12 Des 2015

Berbagi Cerita Manusia

Dari sekian banyak hal yang kubenci, ternyata ada satu hal yang membuatku menyukai rumah sakit. Ya, di sini, aku bertemu dengan banyak orang yang punya banyak cerita.
Seperti mbak Lala yang pernah kuceritakan di postingan sebelum ini.

Seperti mbak-mbak berkerudung panjang yang kutemui di ruang tunggu ICU. Yang bercerita tentang paru-paru ibunya yang terendam air. Yang mengatakan kalau usianya sudah 39 tahun walaupun aku bersikukuh bahwa ia masih terlihat sangat muda dan aku mengira usianya masih 28-an.  Yang menceritakan pengalamannya dan menasihatiku untuk mulai memikirkan masalah jodoh dari sekarang. Yang mengatakan bahwa ia sangat bersyukur memiliki suami yang sangat sabar dan mampu mengimbangi sifatnya yang keras.

Seperti mas-mas pramusaji yang biasa mengantar makanan ke kamar Papa. Yang membangunkanku saat aku tertidur di selasar rumah sakit. Yang dengan sangat ramah menyapaku setiap kali kami berpapasan. Yang menanyakan banyak hal mulai dari umur, pendidikan, pekerjaan, sampai mempertanyakan apakah aku sudah punya pacar.

Seperti mas-mas yang tempat tidurnya di depan tempat tidur Papa. Yang bercerita bahwa ia menderita infeksi radang tenggorokan. Ia yang berasal dari Cirebon dan tidak punya keluarga di Jakarta sehingga ia harus sendirian di rumah sakit. Yang cukup kesulitan untuk ke kamar mandi karena harus membawa tiang infus sendiri. Yang sudah pernah menikah namun bercerai di usia yang masih sangat muda.

Seperti bapak-bapak yang ku perkirakan usianya hampir kepala empat yang kutemui di lorong rumah sakit. Yang setelah mengetahui hobi menulisku kemudian mengajakku bergabung dengan komunitas menulis yang dirintis istrinya. Yang memberikanku banyak pandangan tentang dunia kerja dan memberiku saran untuk mencoba serius di dunia menulis. Yang mengatakan bahwa suatu hari aku akan menulis sebuah buku dan aku harus percaya itu.

Dan juga seperti ibu-ibu tua yang kutemui ketika akan naik lift. Yang raut wajahnya terlihat cemas dengan langkah tergesa-gesa. Yang kemudian aku tau kalau ia ingin ke ruang ICU lantai 2. Lalu aku mengatakan bahwa ia menaiki lift yang salah, karena lift ke ruang ICU ada di dekat kantin. Yang kemudian aku juga tau bahwa yang ada di ruang ICU adalah anaknya yang menderita penyakit leukimia. Yang membuatku berhenti bertanya saat itu juga, walaupun aku masih penasaran berapa usia anaknya, sudah stadium berapa leukimia yang bersarang di tubuh anaknya, sudah berapa lama dirawat di ICU, dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang terpaksa kupendam. Pembicaraan singkat di dalam lift itu akhirnya kututup dengan memberikan penjelasan lebih rinci tentang lift mana yang harus si ibu naiki untuk pergi ke ruang ICU.

Mengenal orang baru adalah sesuatu yang menyenangkan. Terlebih jika bisa mendengar cerita mereka, jika mereka berkenan membagi kisah hidupnya. Walau terkadang ada segelintir perasaan waspada terhadap orang-orang yang dikenal. Ada semacan alarm dalam diri yang tanpa disengaja aktif begitu saja. Tapi lebih dari itu, paling tidak dengan bertemu orang baru mampu memperluas sudut pandang dan wawasan, juga melatih kemampuan mendengarkan.

Kalau ditanya pekerjaan apa yang kuinginkan di masa depan, jawabannya adalah pekerjaaan yang membuatku bisa mengenal banyak orang baru. Kenapa? Karena aku butuh banyak cerita untuk bisa kutulis di sini. Karena menurutku, kisah dari seorang anak manusia adalah sebaik-baiknya inspirasi yang patut dibagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D