22 Mei 2014

Melakukan Hal-Hal Baik

Susah ya untuk jadi orang baik?

Lebih tepatnya lagi, susah untuk melakukan hal-hal baik.

Padahal melakukan hal baik itu semudah membalikkan telapak tangan. Mudah sekali. Sungguh.

Contohnya, membuang sampah pada tempatnya. Menyingkirkan paku yang kita temukan di jalan. Mendengarkan orang yang sedang bicara dengan seksama. Menanyakan kabar orang tua yang sedang jauh dari kita. Membantu teman yang ingin melakukan surprise ulang tahun untuk sang pacar. Tersenyum saat berpapasan dengan adik kosan yang tidak terlalu dikenal. Mengucapkan terima kasih pada waitress yang mengantar makanan. Mengucapkan ‘hati-hati di jalan’ kepada teman yang akan berpergian. Tidak menyetel musik terlalu keras saat tengah malam. Dan masih banyak hal-hal baik yang sebenarnya bisa kita lakukan dengan mudah.

Iya, saya paham kalau kata ‘mudah’ itu sifatnya relatif. Maknanya berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Tapi kita tetap bisa belajar melakukan hal-hal baik dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Saya percaya, selama keinginan untuk berbuat baik itu ada, maka tidak akan ada yang namanya ‘kesulitan’.

“Banyak hal yang harus disyukuri di dunia ini. Punya pacar yang baik misalnya.” Tweet yang saya unggah di akun twitter saya beberapa waktu yang lalu.

Kalau kita sulit untuk melakukan hal-hal baik, mungkin kita butuh seseorang untuk mengingatkan. Dan saya benar-benar bersyukur memiliki pacar yang baik, yang mau mengingatkan saya untuk berbuat baik.

Seperti halnya hari ini, ketika saya bercerita padanya bahwa saya menemukan ulat pada makanan yang sedang saya makan (well, ini agak menjijikkan memang). Saya sempat mengumpat dan merepet panjang lebar tentang alasan saya tidak suka makan sayur yang dijual di warung-warung, karena takut menemukan hal-hal sejenis ini.

Kemudian respon yang saya dapat darinya, “Gak apa-apa. Buang ulatnya. Makan bagian yang baiknya.” He said.

Beberapa saat saya terdiam. Yang kemudian saya pikirkan adalah ketika saya di sini sedang kesal karena menemukan ulat di dalam makanan, mungkin di luar sana ada orang-orang yang sedang mengais tempat sampah untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Atau mungkin juga ada orang yang sedang menunggu di belakang sebuah restoran untuk meminta makanan sisa. Atau ada yang sedang kelaparan karena sudah beberapa hari belum makan.

Yang kemudian saya pikirkan adalah ketika saya punya pilihan lain (membuang dan membeli lagi), tapi mereka tidak.

Saat kita berada dalam keadaan yang buruk, mungkin yang sebaiknya kita ingat adalah masih banyak di luar sana yang keadaannya jauh lebih buruk, jadi kita harus tetap bersyukur.

Bersyukur bisa melegakan, tapi memaki tidak memberi solusi.

Sekali lagi, saya bersyukur punya pacar yang baik dan mengingatkan saya untuk melakukan hal-hal baik :’)

Saat ini ada tiga hal baik yang ingin saya lakukan.

Pertama, tidak mengeluhkan banyak hal terus-terusan.

Kedua, tidak mengeluarkan makian pada hal-hal kecil yang kadang membuat kesal.

Ketiga, tidak menjadi ratu drama ketika sedang datang bulan.

Car, pacar, bantuin ya? :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D