Beberapa hari yang lalu saya ada sedikit drama dengan JNE. Apalagi kalau bukan masalah pengiriman barang yang gak nyampe-nyampe.
Jadi ceritanya saya abis beli barang di olshop, tapi
barangnya gak nyampe-nyampe, tapi waktu saya cek di webnya JNE, barang saya
katanya udah nyampe di Pandaan dan diterima oleh orang bernama Anton. Lho? Kok
Pandaan? Lho? Kok Anton? Lho? Kok nyasar? Mulailah saya panik setengah mati. Saya
mencoba complain ke JNE via email dan tidak ada balasan. Kemudian saya membuka
official account twitter JNE di @jnecare. Saya stalking-in orang-orang yang
complain di sana, mencari tau bentuk complain seperti apa yang sering terjadi.
Sama seperti kasus saya atau tidak. Maklum, ini pengalaman pertama saya berurusan dengan hal-hal seperti ini. Sebelum ini pengiriman barang saya gak pernah ada masalah sih.
Dari hasil stalking itu saya sedikit shock karena isinya
customer yang ngamuk semua. Ngamuk di sini dalam artian “ngamuk” yang beneran
ngamuk. Singkat kata, twitter itu isinya caci maki dari customer semua. Gak sedikit yang
pake kata-kata kasar dan diketik dengan style
caps lock jebol. Well, ehm, melihat fenomena ini, saya jadi kasihan sama CS-nya JNE.
Mungkin juga CS perusahaan-perusahaan lain ya, di mana mereka harus mendapat
amukan dari customer karena
ketidakpuasaan terhadap produk/jasa perusahaan yang ditawarkan.
Mungkin emang ini salah satu resiko jadi CS ya. Dimarahin
walaupun sebenarnya itu bukan salah mereka. Saya ngebayangin kalau misalnya
saya jadi CS, trus dimarahin pelanggan, trus saya bakal ngomong gini, “Lah, kan
bukan gue yang salah! Kenapa lo nyolotnya ama gue, ha? Gue di sini buat bantuin
lo punya kasus, jadi instead of
marah-marah dan maki-maki gue, alangkah baiknya kalau lo mau pake kepala dingin
ceritain ke gue apa yang sebenarnya terjadi. Nanti gue bantuin usut masalah lo,
nyari di mana letak kesalahannya, and I
will try my best to make it clear. Jadi, tolong dengan amat sangat kerja
samanya, oke?”.
If only CS bisa
ngomong kayak gitu dan gak didamprat balik ama pelanggannya. Jadi kayaknya
salah satu syarat wajib kalau mau jadi CS adalah punya kesabaran seluas
samudera.
Apa hal-hal kayak gini (mendapat perlakuan-perlakuan gak
sopan dari klien/customer) cuma terjadi ama CS? Nggak juga. Saya sendiri sering
ngalamin di toko. Gak jarang ketemu pembeli-pembeli yang songong, yang
tingkahnya kayak mau beli grosiran, banyak milih, banyak maunya, dibongkar
semua, plus kadang dimaki dengan ngatain barangnya jelek.
Jangankan yang model
kayak gini, pembeli yang langsung melengos pergi setelah saya memberi uang
kembalian-sambil-senyum-selebar-mungkin-sambil-bilang-makasih-aja udah bisa bikin saya kzl. Kok kayaknya susah banget buat bales bilang “terima kasih kembali”
juga? Kok kayaknya susah banget buat ramah? Heeft. Elus dada. Sepertinya
orang-orang seperti ini salah mengartikan istilah “Pembeli adalah Raja” ya.
Istilah yang diartikan secara harfiah, dimakan mentah-mentah gitu aja.
Iya, pembeli/customer
emang raja, perlu diberi pelayanan sebaik mungkin, tapi bukan berarti bisa
bersikap seenaknya, gak sopan, dan bikin orang tersinggung juga kali. Ini
aturan standar kalau mau berinteraksi dengan orang lain, bukan? Kan ada istilah
lain seperti “anda sopan, kami segan”. Kalau mau complain ya mbok disampaikan
dengan cara yang baik. The way you treat
someone will effect to how people treat you too. Jadi kalau mau dilayani
dengan baik, ngomongnya juga kudu dengan cara baik-baik. Mungkin ini juga yang
membuat orang-orang yang bekerja dibidang pelayanan, biasanya jutek. Mungkin karena
mereka keseringan dimarahin pelanggan. Coba aja bayangin, setiap mau berangkat
kerja, mereka mengawali hari dengan pertanyaan, “Baiklah, siapa lagi yang mau
marah-marah hari ini?”. Ini sama sekali gak menyenangkan. Siapa juga orang
yang suka dimarahin?
Para penikmat jasa/service mungkin lupa kalau uang yang
telah mereka keluarkan, tidak pernah bisa membayar jasa/service yang diterima
dari para CS atau frontliner atau waiters/waitress atau pihak-pihak lain yang berada
di baris terdepan untuk melayani customer secara langsung. Para penikmat
jasa/service sering merasa berada diatas awan, merasa sudah membayar dan bisa memperlakukan
orang-orang yang melayani mereka seenaknya. Bisa langsung dimarahin dan dimaki-maki
kalau ada kesalahan yang terjadi. Buat
saya, ini sama sekali gak make sense,
karena bagaimana pun juga uang gak akan bisa membayar yang namanya jasa.
Keringat, tenaga, emosi, dan hal-hal yang melekat pada tubuh para servicer ini, yang kemudian digunakan
untuk melayani kita, tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.
Jadi, jangan pernah berpikir kalau kita boleh marah-marah
apalagi maki-maki para servicer hanya
karena merasa kalau kita udah bayar mereka. Karena mereka tidak dibayar untuk
jadi pelampiasan amarah dan makian pelanggan.
NB: Setelah complain
(dengan cara yang baik dan benar) ke pihak JNE maupun penjual, akhirnya barang
saya yang nyasar bisa tiba di rumah dengan selamat. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D