1 Mar 2013

Short Story: Menebak Abu - Abu

Seharian ini pikiranku jadi kacau. Gak bisa fokus, gak bisa konsen, gak bisa ngapa-ngapain. Aku masih memikirkan ada urusan apa Raka ke rumah Indi. I must be crazy. Segitu ngaruhnya ya Raka buatku? Sampe-sampe bikin aku gak berfungsi seperti ini.

Aku terduduk lemas di lantai kamar sambil menekan-nekan keypad henpon. Ngecheck BBM, recent updates, dan timeline sekilas. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Raka. Ya jelas saja, karena Raka bukan bebe user dan twitternya dibiarkan terlantar selama berbulan-bulan. Raka memang tidak terlalu suka berada di dunia maya.

Aku membuka kotak masuk pesan. Ya, kali aja tadi Raka SMS trus aku lupa bales. Ini emang kedengarannya maksa banget. Pffft.

15 menit berlalu, aku masi memain-mainkan henpon. Tidak ada tanda-tanda bahwa henpon ini akan menerima pesan dari seseorang bernama Raka. Kesal, aku membanting henpon ke kasur.

Aku membenamkan wajahku ke bantal. Berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk yang sejak tadi bermunculan, berkaitan dengan apa yang dilakukan Raka di rumah Indi hari ini.


“Kenapa kamu bisa suka ama Raka?”, Nayla pernah bertanya padaku. Ya, aku cuma bercerita tentang Raka kepada Nayla, sahabatku sejak SMA.

“Ya ampun Nay, aku juga gak ngerti kenapa harus Raka. Orang yang mungkin udah nganggep aku kayak adeknya sendiri. Dan sejujurnya, Raka emang bukan tipeku sih. Raka beda 180 derajat ama you-know-who yang tidak boleh disebut namanya”, jelasku panjang lebar.

“Hahaha. I see, setelah sekian tahun, kamu tetep gak mau nyebut namanya ya! Hahaha”, Nayla mengejekku.

Aku hanya menatap Nayla dengan tatapan membunuh yang berarti aku sedang tidak mau membahas si you-know-who yang tidak boleh disebut namanya itu.

“Oke oke, back to topic. Raka itu cuek kan? Kamu juga cuek. Dan tebakanku, seandainya kalian bener-bener jadi, kalian bakal perang ego setiap saat. Gak ada yang mau ngalah!”, Tegas Nayla

“Demi Raka, aku mau ngalah deh Nay. Aku mau jadi calon istri yang nurut.”,

“Hahaha, ngarep jangan ketinggian woy!”, Nayla tertawa.

Kayaknya aku bener-bener udah gila. Tapi aku pikir semua wanita di dunia ini juga bakal ‘gila’ setelah bertemu seseorang yang membuatnya berkata oh-he-will-be-my-future-husband, iya kan?


Raka sekarang lagi ngapain ya? Aku melirik jam henpon yang menunjukkan pukul 10 malam. Raka pasti udah di rumah kan? Apa dia lagi ngopi bareng temen-temennya? Atau yang lebih buruk lagi kalau malem ini Raka keluar sama Indi?

Tiba-tiba aku teringat sebuah lagu dari One Direction yang berjudul More Than This. Untuk saat ini, lagu tersebut sangat mendeskripsikan apa yang ada di hati.

when she opens her arms and holds you close tonight,
it just won’t feel right,
‘cause i can love you more than this

when
she lays you down,
i might just die inside,
it just don’t feel right,
‘cause i can love you more than this

(PS: kata he dan his pada lirik asli, aku ganti dengan she dan her)

Sejujurnya, aku juga gak yakin apa Raka ama Indi benar-benar ada hubungan khusus. Ya paling tidak, aku berharap bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa. Aku berharap bahwa aku yang suudzon berlebihan.

Untuk saat ini mungkin lebih baik aku belajar positive thinking dulu. Berasumsi bahwa Raka dan Indi hanya teman. Ya, mereka hanya teman.

Inilah salah satu hal yang aku benci di dunia, menebak-nebak sesuatu yang sangat abu-abu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D