka mengambil salah satu keputusan (yang menurutku) terbesar dan terberat dalam hidup.

Orion, apakah kamu sudah memikirkan rencana untuk menikah? Apakah kamu sudah punya gambaran mengenai wanita seperti apa yang akan kamu nikahi?

Aku sering membayangkan siapa wanita yang nantinya akan duduk bersamamu di pelaminan. Siapapun wanita itu, aku rasa dia pastinya seorang wanita yang luar biasa tangguh. Mengapa? Karena sepertinya untuk bisa menjadi istrimu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Istrimu nanti harus ekstra sabar menunggumu pulang. Paling cepat sekali sebulan. Kalau sedang tidak beruntung, mungkin ia baru bisa melihat wajahmu setelah 3 sampai 4 bulan kemudian. Hubungan jarak jauh yang akan kalian jalani tentunya tidak akan mudah. Belum lagi komunikasi yang tersendat karena sinyal laut yang payah. Istrimu nanti haruslah pribadi yang benar-benar mandiri sebab kamu tidak bisa untuk selalu berada di sisinya setiap saat.

3 Feb 2016

Pertemuan yang Hanya dalam Angan

Orion, surat hari ini tidak akan panjang. Surat hari ini hanya akan berisi pertanyaanku tentang apakah suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi.

Beberapa waktu yang lalu aku sudah pernah menanyakannya langsung padamu, dan kamu pun menjawab bisa, nanti, ketika waktunya tiba.

Sejujurnya, tahun lalu aku sangat memaksa ingin bertemu denganmu karena aku merasa bahwa itu adalah waktu terakhir kita. Entah mengapa, setelah hari itu berlalu, aku merasa tidak akan pernah bisa bertemu denganmu lagi. Hal itu pula yang aku yakini hingga detik ini.

Orion, ketika kamu menjawab pertanyaanku dengan kata-kata "bisa", "nanti", "ketika waktunya tiba", apakah itu karena kamu benar-benar percaya bahwa waktu akan mempertemukan kita, atau kamu menjawab seperti itu hanya untuk menghiburku saja?

Dariku,
Yang benar-benar ingin tau.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKe-4

2 Feb 2016

Your Uphill Battle

Orion,

Aku mengagumi perjuanganmu sejak dulu.

Sejak malam di mana kamu mengendap-endap keluar dari kontrakan untuk menjauh dari senior yang gemar memukulmu. Kala itu warnet menjadi tempat pelarianmu. Dan kita membicarakan banyak hal melalui fitur chat yang ada di facebook. Perbincangan yang tidak jarang berlangsung hingga larut malam, hingga jarum jam menunjukkan waktu di mana kamu harus segera pulang.

Tentu saja kamu tidak pernah menceritakan padaku secara gamblang. Kamu hanya pernah sekali bilang kalau dadamu terasa remuk sampai ke tulang. Ketika aku meminta penjelasan lebih lanjut, ketika pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana meluncur dari bibirku, kamu diam. Kemudian kamu hanya akan mengalihkan topik pembicaraan.

Bahkan setelah kita sudah lebih dari sekadar teman pun kamu tidak mau menceritakan semuanya. "Aku tadi dihukum," kamu hanya akan mengatakan itu. Dan aku tidak pernah benar-benar tau hukuman macam apa yang kamu terima.

1 Feb 2016

Tragedi Kotak Kado

Dear Orion,

Seharian ini aku hanya bisa meringkuk di atas tempat tidur menahan sakit perut yang mengganggu setiap bulan. My period is killing me. Dan setiap kali sakit sialan ini datang, ingatan senantiasa melemparku pada peristiwa setahun lalu. Peristiwa yang menjadi penyebab berakhirnya hubungan kita.

Aku berniat mencari kotak kado pada hari itu. Kotak kado yang nantinya akan berisi sebuah flanel yang ingin kuberikan padamu. Sayangnya hari itu aku kedatangan tamu bulanan yang membuat perutku sakit.

Aku gamang. Keinginanku kuat untuk tetap pergi mencari kotak kado. Tapi perutku sakit. Tapi aku harus pergi karena besok kamu akan datang dan aku ingin memberimu hadiah secara langsung.

Akhirnya, aku pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kosan. Kurang lebih setengah jam waktu yang kuhabiskan untuk masuk keluar toko mencari kotak kado yang pas. Mencari ukuran yang tidak terlalu besar agar tidak menghabiskan banyak space di dalam ranselmu, sekaligus mencari warna yang cukup maskulin supaya kamu berkenan menyimpannya.