gambar dipinjam di sini. terima kasih. |
Ada yang mengatakan bahwa dua hal di dunia ini yang dapat membekukan kenangan adalah foto dan tulisan.
Namun sayangnya (atau bodohnya?) aku hanya berhasil mengambil dua
foto. Foto saat kamu sedang tidur dan foto kaki kita. Tentu saja
kedua foto itu kuambil secara diam-diam. Dua foto itu tidak cukup untuk
membekukan semua kenangan yang ada selama kamu di sini, kan? Dan aku masih
menyesali kebodohanku karena menolak ketika kamu mengajak untuk foto bersama.
Oleh karena kita tidak memiliki cukup foto, maka satu-satunya cara
yang tersisa untuk membekukan kenangan kita adalah dengan menuliskannya.
Percayalah, ini tidak mudah. Aku sudah ingin menuliskannya sejak
seminggu yang lalu sebenarnya. Tapi keinginan itu hanya berakhir pada aksi
ketik-hapus-ketik-hapus, sehingga tidak ada satu kalimatpun yang berhasil
kususun.
Kenapa? Karena aku sendiri bingung harus memulainya dari mana.
…
Baiklah, mari kita buka dengan sebuah pertanyaan.
Apa perbedaan antara “detik yang baru saja berlalu” dan “mimpi”?
Jawabannya adalah (hampir) tidak ada.
Jika “mimpi” merupakan sesuatu yang memang tidak nyata, maka “detik
yang baru saja berlalu” merupakan sesuatu yang terkadang rasanya tidak nyata.
Terkadang kita merasakan bahwa momen-momen tertentu tidak pernah
terjadi. Alasannya mungkin karena momen tersebut terlalu indah, hingga rasanya
waktu berjalan begitu cepat, dan pada akhirnya kita merasa semua itu cuma “mimpi”.
Ya, kebersamaan kita beberapa waktu yang lalu masih seperti mimpi
bagiku.
Hanya saja parfummu (yang sampai saat ini masih melekat di jaketku) menjadi bukti bahwa aku tidak sedang bermimpi, bahwa kamu
benar-benar ada, dan kita pernah melewati hari bersama.
Dulu aku pernah berdoa kepada Tuhan agar berkenan memberikan waktu
sehari saja untuk bisa kuhabiskan bersamamu. Tuhan rupanya memang sangat
baik padaku. Ia mengabulkan apa yang kuminta, bahkan memberi lebih dari apa
yang kuinginkan.
Tapi ternyata ada yang kulupakan. Tentang alasan yang tersembunyi
dibalik setiap kejadian. Tentang semua hal di dunia ini yang sifatnya
berlawanan untuk menjaga keseimbangan. Seperti hitam dan putih, pahit dan
manis, awal dan akhir, juga pertemuan dan perpisahan.
Waktu memiliki kecepatan konstan. 24 jam sehari, 60 menit
dalam sejam, dan 3600 detik tiap menitnya. Ukuran matematis yang tidak akan
berubah.
Waktu memang memiliki kecepatan yang konstan, tapi manusia turut andil
dalam mengendalikannya. Buktinya, waktu rasanya bergerak begitu cepat ketika ia
dihabiskan bersama dengan orang yang tepat.
Tiga hari yang kita punya terasa sekejap mata. Kebersamaan yang
singkat, namun meninggalkan banyak kenangan yang begitu melekat.
Terima kasih untuk semuanya. Semoga masih banyak waktu kita yang tersisa, agar apa yang
kamu katakan benar-benar terjadi, bahwa kita bisa bertemu lagi.
Miss you already :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D