19 Mar 2014

Selamat Ulang Tahun Angkatan 5 (Part 2)


Mungkin ada yang bertanya-tanya di dalam hatinya, “kenapa segitu ingatnya sama diklatsar satu, sampai hafal tanggalnya, sampai dirayakan segala?”

Jadi, begini sejarahnya.

17 Maret 2012, saya dan beberapa teman angkatan lima (lupa siapa aja) lagi ngumpul di sekber. Kalau tidak salah, waktu itu kami sedang persiapan untuk gathering calon anggota baru angkatan VI. Nah, kebetulan Septa lagi buka laptop dan melihat foto-foto diklatsar angkatan kami. Di salah satu foto tersebut ternyata tertera tanggal di pojok kiri bawah.

Waktu itulah kami (yang di sekber) ingat tanggal diklatsar satu angkatan lima. Lalu Septa, sebagai humas, langsung menjarkom ke semua angkatan lima, mengucapkan selamat ulang tahun. Sekaligus memberi semangat kepada teman-teman dalam rangka menjalankan proker pertama di kepengurusan angkatan kami, yaitu diklatsar satu angkatan enam.

Nah, seperti janji saya kemarin, hari ini akan dilanjutkan profil singkat dari teman-teman angkatan lima lainnya. Here we go.

05.07 Arsenda Andre Kresnadi

Warga desa Jombang yang akrab dipanggil Andre ini adalah teman sekelompokku waktu diklat. Kelompok kami bernama “Kodok”. Dari kelompok Kodok yang jumlahnya ada empat orang, cuma aku dan Andre yang berhasil menjadi bagian dari keluarga besar Kompas.

Jadi dulu di kelompokku ada seorang cowok, sebut saja Marwan. Malam pertama di Cemoro Kandang, Marwan minta tolong ke Andre buat masangin resleting sleeping bag-nya. Lalu Andre menarik resleting sleeping bag si Marwan sambil ngomel, “Kon kok manja seh Wan? Ujubku ae gak koyok ngene,”

Dari hari pertama diklat emang Andre dan Erwin kayaknya sensi sama si Marwan. Sepanjang perjalanan ke Cemoro Kandang, si Marwan dimarahin terus. Apapun yang dilakukan Marwan selalu salah (atau emang salah?). Ya bukannya aku mau belain Marwan sih, cuma aku kan orangnya gak tegaan.

Oke, mari kita tinggalkan si Marwan yang sampe sekarang kalau ketemu di kampus masih dengan ramahnya menyapa, walaupun setelah diklat dia langsung keluar dari Kompas :D

Next, ngomong-ngomong soal ujub, Andre ini dulu pernah dikenakan wajib lapor oleh sang pacar. Ehem.

Jadi, dulu itu hampir setiap weekend kita pasti ada acara, baik acara proker ataupun survey. Akibatnya hampir setiap malam minggu kita selalu ngumpul. Dan ini menyebabkan Andre harus terus mencari alasan kenapa gak bisa ngapelin si pacar.

Tapi biasanya sih Andre pake alasan klasik seperti: Ngerjakan tugas atau tidur. Padahal dia lagi nongkrong sama kita, cekikan ketawa haha hihi.

Jadi, girls, pacarmu ngakunya lagi ngerjain tugas atau ketiduran? Good luck ya.

Selain itu, Andre pernah 2x hampir kehilangan nyawa di Semeru. Pertama, waktu turun dari puncak, dia mengambil jalur terlalu ke kanan menuju blank 75. Akhirnya dia harus naik lagi, ngesot-ngesot di pasir lagi, untuk kembali ke jalur yang benar.

Kedua, ini lumayan lucu. Dia hampir dibuatkan plakat di Ranukumbolo karena meminum metanol yang dikira air putih. Ada yang pengen tau rasanya metanol? Buat penelitian skripsi mungkin? Bisa hubungi teman saya yang satu ini.

05.08 Ayu Monica

Mojang Luwuk ini lebih memilih dipanggil Yayuk daripada Momon. Selain itu, dia juga mendapat julukan sebagai “Indomaret berjalan” karena biasanya tasnya penuh dengan camilan hasil menguras Indomaret.

Waktu masih jadi calon anggota, bahkan setelah jadi pengurus, rasanya aku belum begitu akrab sama Yayuk. Maksudku, tidak seakrab seperti sekarang. Kalau dulu obrolanku dan Yayuk selalu seputar Kompas. Setiap ketemu yang dibahas Kompas, orang-orang ataupun proker-prokernya.

Dulu kedekatan yang terjalin itu seolah-olah karena tuntutan organisasi. Aku sekretaris, Yayuk Bendahara. Kita sama-sama Badan Pengurus Harian yang dituntut untuk harus terus berkoordinasi.

Tapi sekarang, setelah lepas kepengurusan, kita akhirnya bisa keluar dari topik pembicaraan seputar Kompas. Ternyata sekarang aku nyambung ngobrol apa aja sama Yayuk.

Karena di angkatan lima itu ceweknya cuma aku dan Yayuk, kita semacam jadi duo ratu. Gak enaknya itu kalau Yayuk gak ada, aku sering bingung. Bingung karena nanti yang nganterin pipis siapa?

Tapi kalau kata Beny, “Dua aja udah susah aku ngaturnya,” atau “Cewek cuma dua, dua-duanya juga gampang ngambek,”

Iya, aku sama Yayuk memang hampir sama. Sama-sama gampang ngambek. Tapi kadang emang cowok-cowok itu aja yang gak berperasaan -_-

Btw, aku dan Yayuk belum pernah muncak bareng. Jadi, setiap kali ada pendakian, salah satu dari kita kadang gak bisa ikut. Kalau pun misalnya dua-duanya ikut, salah satu atau dua-duanya gak muncak.

Waktu ke Raung, aku sama Yayuk gak ikut.

Aku ikut Merbabu, Yayuk gak ikut.

Arjuno jalur karangploso, aku ikut, Yayuk gak ikut.

Cemoro Kandang proker terakhir, Yayuk ikut, aku gak ikut.

Arjuno jalur purwosari, kita sama-sama ikut, tapi aku yang gak muncak.

Semeru, kita sama-sama ikut, dan sama-sama gak muncak. *nyenden tembok*

Jadi, aku sama Yayuk belum pernah foto berdua di puncak.

Oke, ralat. Aku sama Yayuk pernah sama-sama muncak……di Panderman. Sekian.

05.09 Azmi Multazami

Azmi dengan panggilan Amik tapi kita lebih suka manggil dia “Mimi” ini selalu protes kalau aku salah menulis namanya menjadi Multazomi.

Pertama kali melihat Mimi di gathering calon anggota baru Kompas, aku tau kalau dia sekelompok denganku waktu Pengmas Ospek. Akhirnya sepulang dari gathering itu, aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan Mimi.

Kebetulan jalan pulang ke kos kita searah, jadi begitu aku ngeliat dia jalan di depanku, langsung aku susul dan aku ajak kenalan. Itu pengalaman pertama aku ngajak kenalan cowok duluan.

Yang menjadi ciri khas dari Mimi adalah makannya yang Portugal alias porsi tukang gali. Kayaknya daya tampung perut Mimi itu unlimited deh. Pokoknya tiap selesai acara, sisa konsumsi itu pasti Mimi yang ngabisin. Atau minimal ada satu bungkus yang dia bawa pulang.

Tapi tiap pendakian, Mimi itu paling sabar ngover aku. He’s my guardian angel pokoknya. Mimi makasi banyak lhooooo :’)

Dan aku masih ingat, waktu muncak di Merbabu, Mimi menyemangatiku dengan bilang, “Ayo Rau semangat… tinggal dikit lagi… kamu wanita Bondowoso pertama yang mencapai puncak merbabu…”

Mimi kebiasaan SARA bawa-bawa nama daerah -_-

Btw, aku gak akan cerita kalau Mimi adalah penggemar KPop. Kalau dia juga tergila-tergila dengan Sistar, sampe-sampe kalau Sistar baru rilis lagu baru, berita tentang Sistar di-retweet semua. Gak, aku gak akan cerita tentang itu di sini.

05.10 Oldy Archadia

Di angkatan lima, Oldi adalah sesepuh alias yang paling di tua kan. Trus waktu diklat dia dipanggil Hirohito karena matanya yang selalu merem alias sipit. Hobinya ngising. Metabolisme tubuhnya terlalu lancar sepertinya. Cuma ini sih yang bisa menggambarkan sosok Oldi.

Tapi, ada satu kejadian lucu sekaligus tragis yang dulu pernah menimpa Oldi. Iya, waktu dia hilang di Ranuregulo.

Jadi, Oldi adalah ketua pelaksana diklatsar angkatan enam. Suatu hari, Oldi dan teman-teman pengurus camping di Ranuregulo untuk survey tempat diklat. Dari cerita yang aku dengar, sekitar jam 9 pagi Oldi dan Septa pamit untuk cari jalur jelajah. Dan sampai sore mereka berdua gak balik ke tenda.

Ternyata mereka berdua nyasar, tanpa membawa air minum (apalagi makanan) dan dengan pakaian seadanya (gak pake jaket dan bercelana pendek). Dari cerita yang aku dengar juga, katanya Oldi itu sempat pingsan. Tapi sebelum pingsan dia bilang kayak gini ke Septa, “Sep, salah satu dari kita harus ada yang selamat,”

Oldi kayaknya keseringan nonton FTV ya.

Untungnya Oldi berhasil ditemukan dan diselamatkan setelah disusul Beny dan Agung.
Tapi memang Oldy itu selalu apes (dan apesnya pasti berdua sama Septa). Karena waktu kita maen ke Coban Glothak, Oldy juga sempat jatuh ke jurang, Septa teriak-teriak minta pertolongan tapi anak-anak gak peduli karena mengira mereka berdua cuma becanda.

*pukpuk Oldy

05.11 Rahardiyan Septa Nugraha

Tampilannya anak PA banget. Rambut keritingnya dibiarkan tumbuh lebat. Gelang di tangan kirinya (kalo gak salah?) berjejer. Tas kecil eiger yang dia bawa kemana-mana dengan gantungan seperti lonceng kecil yang menimbulkan bunyi gemerincing seperi kalung sapi.

Septa ini punya kebiasan buruk, yaitu sangat amat sering kentut, pokoknya durasi kentutnya gak aturan, gak manusiawi. Selain itu, dia takut sama guk-guk alias kirik, dan dia juga takut sama banci. Mungkin dulu pernah jadi korban?

Septa ini punya hobi merampas HPku (secara paksa), baik untuk membajak ataupun membaca semua BBM. Lalu dia akan membawa HPku kabur ke tempat di mana dia bisa membaca semuanya dengan leluasa. Baj*ngan memang Septa ini.

Tapi, tentu saja aku pernah membalas dendam. Aku pernah beberapa kali membaca BBMnya yang lagi nyepik-nyepik cewek. Ehem.
Mungkin dari penampilan luar, Septa kelihatan sangar. Tapi sebenarnya dia lebih ke arah nggilani. Gimana gak nggilani, waktu di coban glothak, dia joget-joget di depan air terjun hanya dengan kampesan. Shit, aku gak bisa menikmati keindahan alam gara-gara harus balik badan karena gak mau mendzolimi mata sendiri.

Lalu, dari cerita aku yang dengar, Septa juga nangis waktu Oldy pingsan di Ranuregulo. Ini nih yang namanya tampang security, hati hello kitty :D

05.12 Raudha Salsabila

Dulu waktu awal-awal, aku sering dibilang salah pergaulan. Aku yang harusnya bobo manis di kosan, malah bersama mereka melawan dinginnya udara di depan api unggun dan secangkir kopi panas di atas gunung. Aku terlalu berwajah anak baik-baik sepertinya, sampai banyak ragu dan mempertanyakan, “tenanan ta arek iki ate ndek Kompas?”

Waktu diklat, di tengah kita semua depresi dan frustasi karena di-pressing sedemikian rupa, salah satu teman bertanya, “Rau, abis diklat ini kayaknya kamu keluar ya?”. Aku hanya menjawab “gak tau” waktu itu.

Tidak bisa dipungkiri kalau aku sempat shock. Pertama kalinya naik gunung dan pertama kalinya dipisuhi. Tapi yang bikin trauma itu sebenarnya naik gunungnya. Waktu diklat aku bertekad kalau itu pertama dan terakhir kalinya naik gunung. Eh, tapi setelah turun malah pengen naik lagi :D

Kalau ditanya kenapa masuk Kompas, mungkin karena waktu itu aku sedang di titik jenuh di mana aku merasa kalau "kuliah aja" itu membosankan. Jadi aku mencari kegiatan lain yang sekiranya bisa jadi oase, yang bisa jadi hiburan.

Kompas sukses membalikkan kehidupanku yang sebelumnya normal-normal aja, menjadi lebih penuh tantangan. Terutama tantangan untuk gimana caranya bisa naik gunung tanpa ketauan sama orang tua.

Aku harus memutar otak untuk mencari alasan supaya gak disuruh pulang, supaya gak ditelponin waktu lagi naik, dan supaya bisa me-manage keuangan untuk beli perlengkapan pendakian.

Tapi kalau ditanya, kenapa aku betah di Kompas? Mungkin karena di sini aku bertemu dengan orang-orang yang apa adanya, orang-orang yang bisa tertawa untuk sesuatu yang sederhana, orang-orang yang tidak perlu hal-hal mahal untuk bisa bahagia.

Eh naik gunung itu mahal ding :D

***

Kenapa kita bertahan di Kompas? Ini adalah pertanyaan yang harusnya masing-masih dari kita sudah tau apa jawabannya.

Kalau jawaban versiku kurang lebih seperti ini.

“Karena tidak ada alasan untuk meninggalkan Kompas dan memisahkan diri dari angkatan lima. Walaupun mereka semua tidak selamanya menyenangkan, walaupun mereka juga sering menyebalkan, walaupun bersama mereka tidak selamanya tawa itu ada. Tapi…. bukankah up and down itu hal yang biasa?”

Sekali lagi, selamat ulang tahun teman-teman angkatan lima. Selamat mengenang masa-masa diklat dan seluruh kebersamaan yang penuh dengan kekonyolan. Terima kasih untuk semua cerita yang bisa disimpan untuk anak cucu kita *halah

Masih ingat tagline kita? Angkatan lima selalu bahagia :D

Kita ternyata dulu alay ya.

Para kekasih Bunga yang dimarahi karena nyuruh Bunga pulang :D
*tidak ada caption untuk gambar ini* :D
Diajarkan filosofi memegang golok *apeeuu
Kelompok Luak
Kelompok Lintah tanpa keberadaan Bunga
Kelompok Kodok yang sekarang tinggal dua \m/
Kelompok Curut sebelum beraksi dengan tarian Go Curut Beradventure
Yeeeey 16 orang lulus diklatsar I KOMPAS \m/
12 orang pilihan yang diangkat menjadi anggota tetap, perjuangan mendapatkan slayer dan PDL yang tidak mudah \m/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D