Sebenarnya kita lebih butuh mana, eksistensi atau privacy?
Pertanyaan
yang pernah dilontarkan oleh dosen saya di kelas Isu-Isu Kontemporer Komunikasi, saat kami tengah membahas apa dampak dari menjamurnya socmed seperti saat ini.
Facebook, Twitter, Foursquare, Instagram, Path, dan sebagainya, telah membuat kita (sebagai pengguna)
membagi semua hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari pada
publik. Bahkan sampai pada hal remeh seperti capek-nih-habis-pulang-kerja atau hari-ini-panas-banget-ya atau kamu-jahat!
What we are doing ya sebenarnya?
Kalau
dikaitkan dengan pertanyaan di atas, jelas bahwa jawabannya adalah kita
lebih butuh eksistensi. Apa yang kita lakukan, lagu apa yang kita
dengar, film apa yang sangat ingin kita tonton, ke mana kita akan pergi,
di mana kita sedang berada, pendapat kita terhadap sebuah fenomena,
game apa yang sedang kita mainkan, dengan siapa kita sedang menjalin
hubungan, dan masih banyak lagi, semua itu terpampang di akun-akun
socmed yang kita punya. Iya apa iya? :D
Kalau dipikir-pikir, mungkin bisa dianalogikan bahwa kita sedang 'menelanjangi' diri di hadapan publik. Iya gak sih? Atau cuma saya yang mikir kayak gini? ._.
Lalu
pertanyaan selanjutnya adalah ke mana perginya privacy? Apa kadar kebutuhan akan
privacy orang-orang jaman sekarang sudah makin menipis? Untuk jawaban pertanyaan ini, setiap orang pasti punya versi jawaban yang berbeda. Karena saya percaya kalau gak semua orang lebih mengutamakan eksistensi daripada privacy. Buktinya masih ada yang akunnya dikunci :p
Kadang
saya merindukan masa di mana akses untuk mengetahui apa yang dilakukan
si A, B, atau C sangat terbatas. Sehingga satu-satunya yang bisa saya
lakukan adalah bertanya. Sehingga bahan obrolan pun tidak semakin
berkurang jumlahnya. Sehingga kedai-kedai kopi dipenuhi dengan
orang-orang yang berbicara, bukan orang-orang yang asik dengan telpon
pintarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D