20 Mar 2013

Short Story: Kesukaan Raka


Soto ayam tanpa kubis di hadapanku sepertinya mulai dingin. Aku belum menyentuhnya sama sekali sejak ia disajikan di atas mejaku.

Aku mengaduk-aduk soto itu tanpa semangat.

Raka di Semarang lagi apa? Dia udah bangun apa belum? Dia sarapan pake apa? Kepalaku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Padahal aku berharap dengan memesan menu makanan kesukaan Raka, setidaknya bisa sedikit mengobati rasa rindu.

Ponsel yang ku letakkan di sebelah meja tiba-tiba bergetar. One message from Nayla tertulis di layar.

From: Nayla
Nanti siang temenin aku belanja yuk?

Reply
To: Nayla
Ok

Berteman dengan Raka membuatku sedikit ketularan kebiasaan buruknya. Salah satunya adalah membalas sms dengan singkat.

Raka adalah orang yang hemat ketikan. Dia benar-benar menerapkan kepanjangan SMS, Short Message Service, dalam hidupnya. Aku sering mengejeknya, “Providermu apa sih, Ka? Kalo sms bayarnya diitung per-huruf ya?”. Raka hanya tertawa mendengarku berbicara seperti itu.

Sebenarnya aku gak heran kalo para pria membalas sms dengan super duper singkat, bahkan dengan satu huruf “Y” sekalipun. Karena kemampuan linguistik (disebabkan oleh komposisi otak kiri dan kanan) mereka memang jauh dibawah wanita. Ini pernah dijelaskan oleh dosen psikologi waktu aku semester 1. Itulah sebabnya mengapa wanita lebih cerewet dibanding pria.

***

Aku sedang berada di sebuah toko baju anak-anak, menemani Nayla belanja. Nayla rencananya akan membelikan adiknya beberapa baju baru. Faris, adik bungsu Nayla ini masih berumur 3 tahun.

Aku membantu Nayla memilih-milih baju yang kira-kira cocok untuk Faris.

“Yang ini lucu… yang ini juga lucu.. eh tapi yang ini gak kalah lucu, Nay”, aku sangat antusias memilihkan baju untuk Faris. Maklumlah, aku tidak punya adik yang bisa ku belikan baju lucu-lucu.

Aku suka anak kecil. Lebih tepatnya mendadani anak kecil dengan baju-baju lucu. Hihihihi

“Bankrut aku kalo beliin ini semua buat Faris”, gerutu Nayla.

Kemudian aku melihat Nayla sedang berada di depan tumpukan kaos anak kecil yang bergambar tim-tim sepak bola dunia seperti Madrid, Chelsea, Barcelona, MU, Inter dan lain-lain. Aku pun mendekati Nayla.

“Faris mau dibeliin kaos bola juga?”, tanyaku.

“Kayaknya sih. Bagusan mana? Yang hitam apa yang biru kuning ini?”, kata Nayla sambil mengangkat 2 kaos dengan warna berbeda.

“Yang ini aja!” aku mengambil kaos lain berwarna merah hitam. Yap, yang sedang ada di tanganku adalah kaosnya Ac Milan, tim sepak bola kesukaan Raka.

“Ih kenapa harus merah hitam? Yang biru kuning ini warnanya lebih bagus”, kata Nayla.

“Yang biru kuning itu Barca, Nay. Kalo yang hitam itu kaosnya Chelsea. Trus kalo yang merah hitam ini punyanya Milan. Jadi, mending Milan aja”, aku berusaha memberi penjelasan pada Nayla yang buta sepak bola ini.

“Aku gak peduli tim sepakbolanya. Aku milih warnanya”, Nayla tetep kekeuh.

Yayaya, aku menyerah. Aku gak bisa maksa Nayla. Yang jelas, seandainya aku punya adik laki-laki yang masih kecil, aku akan memaksanya memakai kaos Milan.

***

To be honest, aku gak suka sepak bola. Raka yang suka. Dia tergila-gila pada olahraga yang satu itu.

“Kenapa suka sepak bola?”, aku pernah menanyakan hal ini padanya.

“Kamu pernah gak menyukai sesuatu tanpa tau alasannya? Aku suka sepak bola juga kayak gitu. Ada perasaan yang tidak bisa dideskripsikan waktu nendang bola, apalagi bisa nyetak gol!”, Raka sangat bersemangat tiap kali menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan sepak bola.

Selain sepak bola, Raka juga suka nge-game, hobi standart para pria sih. Raka menyukai semua jenis game. Kecuali game kebun-kebunan seperti Ranch Rush atau Harvest Moon.

Salah satu game jadul kesukaan Raka adalah Final Fantasy VIII. Raka pernah menceritakan padaku tentang game ini. Seperti biasa, dia selalu bersemangat tiap kali membicarakan hal-hal kesukaannya.

Aku juga berusaha sebisa mungkin menyimak cerita Raka tentang FF VIII. Tapi yang ada aku malah tenggelam dalam dua bola mata teduh itu. Dan dari semua penjelasan Raka tentang FF VIII, yang bisa aku tangkap dan aku ingat hanyalah nama 2 karakter utama dalam game tersebut, Squall Lion Heart dan Rinoa Heartilly.

Dulu Raka juga sangat suka main poker di facebook. Dia bisa menghabiskan waktu semalam suntuk untuk bermain. Karena penasaran, kemudian aku meminta Raka untuk mengajariku. Aku bolak-balik bertanya pada Raka tentang istilah-istilah yang ada di Poker, yang sulit untuk ku ingat, seperti raise, all in, straight, full house, dan lain-lain.

Raka sangat jenius untuk urusan nge-game. Jelas aku kalah tiap kali bermain poker satu meja dengan Raka. Chipku selalu habis. Dan dia selalu terlihat sangat bahagia tiap kali chipku habis.

Aku mempelajari game-game kesukaan Raka supaya aku bisa bermain dengannya.

Aku tidak pernah berusaha menyukai apa yang Raka suka. Tapi aku selalu suka berada di dunia tempat di mana Raka berada.

4 komentar:

  1. bagus sih, tapi kalo boleh kasih saran konfliknya dibuat lebih ngena lagi ya, kurang terasa tensinya soalnya.... hehehehe salam kenal!

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah baca + sarannya ^^
    salam kenal juga, zaturania :D

    BalasHapus
  3. Raka di Semarang lagi apa?...
    aku suka kalimat ini banget raudh :')

    BalasHapus
  4. elyvia: suka Semarang-nya maksudnya el? :p

    BalasHapus

Leave your comment here :D