Setiap orang tentunya punya definisi bahagia sendiri-sendiri. Bisa lebih
dari satu, bisa karena apapun, bisa karena siapapun. Kita bebas menentukan
karena kita yang merasakan.
Hari ini, 22 Oktober 2013, banyak hal yang menuntut saya untuk bersabar.
Saya yang notabene bukan orang yang sabaran, mau tidak mau, suka tidak suka, sekarang
sedang dihadapkan dengan sesuatu yang solusinya cuma satu, yaitu sabar.
Jam konsul yang diundur 4 jam, terjebak hujan ketika akan kembali ke
kampus, hingga kekecewaan karena belum berhasil membuahkan acc ujian, membuat
saya harus menahan keinginan untuk tidak “menjedutkan” kepala ke tembok.
Everything’s going to be fine, mantra yang selalu saya bisikkan
pada diri sendiri ketika pertahanan mulai melemah. Ini belum seberapa, batin
saya.
Sepulang dari kampus, saya menikmati ritual aroma terapi alias mandi.
Katanya, wangi-wangian itu sangat ampuh untuk memulihkan mood. Segala sesuatu yang berbau “wangi” itu secara tidak langsung
bisa membuat perasaan kita senang. Dan saya sudah membuktikan, mandi dengan
sabun sebotol memang bisa memperbaiki mood,
dan membuat mata mengantuk.
Kita semua tau kalau tidur adalah cara melupakan sesuatu untuk jangka
waktu tertentu.
Selesai mandi, saya sudah hampir ketiduran. Tapi karena ingat belum
menyiapkan outline yang besok harus
dikumpulkan, laptop pun terpaksa harus saya nyalakan. Kalau laptop ibarat raga,
maka modem adalah jiwanya. Koneksi internet pun tersambung dengan sekali klik.
Setiap kali internet nyala, yang pertama kali saya buka adalah blog dan
email. Yap, saya rutin membuka dua alamat itu hanya untuk memeriksa apakah ada
komentar baru yang masuk (di blog), yang notifikasinya juga akan masuk di
email.
Tampilan dashboard blog pun
muncul. Saya langsung membuka laman statistik. Iya, saya juga rutin memeriksa
berapa orang yang berkunjung ke blog saya setiap harinya, dan postingan mana
yang hari ini paling ramai dibaca. Memeriksa dua hal ini juga membuat saya
bahagia. Apalagi kalau melihat angka-angka yang tertera meningkat tajam dari
hari sebelumnya.
Sambil menunggu laman terbuka, secara tidak sengaja mata saya melirik
bagian bawah dashboard. Di sana
terlihat postingan-postingan baru dari blogger
yang saya follow.
1 detik, 3 detik.
Saya mengerutkan kening. Memastikan bahwa saya tidak salah membaca.
1 detik, 3 detik.
Saya menyadari bahwa kedua ujung bibir mulai naik ke atas. Ada perasaan
senang yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata.
***
Sekitar seminggu yang lalu, saya menulis resensi sebuah novel di blog
ini. Awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk dikirimkan ke #ResensiPilihan
yang diadakan Gramedia Pustaka Utama tiap minggu. Resensi itu cuma buat
menuh-menuhin blog, itu saja.
Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa tidak sekalian? Akhirnya saya kirim
link postingan dari resensi novel tersebut ke akun twitter GPU.
Beberapa hari setelahnya, tidak ada pengumuman apapun tentang
#ResensiPilihan itu. Mungkin sudah ada pemenangnya, begitu pikir saya. Sama
sekali tidak ada keinginan membuka timeline si GPU guna memeriksa #ResensiPilihan
minggu ini sudah ditentukan atau belum. Secara yang ikut juga banyak, jadi saya
gak ngarep banget bisa terpilih.
Tapi emang ya, yang gak niat dan gak ngarep itu biasanya menang? ;)
***
Hadiah dari #ResensiPilihan adalah satu buku terbitan GPU yang judulnya
dipilih sendiri. Mungkin hadiahnya memang tidak seberapa. Tapi lebih dari itu,
yang membuat saya senang adalah tulisan saya dibaca banyak orang. Terpajang di
blog Gramedia Pustaka Utama (di sini) yang kemudian di-link ke blog saya. Dan bagi saya semua itu sudah lebih dari cukup.
Saya bahagia ketika tulisan saya dibaca. Menurut saya, itu merupakan apresiasi
tertinggi untuk semua penulis (definsi penulis: semua orang yang menulis). Ada
orang-orang yang bersedia menyisihkan waktunya untuk membaca tulisan kita, mengetahui
apa yang kita pikirkan. Menyenangkan, bukan?
Pada akhirnya, bahagia bisa bersumber dari hal-hal kecil dan sederhana.
Jadi, apa definisi bahagiamu? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D