15 Feb 2013

everything is going to be fine ^^9

Saya adalah orang yang gampang cemas, panik, stress, nervous, dan mudah mengkhawatirkan hal-hal yang kadang sepele. Intinya, saya orang yang paling gak bisa woles (meminjam istilah yang lagi nge-trend saat ini).

Saya panik tiap kali mama papa tiba-tiba menelpon tengah malam. Seolah-olah sesuatu yang buruk terjadi. Padahal nyatanya mereka hanya ingin menanyakan kabar saya. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan standar yang biasa ditanyakan oleh orang tua kepada anak.

Ketika di bangku sekolah (SD sampai SMA), saya panik dan nervous setengah mampus tiap kali lupa bawa buku PR, tiap kali mau ulangan atau ujian, dan tiap kali pengumuman remidi ditempel di papan.

Musim SNMPTN (mulai dari bimbel sampai ujian), tingkat stress yang saya rasakan semakin menggila. Pusing, mata berkunang-kunang, perut mules, tangan dingin, dan gejala yang sangat tidak menyenangkan lainnya, semuanya campur aduk jadi satu.

Ketika saya masih di Wearnes, tepatnya H-1 ujian mc. Excel , lagi-lagi kekhawatiran berlebihan itu muncul. Saya masih ingat, salah satu asisten lab yang prihatin terhadap wajah stress saya, dia berusaha menenangkan saya dengan berkata, “Soalnya gak akan sesulit yang kamu bayangkan, Rau..”.

Dan sampai saat ini, tiap kali saya memikirkan sesuatu dengan berlebihan, membayangkan hal-hal buruk yang padahal belum tentu terjadi, apa yang dikatakan oleh asdos saya itu akan selalu saya ingat. Tidak akan sesulit seperti apa yang saya bayangkan.


Sifat saya yang seperti ini menyebabkan saya butuh teman yang sifatnya terbalik 180 derajat dengan saya.

Berteman dengan orang-orang yang juga gampang panik seperti saya, atau berada diantara orang-orang seperti itu, pada saat-saat tertentu hanya akan membuat saya menjadi semakin tertekan dan tentunya memperburuk keadaan.

Tapi dalam saat-saat tertentu juga, mungkin saya bisa bertahan. Mengambil alih peran sebagai pihak penenang untuk sementara. Terlihat woles di luar tapi berantakan di dalam. Dan kemudian semua itu hanya akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Setelah itu apa yang terjadi? Saya punya batas kekuatan bertahan. Ketika sudah melewati batas tersebut, saya hanya akan berhenti.

Kekhawatiran-kekhawatiran itu cukup berasal dari imajinasi saya saja. Cukup pikiran saya saja yang ruwet bin ribet. Jangan ada pihak lain yang ikut-ikutan membuat benang-benang di pikiran saya jadi makin kusut.


Saya kurang setuju jika sifat seperti ini dinamakan negative thinking. Mungkin lebih tepat dinamakan dengan ‘memikirkan kemungkinan terburuk, sehingga bisa antisipasi sejak awal’. Menurut saya, su’udzon itu perlu, agar siap mental jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Walaupun begitu, saya tetap mengakui bahwa negthink berlebihan gak baik juga. Berpikir terlampau jauh (apalagi memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mengerikan) akan menimbulkan tekanan sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran teman atau orang terdekat yang punya sifat rileks, santai, atau woles itu penting!

Mungkin ini yang dinamakan perbedaan mampu meng-cover kelemahan masing-masing. Yang terlalu serius, bisa di-rileks-kan oleh mereka yang woles. Dan mereka yang terlalu woles, bisa diingatkan oleh mereka yang serius.


Berbagai macam cara saya lakukan untuk meminimalisir sifat jelek saya ini.

Mulai dari mendengarkan lagu Bondan Prakoso yang berjudul Ya Sudahlah, mengulang-ngulang lirik lagu terakhir yang berbunyi “janganlah kau bersedih.. cause everything is gonna be oke…”

Hingga menggunakan kalimat “with smile, everything is going to be fine” sebagai tagline di blog ini.

Yap, saya terus mengingatkan pada diri saya untuk tetap semangat, tidak putus asa, bangkit tiap kali terjatuh, dan selalu percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Apa yang pernah saya dengar adalah, kita di hidup di hari ini. Bukan di hari esok ataupun hari kemarin. Jangan terlalu lama mengingat apa yang terjadi di hari kemarin, dan juga jangan terlalu jauh memikirkan apa yang akan terjadi di hari esok.

Cukup pikirkan hari ini, lakukan sebaik yang kamu bisa, dengan kemampuan terbaik yang kamu miliki.

Hidup tanpa kekhawatiran berlebihan adalah impian saya, dan diiringi sebuah doa agar orang-orang yang bisa berperan sebagai ‘penenang’ selalu ada di sekitar saya :')

PS : Untuk seseorang yang (dulu) pertama kali mengenalkan lagu "Ya Sudahlah" itu pada saya, terima kasih karena (dulu) pernah menjadi seorang penenang yang menyenangkan :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D