25 Mar 2014

Memungut Semangat


Tiada masa paling indah..masa-masa di sekolah..tiada kisah paling indah..kisah kasih di sekolah..

Sepotong bait lagu di atas sepertinya perlu direvisi ya. Karena menurut saya, masa-masa kuliah tidak kalah indah. Begitu juga dengan kisa kasih di bangku kuliah untuk yang punya pacar.

Siapa yang kangen kuliah?

*tunjuk tangan*

Dan saya yakin, mereka yang tunjuk tangan pasti cuma mereka yang udah lulus dan mereka yang lagi memperjuangkan skripsi.

Dulu waktu masih semester enam ke bawah, saya sering iri melihat mahasiswa-mahasiswa semester atas yang udah gak ada kuliah. Iri ngeliat mereka yang (hanya) ke kampus untuk konsul ke dosen. Iri sama mereka yang gak lagi dibombardir tugas-tugas yang berslogan ‘mati satu tumbuh seribu’. Iri sama mereka yang sedang menyusun skripsi, yang berarti selangkah lebih dekat pada apa yang namanya wisuda.

Tapi ternyata, setelah sekarang mengalami sendiri, saya gak jadi iri. Saya pengen memutar waktu aja rasanya. Saya pengen jadi mahasiswa biasa lagi.

Mahasiswa yang setiap harinya sibuk kuliah dengan jadwal loncat-loncat dan gak pasti. Yang senang bukan main waktu terima jarkoman kalau dosen lagi gak bisa ngajar. Yang deg-degan tiap kali mau presentasi tugas penting. Yang nervous tiap kali dosen menggelar kuis dadakan. Yang nonton film horror sama teman-teman di kelas kalau dosen telat masuk. Yang baru bisa tidur setelah subuh karena ngebut menyelesaikan tugas semalam suntuk.  Yang stres menjelang UTS atau UAS karena tugas-tugas yang gak tau harus dikerjakan dari mana.

Dan mahasiswa yang gak pernah menyia-nyiakan jatah bolos kuliah 2x tiap semesternya :D

Beberapa waktu yang lalu, di grup kelas di whatsapp, salah satu teman berkata, “Kangen kuliah reeeek. Skripsi mboseni sing digarap mek siji,”. Iya, saya sangat sepakat dengan teman saya itu. Mengerjakan satu hal yang sama, dalam jangka waktu yang cukup lama, dan direvisi berulang-ulang itu…membosankan *kemudian gumoh*

Bagi saya, Si skripsi ini bener-bener menghantui  pikiran siang malam. Tapi sayangnya tetap susah menemukan solusi. Semakin dikerjakan, semakin dipikirkan, semakin bingung, semakin memunculkan banyak pertanyaan baru.

Ujung-ujungnya tetap gak tau mau dibawa kemana permasalahan yang ada dalam skripsi. Argh.

Belum lagi saya yang sekarang mulai kesal mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti, “udah sampai mana skripsinya?” atau “udah sampe bab berapa?”. Karena pertanyaan-pertanyaan itu jawabannya masih tetap sama, yaitu “belum sampai mana-mana” dan “Bab-las,”.

Ditambah lagi komentar-komentar orang sok tau yang pernah berkata, “Eh kamu udah skripsi ya? Asiiiik, Juli nanti wisuda dong berarti?” atau “Ya kalo fakultasnya ilmu-ilmu sosial gitu harusnya 3,5 tahun udah lulus. IPK juga minimal 3,5 lah,”. Mendengar komentar-komentar seperti itu rasanya saya pengen nimpuk mereka pake batu-bata.

Tapi saya maklum sih. Hidup memang seperti ini. Kita yang menjalani, orang lain yang mengomentari.

Tuh kan saya jadi sebel sendiri. Padahal tadi sebelum menulis ini, saya udah niat untuk menjaga ketikan dari energi-energi negatif. Padahal tadi rencananya saya mau nykripsi, eh malah curhat di blog. Ya begitulah, niat mengerjakan skripsi akhirnya hanya sebatas wacana. Hauft.

Untuk semua pejuang skripsi di luar sana, yok pungut lagi semangat yang udah berceceran di sana sini. Semangat yang susah payah dibangun, tapi biasanya dapat dengan mudah porak poranda setelah selesai konsul.

Fighting!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D