1 Sep 2014

Eksistensi Vs. Privacy

Sebenarnya kita lebih butuh mana, eksistensi atau privacy?

Pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh dosen saya di kelas Isu-Isu Kontemporer Komunikasi, saat kami tengah membahas apa dampak dari menjamurnya socmed seperti saat ini.

Facebook, Twitter, Foursquare, Instagram, Path, dan sebagainya, telah membuat kita (sebagai pengguna) membagi semua hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari pada publik. Bahkan sampai pada hal remeh seperti capek-nih-habis-pulang-kerja atau hari-ini-panas-banget-ya atau kamu-jahat!

What we are doing ya sebenarnya?

Kalau dikaitkan dengan pertanyaan di atas, jelas bahwa jawabannya adalah kita lebih butuh eksistensi. Apa yang kita lakukan, lagu apa yang kita dengar, film apa yang sangat ingin kita tonton, ke mana kita akan pergi, di mana kita sedang berada, pendapat kita terhadap sebuah fenomena, game apa yang sedang kita mainkan, dengan siapa kita sedang menjalin hubungan, dan masih banyak lagi, semua itu terpampang di akun-akun socmed yang kita punya. Iya apa iya? :D

Kalau dipikir-pikir, mungkin bisa dianalogikan bahwa kita sedang 'menelanjangi' diri di hadapan publik. Iya gak sih? Atau cuma saya yang mikir kayak gini? ._.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah ke mana perginya privacy? Apa kadar kebutuhan akan privacy orang-orang jaman sekarang sudah makin menipis? Untuk jawaban pertanyaan ini, setiap orang pasti punya versi jawaban yang berbeda. Karena saya percaya kalau gak semua orang lebih mengutamakan eksistensi daripada privacy. Buktinya masih ada yang akunnya dikunci :p

Kadang saya merindukan masa di mana akses untuk mengetahui apa yang dilakukan si A, B, atau C sangat terbatas. Sehingga satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah bertanya. Sehingga bahan obrolan pun tidak semakin berkurang jumlahnya. Sehingga kedai-kedai kopi dipenuhi dengan orang-orang yang berbicara, bukan orang-orang yang asik dengan telpon pintarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D