gambar dipinjam di sini. terima kasih. |
Judul Buku: EDNASTORIA (Lontong Sayur Dalam
Lembaran Fashion)
Penulis: Syahmedi Dean
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman: 284 Halaman
Genre: Metropop, Romance, Lifestyle
Terbit: 2013 (repackaged)
Ednastoria merupakan novel lama yang ditulis oleh Syahmedi Dean, terbit pertama kali di tahun 2004, dengan judul “Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion”. Kemudian novel ini diterbitkan lagi dengan tampilan cover dan judul baru
Penulis: Syahmedi Dean
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman: 284 Halaman
Genre: Metropop, Romance, Lifestyle
Terbit: 2013 (repackaged)
Ednastoria merupakan novel lama yang ditulis oleh Syahmedi Dean, terbit pertama kali di tahun 2004, dengan judul “Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion”. Kemudian novel ini diterbitkan lagi dengan tampilan cover dan judul baru
Ednastoria bercerita tentang empat
orang sahabat yang sama-sama bekerja di sebuah majalah lifestyle di Jakarta. Tokoh utama dalam novel ini bernama Alif
Afrizal, seorang eksekutif editor di majalah File, majalah fashion terkenal ibukota. Sedangkan ketiga sahabat Alif yang lain (Didi, Raisa, dan Nisa), selain sama-sama bekerja di majalah Fashion, mereka juga sama-sama penggemar lontong sayur. Quality time mereka habiskan setiap jam makan siang dengan menu yang sama, yaitu lontong sayur.
Dalam Ednastoria, pembaca disuguhkan
berbagai macam realita dunia media. Bagaimana deadline seorang wartawan,
fotografer, dan editor setiap harinya. Wawancara, bertemu dengan orang-orang
ternama, mengurusi pemotretan dan pemilihan model, menghadiri berbagai macam
undangan dari instansi-instansi resmi, hingga proses penyusunan konsep sebuah
majalah yang diterbitkan setiap edisinya. Gaya tulisan Syahmedi Dean membawa
pembaca masuk ke dalam suasana rapat redaksi yang penuh dengan adu argumen
serta persaingan ide yang dimiliki eksekutif editor yang satu dengan yang
lainnya.
Selain itu, karena latar belakang
Ednastoria yang merupakan dunia fashion, tentu saja ada sederet brand terkenal
yang sering dituliskan seperti Gucci, Prada, Giovanni, Louis Vuitton, Hermes,
Zarra, Channel, dan masih banyak brand papan atas lain yang berasal dari
negara-negara yang merupakan kiblat fashion dunia.
Saya jarang membaca novel yang tokoh
utamanya dari sudut pandang laki-laki. Karena jika dibuat perbandingan, jumlah
novel yang sudut pandangnya laki-laki memang lebih sedikit dibandingkan dengan
perempuan. Ini yang menyebabkan Ednastoria terasa beda. Cerita ditulis dengan
sangat maskulin (karena penulisnya pun laki-laki). Tidak ada kalimat manis romantis
apalagi menye-menye yang biasanya
menjadi ciri khas novel yang tokoh utamanya perempuan.
Membaca Ednastoria membuat saya
tidak bisa berhenti dari halaman yang satu ke halaman berikutnya. Alif yang
tegas, bertanggung jawab, dan hidup di tengah glamournya kehidupan kaum
sosialita membuat saya penasaran bagaimana cara Alif handle semua masalah yang menimpanya, mulai dari masalah pekerjaan,
persahabatan, hingga percintaan.
Keputusan Alif untuk menjalin
hubungan backstreet dengan salah satu
staf di kantornya bernama Edna pun menambah bumbu cerita dalam novel ini.
Bagaimana Alif dan Edna sama-sama sepakat untuk berhubungan diam-diam hanya
untuk seru-seruan. Mengibaratkan hubungan mereka tidak lebih seperti permainan.
Tanpa hati dan perasaan. Tempat kencan pinggir jalan menjadi pilihan mereka
agar tidak bertemu dengan teman atau relasi kerja yang tersebar di seluruh
kawasan high class Jakarta.
Membaca Ednastoria juga membuat saya
berdecak kagum pada pekerjaan Alif. Ia sering menghadiri berbagai macam acara fashion show kelas dunia. Liputan pameran
gaun musim semi di Paris dan busana musim gugur di Milan adalah liputan rutin
yang dilakukan Alif setiap tahunnya.
Kayaknya kerja di majalah itu seru
ya? Well, walaupun waktu 24 jam itu tidak
akan pernah cukup untuk mereka. Setiap harinya dikejar deadline tulisan yang
seperti tidak ada habisnya.
Overall, Ednastoria recommended untuk
teman-teman yang tertarik dengan cerita para pekerja media. Karena objeknya seputar
majalah fashion, jadi bahasan yang dikemas pun tidak terlalu berat, namun tetap
idealis. Sebagaimana ciri khas yang dimiliki oleh orang-orang media.
Ednastoria merupakan novel
tetralogi. Kelanjutan hidup seorang bernama Alif Afrizal bisa kembali kita
temukan dalam novel kedua berjudul ‘Jakarta Paris via French Kiss’.
Sekian resensi novel kali ini.
Selamat membaca! :)
Jadi tertarik untuk membelinya kak
BalasHapusthank you for reading ya :)
BalasHapus