Pindah.
Mungkin hal itu
tidak lagi asing bagiku. Sejak dulu aku sudah sering merasakannya, mulai dari
pindah rumah, sampai dengan pindah sekolah. Hanya saja, walaupun sudah berulang
kali terjadi, pindah bukanlah sesuatu yang membuatku senang. Pindah artinya aku
dipaksa untuk meninggalkan orang-orang tersayang, ataupun tempat-tempat yang
penuh kenangan.
Aku harus
membiasakan diri dengan rumah baru, ruangan baru, langit-langit kamar yang
baru, dan banyak hal yang rasanya sangat asing bagiku. Aku harus menghabiskan
waktu lagi untuk melatih mata supaya mau terpejam di kamar yang tidak kukenal.
Sekolah baru.
Aku harus menerima tatapan aneh dari teman-teman baru. Mereka yang akan selalu
memandangku seolah aku adalah makhluk asing yang baru jatuh ke bumi. Mereka
yang akan selalu meremehkanku, sebelum aku bisa menunjukkan kemampuanku dan
kemudian membalas tatapan mereka (dengan dagu sedikit terangkat) sambil berkata
dalam hati, “Aku tidak sebodoh itu untuk bisa kalian bully seenaknya,”. Hal yang harus kulakukan setiap kali mendapat
predikat “anak baru” dan terhindar dari gangguan mereka yang merasa berkuasa adalah
dengan menjadi bintang kelas. Ini pekerjaan yang sangat melelahkan, pekerjaan
yang tidak perlu kulakukan seandainya aku masih baerada di sekolah yang lama,
karena aku tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun.
Kata orang, kita akan selalu didekatkan dengan hal-hal yang kita benci. Aku rasa itu ada benarnya. Buktinya, sampai saat ini Tuhan masih dengan sedemikian rupa mengatur skenario hidupku agar merasakan kepindahan yang tidak pernah berhenti. Aku masih seperti manusia purba dengan sistem hidup nomaden, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, tinggal di satu kota lalu hijrah ke kota lainnya.
Namun tampaknya,
seiring berjalannya waktu, aku semakin terbiasa dan semakin bisa menerima.
Kenapa? Karena pada akhirnya aku menyadari bahwa selama ini aku pindah pada
segala sesuatu yang lebih baik. Walau pada awalnya aku tetap harus merasa bahwa
semuanya janggal dan tidak menyenangkan.
Lalu kali ini,
apa lagi? Apa sudah tiba waktunya untukku pindah hati?
Aku memang tidak
pintar dalam mengambil keputusan. Hanya saja, aku melakukan segalanya berdasarkan
keyakinan, dan kini yakin bahwa aku akan pindah ke hati yang lebih baik. Semoga
rumusan pindah seperti itu belum…dan tidak akan pernah berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D