Tiada masa paling
indah..masa-masa di sekolah..tiada kisah paling indah..kisah kasih di sekolah..
Sepotong bait lagu di atas sepertinya perlu direvisi ya.
Karena menurut saya, masa-masa kuliah tidak kalah indah. Begitu juga dengan
kisa kasih di bangku kuliah untuk yang punya pacar.
Siapa yang kangen kuliah?
*tunjuk tangan*
Dan saya yakin, mereka yang tunjuk tangan pasti cuma mereka
yang udah lulus dan mereka yang lagi memperjuangkan skripsi.
Dulu waktu masih semester enam ke bawah, saya sering iri melihat mahasiswa-mahasiswa semester atas yang udah gak ada kuliah. Iri ngeliat
mereka yang (hanya) ke kampus untuk konsul ke dosen. Iri sama mereka yang gak
lagi dibombardir tugas-tugas yang berslogan ‘mati satu tumbuh seribu’. Iri sama
mereka yang sedang menyusun skripsi, yang berarti selangkah lebih dekat pada
apa yang namanya wisuda.
Tapi ternyata, setelah sekarang mengalami sendiri, saya gak
jadi iri. Saya pengen memutar waktu aja rasanya. Saya pengen jadi mahasiswa
biasa lagi.
Mahasiswa yang setiap harinya sibuk kuliah dengan jadwal
loncat-loncat dan gak pasti. Yang senang bukan main waktu terima jarkoman kalau
dosen lagi gak bisa ngajar. Yang deg-degan tiap kali mau presentasi tugas
penting. Yang nervous tiap kali dosen
menggelar kuis dadakan. Yang nonton film horror sama teman-teman di kelas kalau
dosen telat masuk. Yang baru bisa tidur setelah subuh karena ngebut
menyelesaikan tugas semalam suntuk. Yang
stres menjelang UTS atau UAS karena tugas-tugas yang gak tau harus dikerjakan
dari mana.
Dan mahasiswa yang gak pernah menyia-nyiakan jatah bolos kuliah
2x tiap semesternya :D
Beberapa waktu yang lalu, di grup kelas di whatsapp, salah satu teman berkata, “Kangen kuliah reeeek. Skripsi mboseni sing
digarap mek siji,”. Iya, saya sangat sepakat dengan teman saya itu.
Mengerjakan satu hal yang sama, dalam jangka waktu yang cukup lama, dan
direvisi berulang-ulang itu…membosankan *kemudian gumoh*
Bagi saya, Si skripsi ini bener-bener menghantui pikiran siang malam. Tapi sayangnya tetap
susah menemukan solusi. Semakin dikerjakan, semakin dipikirkan, semakin
bingung, semakin memunculkan banyak pertanyaan baru.
Ujung-ujungnya tetap gak tau mau dibawa kemana permasalahan yang
ada dalam skripsi. Argh.
Belum lagi saya yang sekarang mulai kesal mendengar
pertanyaan-pertanyaan seperti, “udah sampai mana skripsinya?” atau “udah sampe
bab berapa?”. Karena pertanyaan-pertanyaan itu jawabannya masih tetap sama,
yaitu “belum sampai mana-mana” dan “Bab-las,”.
Ditambah lagi komentar-komentar orang sok tau yang pernah
berkata, “Eh kamu udah skripsi ya? Asiiiik, Juli nanti wisuda dong berarti?”
atau “Ya kalo fakultasnya ilmu-ilmu sosial gitu harusnya 3,5 tahun udah lulus.
IPK juga minimal 3,5 lah,”. Mendengar komentar-komentar seperti itu rasanya
saya pengen nimpuk mereka pake batu-bata.
Tapi saya maklum sih. Hidup memang seperti ini. Kita yang
menjalani, orang lain yang mengomentari.
Tuh kan saya jadi sebel sendiri. Padahal tadi sebelum
menulis ini, saya udah niat untuk menjaga ketikan dari energi-energi negatif.
Padahal tadi rencananya saya mau nykripsi, eh malah curhat di blog. Ya
begitulah, niat mengerjakan skripsi akhirnya hanya sebatas wacana. Hauft.
Untuk semua pejuang skripsi di luar sana, yok pungut lagi
semangat yang udah berceceran di sana sini. Semangat yang susah payah dibangun,
tapi biasanya dapat dengan mudah porak poranda setelah selesai konsul.
Fighting!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D