Orion,
Aku mengagumi perjuanganmu sejak dulu.
Sejak malam di mana kamu mengendap-endap keluar dari kontrakan untuk menjauh dari senior yang gemar memukulmu. Kala itu warnet menjadi tempat pelarianmu. Dan kita membicarakan banyak hal melalui fitur chat yang ada di facebook. Perbincangan yang tidak jarang berlangsung hingga larut malam, hingga jarum jam menunjukkan waktu di mana kamu harus segera pulang.
Tentu saja kamu tidak pernah menceritakan padaku secara gamblang. Kamu hanya pernah sekali bilang kalau dadamu terasa remuk sampai ke tulang. Ketika aku meminta penjelasan lebih lanjut, ketika pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana meluncur dari bibirku, kamu diam. Kemudian kamu hanya akan mengalihkan topik pembicaraan.
Bahkan setelah kita sudah lebih dari sekadar teman pun kamu tidak mau menceritakan semuanya. "Aku tadi dihukum," kamu hanya akan mengatakan itu. Dan aku tidak pernah benar-benar tau hukuman macam apa yang kamu terima.
Orion,
Di hari kelulusanmu aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak terjatuh. Kamu tau apa yang membuatku terharu? Bukan karena melihatmu berbalut seragam kebanggaan itu. Bukan pula karena kamu tampak begitu gagah dengan pedang di tangan. Tapi aku mengamati foto yang kamu kirimkan dengan otak yang sibuk menerka-nerka tentang apa saja yang telah kamu lalui selama 4 tahun menempuh pendidikan di sana. Aku lebih sibuk memperkirakan apa yang mereka lakukan padamu dan luka seperti apa yang kamu simpan begitu rapatnya.
Aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana rasanya harus menyimpan sesuatu untuk diri sendiri. Tapi sepertinya kamu memang berbakat untuk melakukan hal yang satu ini.
Ketika orang lain bisa menatapmu sambil berdecak kagum melihat siapa kamu sekarang, sambil menghitung digit rupiah yang kamu kumpulkan, dan sambil memperkirakan kesenangan apa yang bisa kamu dapatkan, aku malah lebih sibuk memikirkan apa saja yang telah kamu korbankan untuk sampai di titik ini, dan pengorbanan seperti apa yang akan kamu lakukan di masa depan untuk bisa bertahan.
Apa yang sedang kamu lakukan adalah pertarungan berat dan berkelanjutan dan aku berharap agar kamu selalu menjadi pemenang.
Orion, maafkan aku karena terus membuatmu berjanji. Kali ini berjanjilah untuk tidak pernah lupa menjejakkan kaki ke bumi. Ingatlah untuk selalu menjadi pribadi yang rendah hati, walau kamu mampu mengepakkan sayap dan terbang begitu tinggi.
Salam,
Ruru.
#30HariMenulisSuratCinta #HariKe3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D