Program
#30HariMenulisSuratCinta sudah berakhir sejak seminggu yang lalu, tapi aku masih
ingin terus menulis surat untukmu.
Kamu tau
alasannya apa?
Mungkin
karena aku yang belum berhenti mencintaimu. Iya, gombalanku sungguh basi
sekali. Semoga kamu memaklumi.
Selama kamu
masih mengisi hari-hariku yang membosankan ini, tolong ijinkan aku untuk tetap menulis
semua tentangmu di sini, wahai Raja Tanpa Mahkota.
Kamu pasti
bertanya-tanya mengapa aku memberikan julukan “Raja Tanpa Mahkota” padamu.
Sebenarnya aku menemukan istilah itu pada sebuah blog yang pernah kukunjungi. Entah
kenapa istilah itu mengingatkanku pada sosokmu sejak pertama kali aku
membacanya.
Wahai, Raja
Tanpa Mahkota
Kamu adalah pria
keras kepala kesekian yang pernah kukenal. Tidak jarang aku heran, mengapa
Tuhan menghadirkan orang-orang seperti kalian ke dalam hidupku. Mengapa aku
terus-menerus dipaksa untuk menghadapi pribadi-pribadi berkepala batu. Namun di
antara sekian banyak dari mereka, bagiku kamu yang ada di peringkat pertama. Kamulah yang paling keras kepala.
Seperti
halnya karakter seorang Raja dalam dongeng, yang titahnya tidak boleh
ditentang, kamu pun kurang lebih seperti itu. Apa yang kamu mau, apa yang
menurutmu benar, bagaimana sesuatu seharusnya berjalan, semua itu kamu yang
menentukan.
Kamu tidak
bisa dilawan dengan kekerasan, melainkan dengan kelembutan. Ini tentu saja
kenyataan pahit yang harus kuhadapi, karena aku tau kadar kelembutan dalam
diriku terlalu sedikit jumlahnya. Aku tau bahwa aku tidak cukup sabar untuk
menghadapimu.
Wahai, Raja
Tanpa Mahkota
Seperti
halnya karakter seorang Raja dalam dongeng, ia dipuja oleh seluruh rakyat di
negerinya karena sifatnya yang penuh belas asih, bijaksana, dan penyayang. Kamu
pun seperti itu. Kamu dicintai banyak orang.
Belum lagi
wanita di sekelilingmu yang berlomba-lomba merebut hatimu untuk bisa menyandang
status sebagai Ratu. Bahkan tidak berhenti sampai di situ, seandainya sang Raja
sudah memiliki Ratu, masih ada wanita-wanita yang rela menjadi selir.
Sekilas,
kamu memang tampak sempurna.
Wahai, Raja
Tanpa Mahkota
Dalam
hal-hal tertentu, aku tidak suka membagi apa yang sudah kumiliki. Itu sebabnya
aku menginginkanmu menjadi Raja Tanpa Mahkota. Menjadi Raja yang tidak
sempurna, pun tidak dipuja banyak wanita. Aku menginginkanmu menjadi Raja
untukku saja.
Namun yang
selalu menjadi pertanyaan, bisakah kau menjadikan aku penghuni istana hatimu
satu-satunya?
Tertanda,
Aku yang cuma rakyat biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D