“Raka mana?”, pertanyaan pertama yang keluar
dari bibirku ketika tidak sengaja bertemu Dendi dan Sony, sahabat Raka, di
parkiran kampus.
Raka baru saja pergi, beberapa menit sebelum
aku datang, kata Sony. Yap, Dewi Fortuna belum berpihak padaku. Setelah liburan
semester selama sebulan yang menyebabkan aku tidak bisa bertemu Raka, hari
pertama ngampus ini pun aku masih
belum bisa melihatnya.
“Kalian tau dia kemana?”, pertanyaan lainnya
pun menyusul. Di hadapan Dendi dan Sony, aku berusaha semaksimal mungkin
menjaga ekspresi wajah, agar mereka berdua tidak menangkap kekecewaan di
mataku.
Raka pergi ke rumah Indi. Deg, waktu Dendi
menyebut nama “Indi”, jantungku rasanya jatuh ke kawah Jonggring Saloko. Aku
merasa matahari bersinar 9999 kali lebih terik dari biasanya. Panaaaas!
Ngapain Raka ke rumah Indi? Dan kenapa harus
Indi?? Well, walaupun bukan Indi, aku
bakalan tetep cemburu. Siapapun cewek yang deket ama Raka, aku pasti cemburu.
Apapun hubungan Raka dengan cewek itu, AKU CEMBURU!
Oke, sebelum ceritanya tambah jauh, aku mau ngenalin
Raka pada kalian semua.
Raka adalah temanku di kampus. Kita nggak sejurusan. Kita kenal di sebuah
acara, waktu aku masih semester 2. Raka 2 tahun lebih tua dariku. Walaupun
begitu, aku tidak memanggilnya dengan awalan mas- atau kak- . Just call his nickname, Raka, supaya
lebih akrab, begitu katanya.
Aku dan Raka sering satu tim dalam mengerjakan project kampus. Ini membuat kami semakin
akrab. Pada event-event tertentu, tidak jarang kami menghabiskan waktu bersama
selama beberapa hari. Ya, lagi-lagi karena tuntutan pekerjaan.
Aku pikir semua cinta di dunia ini berawal dari
cinta lokasi. Berada di tempat yang sama dalam rentang waktu tertentu akan
sangat berpotensi menyebabkan 2 insan jatuh cinta. Banyak cinta yang berawal
dari teman sekelas, teman sekampus, teman sekantor, dan lain-lain. Karena
terbiasa melihat satu sama lain, katanya sih begitu.
Inilah yang juga terjadi padaku. Awalnya memang
biasa saja. Raka adalah teman yang menyenangkan. Partner kerja yang baik, bertanggung
jawab, dan bisa diandalkan. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak hal dari
Raka yang semakin menarik perhatianku.
Tapi ada satu hal dari Raka yang terlewatkan.
Yang dulunya tidak pernah ku sadari. Raka punya senyum yang bisa bikin cewek
mana aja melting! Matanya itu…
menyipit seperti bulan sabit tiap kali dia tersenyum.
Entah sejak kapan, aku melihat
Raka dari kacamata yang tidak lagi sama. Aku tidak lagi memandang Raka sebagai
teman biasa. Aku mulai mengaguminya, menyukainya, dan semua perhatianku tertuju
padanya.
Mendengar berita Raka pergi ke rumah Indi benar-benar membuatku ingin masuk kulkas demi mendinginkan kepala, terlebih hati.
Tiba-tiba aku benci pada diriku sendiri. Aku
benci pada harapan yang semakin meninggi. Aku benci rasa cemburu yang tidak
pernah ku inginkan keberadaannya ini. Raka, jangan salahkan aku jika suatu hari membenci Indi!
Anggap saja aku egois. Untuk masalah hati, aku tidak akan pernah sudi berbagi atupun tersaingi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D