Terinspirasi
dari tulisan seorang blogger berjudul “The person you miss the most”, saya jadi
ingat dia yang dalam beberapa waktu belakangan ini menempati separuh dari total
keseluruhan memori di otak saya.
Ketika
semua orang menyambut dengan hati riang gembira akan kehadiran long weekend ini,
saya malah sedang bersedih hati. Bukan, bukan sedih karena libur. Saya sedih
karena liburan dengan banyak beban tugas kuliah. Damn it.
Selain itu,
saya juga sedih karena bagi saya long weekend means that I’ll miss him so much.
Walaupun seandainya gak libur saya juga gak bisa ketemu dia tiap hari, at least
we are in same town, and it’s enough for me.
Then what will
you do when you miss someone so much?
Sebagiannya
lagi mungkin hanya akan melihat foto atau memutar ulang video yang telah
membekukan kenangan tentang orang tersebut. Ya, foto ataupun video memang mesin
waktu yang sangat ampuh.
Dan saya
masuk ke dalam kategori yang mana? Tentu saja yang kedua.
“you don’t miss him. you just miss the moment”,
saya pernah membaca kalimat itu. Tapi sepertinya saya kurang setuju dengan
pernyataan tersebut. Karena kenyataanya adalah saya rindu keduanya. I miss him, I miss our moment too.
Untungnya
saya punya video yang bisa saya putar ulang kapapun saya mau. Saya masih bisa
mendengar suaranya, saya masih bisa melihat tawanya, walaupun sekarang saya gak
tau dia lagi dimana.
Kalau
diminta untuk memilah – milah moment mana saja yang sering saya rindukan, saya
pasti akan mengalami kesulitan. Karena terlalu banyak yang ingin saya ingat. Sungguh.
Rasanya saya
ingin mencatat satu persatu moment tersebut di dalama buku harian saya. Menceritakannya
sedetail mungkin, lengkap dengan percikan rasa yang menguap dari dalam asa.
Tsaaaaah, bahasa saya mulai berat sepertinya.
Tapi saya
tidak berani melakukan itu. Karena dia membuat saya dilema. Mengutip salah satu
tweet yang pernah diluncurkan oleh @hurufkecil dalam akun twitternya, “you live in a special kind of place in my mind, between better
forgetting and worth remembering.”
Better forgetting and worth remembering, itulah dia. Disatu sisi saya
merasa ada banyak moment yang harus saya catat, supaya bisa saya kenang
selamanya. Disisi lain saya merasa bahwa akan menjadi lebih mudah jika saya melupakannya.
Dia
mengajarkan saya untuk tidak terlalu berpikir jauh. Dari dia saya belajar untuk
menikmati apa yang saya miliki saat ini. Bukan apa yang pernah saya miliki di
masa lalu, atau apapun yang mungkin akan saya miliki di masa depan.
Dan untuk saat ini, saya hanya akan mengesampingkan semua hal yang membuat saya berpikir ulang tentang memperjuangkan atau melepaskan. For now, I'm just missing him, that's all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D