gambar diambil disini. terima kasih |
"Gegas dan waktu tak
pernah bisa berbagi ruang, apalagi berbagi cerita. Maka, saling mencarilah
mereka, berusaha menggenapi satu sama lain. Hingga satu titik, kala menjadi
mula dan kali mengakhiri cerita"
KALA KALI adalah sebuah novel yang ditulis secara duet dan memuat dua cerita. Cerita yang
pertama ditulis oleh Valiant Budi, berjudul "Ramalan dari Desa Emas". Dan cerita
yang kedua berjudul "Bukan Cerita Cinta" yang ditulis oleh Windy Ariestanty.
Yang
membuat saya penasaran dengan novel ini adalah ketika membaca beberapa komentar
tentang Kala Kali yang pernah diretweet oleh salah satu penulisnya,
yaitu mbak windy.
Sejujurnya,
saya belum pernah membaca tulisan mbak Windy ataupun mas Valiant (sok akrab
bener dah manggil mas – mbak ). Yang saya tau hanyalah, mbak Windy merupakan
editor dari Raditya Dika di salah satu buku yang ia tulis (Marmut Merah Jambu
atau Manusia Salmon atau mungkin dua-duanya, saya lupa).
Jadi, ini
pertama kalinya saya membaca tulisan mbak Windy dan mas Valiant.
***
Sedikit sinopsis..
Ramalan
dari Desa Emas bercerita tentang petualangan seorang remaja bernama Keni
Arnaldi ke desa Sarwana di daerah Banten. Keni berangkat ke desa Sarwana dalam
misi untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke 18. Tinggal bersama nenek
sejak kedua orang tuanya bercerai bukan suatu mimpi buruk bagi Keni. Setelah tragedi
kebakaran rumah yang disebabkan oleh pertengkaran hebat kedua orang tuanya,
Keni malah merasa hidupnya jauh lebih baik.
Petualangan
Keni di desa Sarwana dibumbui dengan beberapa kejadian mengerikan. Mulai dari
kesasar sendirian di dalam goa yang konon katanya menyimpan harta karun, hingga
akhirnya Keni jatuh pingsan, dan kemudian ditolong oleh seorang anak kecil berkepala
gundul yang selalu menatapnya dengan tajam. Tidak cukup sampai disitu, si anak
berkepala gundul tersebut meramalkan bahwa Keni akan mati diusia 18. Artinya, hidup
Keni tinggal beberapa hari lagi.
Ramalan itu
mengacaukan semua rencana perayaan ulang tahun Keni. Parahnya lagi, ramalan tersebut juga
diduga menjadi penyebab 2 orang teman Keni meninggal dunia secara mendadak.
Ramalan itu benar-benar menghantui hidup Keni. Ia tidak mau mati muda!
...
Setelah dibuat
panas serta permainan imajinasi di cerita pertama, “Bukan Cerita Cinta” sebagai
cerita kedua hadir dengan cerita yang dikemas lebih calm, diperankan oleh 2 tokoh utama bernama Bumi dan Akshara.
Bumi,
seorang pria yang bekerja sebagai editor dan Akshara yang merupakan seorang penulis wanita terkenal. Selain berhubungan dalam pekerjaan, penulis - editor, Bumi
dan Akshara juga berhasil menjalin hubungan persahabatan.
Akshara
memiliki seorang kekasih bernama Bima, seorang pengacara. Gadis ini berjuang
sedemikian rupa untuk membuktikan bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada Bima. Kenapa?
Karena berkali-kali Bumi mengatakan bahwa Akshara tidak mencintai Bima.
Disisi
lain, Bumi juga tertarik pada seorang gadis bernama Koma. Gadis pecinta
fotografi berlesung pipit ini akhirnya mampu membuat Bumi melupakan “perempuan
kenangan” yang dulu pernah ia puja.
***
Cerita
pertama, “Ramalan dari Desa Emas”, membuat saya tidak bisa berhenti membalik
halaman demi halaman untuk mendapatkan kepastian apa Keni benar-benar mati di
usia 18. Saya pribadi memasukkan cerita ini kedalam kategori cerita horor.
Ramalan tersebut seolah – olah menjelma menjadi kutukan dalam hidup Keni.
Dari gaya
penulisan, menurut saya tulisan mas Valiant ini renyah. Bahasanya ringan, bisa
cepat dicerna, dan banyak unsur komedi yang diselipkan. Selain itu, penulis
juga tidak lupa memasukkan filosofi – filosofi kehidupan (tsaaaahh) ke dalam
cerita. Seperti tentang kematian, bagaimana jika sebuah keluarga meninggal secara
bersama-sama, apakah mereka bahagia disana? Karena mereka tidak perlu menangisi
satu sama lain. Ini benar-benar sesuatu yang belum pernah terlintas di benak
saya.
Yang paling
saya suka dari cerita ini adalah tentang Keni yang notabene berasal dari
keluarga broken home, tidak
digambarkan sebagai korban yang penderitaannya tiada akhir, akibat perceraian
kedua orang tuanya. Menurut saya, ide ini anti-mainstream. Karena biasanya yang sering saya temukan adalah anak broken home akan merasa seperti hidup di
neraka setelah kedua orang tuanya berpisah.
Dan ending ceritanya juga benar-benar diluar
dugaan. Satu persatu kenyataan terbongkar. Tentang arti dibalik nama Keni
Arnaldi, alasan perceraian kedua orang tua Keni, dan alasan mengapa Ibu Keni
membenci nenek Keni.
Ide ceritanya
benar-benar fresh dan imajinatif!
***
Kemudian dalam
cerita yang kedua yang berjudul “Bukan Cerita Cinta”, saya sangat menyukai
nama-nama tokohnya. Bumi, Akshara, dan Koma. Ketiga nama tersebut sangat unik. Dan
nama tokoh yang unik itu nantinya memang akan lebih mudah diingat oleh pembaca.
Walaupun
sudah bisa ditebak bahwa Bumi pasti menyukai Akshara, dilihat bagaimana pria
tersebut mencurahkan seluruh perhatiannya pada Akshara, tapi kehadiran sosok
Koma sebagai kekasih yang manis dan bukan tipe wanita dengan ribuan tuntutan
itu membuat saya sempat ragu. Jangan-jangan Bumi tetap bersama Koma pada
akhirnya, begitu pikir saya.
Saya suka
cara mbak Windy menggambarkan sosok Bumi. Cenderung dingin dan lebih banyak
berperan sebagai pendengar, tapi ternyata diam-diam memberikan perhatian ekstra
kepada Akshara. Bumi mengenal Akshara dengan sangat detail. Tidak satupun hal
yang terjadi dalam hidup Akshara yang lepas dari pengamatan Bumi.
Berhubung
penulisnya adalah editor, dalam cerita ini juga disisipkan beberapa ilmu editor.
Tentang pekerjaan editor yang tidak hanya duduk manis dengan tumpukan naskah
dihadapannya. Tentang penggunaan kata baku dan tidak baku yang tidak hanya
ditentukan oleh kamus, namun nilai rasa si pengguna sedikit banyak juga
mempengaruhi. Kita bisa melihat sisi lain kehidupan seorang penulis ataupun editor yang tidak banyak orang tau.
Cerita ini gak cuma menghibur dari segi cerita romansanya, tapi juga menambah wawasan,
banyak informasi berkaitan dengan bidang tulis menulis yang terangkum di dalamnya.
***
Satu hal
yang saya sadari, dalam Kala Kali kedua penulisnya menggambarkan tokoh dari
sudut pandang yang bertolak belakang dengan diri mereka sendiri.
Mas Valiant
menceritakan tokoh Keni, yang tentunya harus diceritakan dari sudut
pandang seorang perempuan. Sedangkan Mbak Windy mendeskripsikan sosok Bumi dari
sudut pandang laki – laki.
Laki – laki
dan perempuan itu bertolak belakang dalam segala hal. Cara laki – laki dan
perempuan melihat suatu fenomena yang sama, tidak mungkin bisa melahirkan arti
atau pemaknaan yang juga sama.
Contohnya
begini, seandainya saya menulis dan kemudian menggambarkan tokoh pria, saya harus
benar-benar bercerita dari kacamata seorang pria. Saya harus menjadi 'pria' untuk
sementara. Dan memisahkan diri kita dengan tokoh ciptaan kita bukanlah suatu
hal yang mudah, apalagi jika keduanya benar-benar berbeda.
Dalam Kala
Kali, saya merasa bahwa tokoh Keni jadinya tergolong gadis maskulin. Ini karena
penulisnya adalah mas Valiant, unsur kelaki-lakian melekat pada tokoh Keni.
Terlihat dari keberanian Keny berpetualang seorang diri hingga adengan
memukul-mukul jendela kamar mandi hingga pecah ketika terjadi kebakaran.
Penggambaran
tokoh Bumi yang sangat detail juga menandakan bahwa penulisnya adalah
perempuan. Yap, menurut saya, cuma perempuan yang bisa detail sampai hal – hal terkecil.
***
Akhir kata,
Kala Kali berhasil masuk ke dalam jejeran novel favorit saya. Dua kata yang
menggambarkannya: imajinatif dan cerdas. Sekian review novel kali ini. Selamat
membaca! :D
dari dulu pengen beli buku ini, tapi masih mikir bagus ga ya, kadang kan ada blurp yang beda jauh sama isi bukunya, hehe. makasih reviewnya ya, mba :D
BalasHapusmakasi juga sudah mampir kesini :D
BalasHapus