21 Okt 2012

Semeru Punya Cerita (Part 2)

.........

Kalimati

Jam 11 malam persiapan untuk summit attack dimulai. Jaket, masker, gatter (gak tau tulisannya bener apa nggak), sarung tangan, headlamp, air minum, roti sisir, coklat, dan tas kecil berisi kamera, itulah benda-benda yang saya bawa menuju puncak. Kira-kira jam 12 lewat, rombongan yang jumlahnya sekitar lebih dari 30 orang itu bergerak beririnfan memasuki hut`n kecil di kaki Mahameru..

Karena sedang musim kemarau, perjalanan ke Arcopodo cukup menyiksa. Jalannya sangat berdebu. Semakin berdebu oleh hentakan 30-an pasang sepatu. Setelah dari Semeru kayaknya saya harus sedot paru-paru..

Arcopodo


Rombongan sampai di Arcopodo sekitar jam setengah 2 dini hari. Ketinggian yang semakin bertambah menyebabkan oksigen semakin tipis. Mual dan rasa ingin muntah itu wajar. Tapi saat itu saya tidak merasakan mual, pengen muntah, ataupun sejenisnya. Keadaan saya baik-baik saja. Amat sangat baik malah. Semangat untuk menggapai puncak Mahameru sudah berkobar, walaupun dengan jalan lambat seperti siput...


Rombongan pun melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Kelik, ada sedikit briefing untuk terus berhati-hati sepanjang perjalanan ke Puncak. Salah satu kakak senior juga berpesan, dia bilang nanti di lautan pasir kalo ngeluh di dalam hati aja.

3 Okt 2012

Semeru Punya Cerita (Part 1)

Sebelumnya nggak pernah terlintas dipikiranku kalo suatu hari nanti aku akan ke Semeru. Bahkan setelah membaca novel 5 cm sekalipun, aku cuma mengagumi deksripsi keindahan dan keajaiban Semeru lewat cerita yang tertuang di novel itu. Berharap atau berkeinginan untuk pergi kesana? Sepertinya mentalku belum siap..

Wacana pendakian ke Semeru bersama teman-teman Kompas setelah Hari Raya Idul Fitri pun masih ngambang, gak ada kepastian. Dan setelah rapat bersama teman-teman pengurus di Cangkir Jawa, barulah kepastian itu ada. Diputuskan kalo pendakian Semeru 2 minggu lagi yaitu pada tanggal 27 September 2012.

Waktu itu aku masih setengah gak percaya. Yakin nih Semeru 2 minggu lagi? Semeru tanah tertinggi di Jawa itu kan?

Aku seperti linglung. Pikiranku penuh dengan Semeru, Semeru, dan Semeru. Entahlah.. Semeru tampak begitu ‘menyeramkan’ di mataku. Tiap kali mau naik gunung, aku emang sedikit deg-degan. Salah satu penyebabnya adalah karena tiap naik gunung gak pernah pamit sama orang tua. Dan untuk Semeru ini, aku samasekali gak punya ide yang cerdas sebagai alasan kenapa menghilang selama 4 hari. Penyebab deg-degan lainnya adalah karena kali ini The Highest Mountain in Java. Buat aku yang new comer dalam dunia pendakian, rasanya normal kalo bakal nervous setengah mati.