17 Apr 2014

[Bukan Review] - The Raid 2: Berandal


pic source
Jadi ceritanya pagi ini saya bangun dengan perut keroncongan karena tadi malem setelah nonton The Raid 2: Berandal, saya udah gak napsu makan.

The Raid 2: Berandal ini adalah film sadis pertama yang saya tonton (karena saya gak nonton yang pertama tentu saja). Gimana gak sadis, di awal film penonton langsung disuguhkan adegan penembakan di kepala. DOR. Percikan darah membasahi kamera. Ouch, perut saya langsung mules.

Tidak sampai disitu, satu persatu adegan sadis bermunculan, bahkan sampai filmnya habis. Mematahkan tangan atau kaki, gorok leher pake cutter, mecahin kepala pake tongkat besi, nyongkel mata pake martil, dan banyak lagi. Pemandangan darah yang mengalir kemana-mana udah menjadi pemandangan biasa dalam film ini.

Selama kurang lebih 2,5 jam film ini saya kebanyakan nutup mata sih. Gak sanggup ngeliat adegan congkel-mencongkel kayak gitu.

“Gimana yuk? Udah mati belum? Diapain barusan?” tanya saya pada Ayu

“Udah rau. Digorok!” kata Ayu yang sepertinya tidak berkedip melihat layar.

Saya emang frustasi ngeliat film ini. Tapi saya lebih frustasi ngeliat sepasang muda-mudi di sebelah kanan saya yang lagi peluk-pelukan. Gak enaknya nonton di bioskop ya gini, kalau kebetulan duduk di sebelah orang pacaran yang mesum. Ya mbok kalo mau pacaran model kayak gitu cari tempat lain yang kiranya gak mengganggu ketenangan orang. Hmph.

Oke, lupakan sepasang muda-mudi norak di sebelah, saya kembali fokus pada film berdarah-darah ini.

Yang saya suka dari The Raid 2 ini, ada banyak scene di mana hati saya adem tiap kali ngeliatnya. Yak, scene mana lagi kalau bukan scene yang ada Oka Antara-nya.

pic source
AAAAAAAAK *histeris ngeliat Oka*

Sebelumnya saya gak ngefans sama Oka. Tapi setelah melihat dia memerankan tokoh Eka di film ini, kayaknya saya mulai jatuh cinta. Tatapan mata yang tajam setajam silet, suara berat dan dalamnya yang khas, gesture tubuh yang selalu waspada dimana saja dan kapan saja, serta bekas cukuran di sekitar rahang yang bikin Bang Oka makin terlihat macho!

Walaupun akhirnya Oka juga mati, tapi paling gak matinya dengan cara “terhormat”, gara-gara kena tembak. Bukan karena matanya dicungkil sama si Hammer Girl atau kena pukulan si Baseball Bat Man.

Serius, saya benci banget sama dua penjahat tengil ini. Sadisnya itu lho yaaa. Terutama ama si Hammer Girl (diperankan oleh Jullie Estelle) yang gak segan-segan mencungkil mata musuhnya pake dua buah martil yang dia bawa. Gila!

Sadisnya si cewek martil gak beda jauh sama si Baseball Bat Man, yang waktu pertama kali dia muncul saya berpikir, “Jangan2 ini atlet baseball yang frustasi gara2 kalah di olimpiade, kemudian pindah haluan jadi pembunuh bayaran,”.

Si Base Ball Bat Man ini punya kebiasaaan menyeret tongkat besi yang jadi senjatanya. Bunyi seretan tongkatnya itu asli bikin merinding. Dia ahli dalam hal ngempesin kepala lawan menggunakan tongkat dan bola besi yang dia punya. Hwft.

“Kenapa mereka gak damai aja sih?!” saya makin geretan dengan cerita bunuh-membunuh yang gak ada habisnya ini. Volume suara saya sepertinya terlalu keras sampai mas-mas di bangku depan menoleh dan tertawa mendengar celetukan (bodoh) saya.

Dari keseluruhan adegan berantem di film ini, yang paling saya suka adalah waktu Rama (diperankan oleh Iko Uwais) melawan The Assasin di dapur. Di sana mereka bertarung dengan tangan kosong dan ini keren banget! Entah teknik bela diri apa yang mereka gunakan, yang jelas saya kayak lagi nonton adegan di film Jackie Chan gitu. Walaupun ujung-ujungnya The Assasin ngeluarin senjatanya yang seperti celurit yang berhasil menggores pipi Rama. Hah, The Assasin cupu!

Dan dari keseluruhan tokoh yang ada di Film ini saya paling benci sama si Ucok (diperankan oleh Arifin Putra)! Si Ucok ini menurut saya troublemaker utama! Yang menyebabkan terjadinya pembantaian membabi buta dan puluhan nyawa (atau ratusan?) melayang begitu saja! Ucok jahat! *halah*

Ucok, eh maksudnya Arifin Putra, yang biasanya memerankan tokoh protagonis, punya image sebagai pria baik-baik, lemah lembut, penyayang, romantis, dan gampang nangis ini di The Raid 2 dengan jumawanya menggorok leher 5 orang pakai cutter dan juga menembak kepala ayahnya sendiri. Duh Bang, tega banget sih.

Tapi dari The Raid 2: Berandal ini saya bisa menyimpulkan kalau sekarang Indonesia udah bisa film laga yang keren! Harus saya akui kalau permainan kamera di The Raid 2 ini sangat halus. Mulai dari angle, effect, editan, semuanya awesome! Salah satu permainan kamera yang saya suka adalah scene saat Jullie Estelle memutar uang koin, kemudian kamera di-zoom in dan fokus pada uang koin yang sedang berputar, mungkin sekitar 10 detik. Itu gambar yang sangat cantik menurut saya. 

*Sok-sok komen soal teknis kamera*
*Mentang-mentang udah pernah punya tugas bikin film*
*Padahal tetep gak bisa megang kamera*
*Apalagi ngedit*
*Lompat ke jurang*

Gak cuma itu, adegan tembak-tembakan di mobilnya juga keren. Kejar-kejaran di jalanan ibukota yang kita sendiri tau (dari twit-twit warga Jakarta) macetnya kayak gimana, apalagi sampai menghancurkan sebuah halte transjakarta. Dari segi kecanggihan teknis, two tumbs up lah pokoknya untuk The Raid 2: Berandal ini!

Selesai nonton, saya keluar dari bioskop dengan kepala agak kliyengan dan perut mual kayak abis naik Tornado di Jatim Park. Filmnya sih bagus, cuma gimana pun juga ngeliat isi kepala terburai itu gak ada bagus-bagusnya.

Dan saya makin mual karena di parkiran bertemu lagi dengan pasangan muda-mudi yang tadi duduk di sebelah saya. Setelah di dalam bioskop saya ngeliat mereka peluk-pelukan, di parkiran saya ngeliat si cowok masangin helm ke si cewek. Ouch. Kenorakan mereka masih berlanjut rupanya.

Selama perjalanan pulang saya memberi sugesti pada diri sendiri untuk melupakan potongan-potongan gambar kepala pecah, orang-orang yang bersimbah darah, dan adegan cungkil-mencungkil dengan benda tajam.

Oh iya, saya juga ingin melupakan sepasang muda-mudi mesum yang duduk di sebelah saya.

Kemudian, apa yang harus saya ingat dari film tersebut? Tentu saja gimana gantengnya Oka Antara dan beberapa aksi tembak-tembakannya yang cool begete itu. Hehehe.

Sekian review (atau spoiler?) The Raid 2: Berandal dari saya. Gak penting memang isi review-nya. Gapapa lah ya, yang penting blog keisi aja.

Terima kasih :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D