10 Mei 2013

Pelajaran dari Para Pejuang Kanker

Saya sangat suka blogwalking alias jalan – jalan ke blog orang. Seharian ini yang saya lakukan juga hanya blogwalking setelah memposting satu tulisan ke blog sendiri. Dan kemudian saya terdampar di blog Armeyn.com . Salah satu tulisannya yang saya suka berjudul “Why do good people always die young?”

Tulisan tersebut bercerita tentang seorang Gadis berusia 26th bernama Cecillia Vickend, pengidap kanker lidah. Katanya Cecillia ini adalah artis yang beberapa kali pernah main FTV, tidak terlalu tenar memang. Tapi ceritanya tentang perjuangan melawan kanker lidah memang sangat mengharukan.

Dari blog Armeyn.com , saya terdampar lagi di blog rumah kanker, dimana Cecil menceritakan tentang penyakit kanker lidahnya secara detail. Mulai dari bagaimana gejala awal yang ia rasakan sebelum divonis kanker lidah, hingga pengobatan – pengobatan yang ia lakukan.

Pada akhirnya, Cecil meninggal dunia di bulan Desember 2012. Rest in Peace, kak Cecil.. semoga diberi tempat terbaik di sisi-Nya :')

...

Saya membaca beberapa kisah dari penderita kanker lainnya di blog rumah kanker. Kanker payudara, kanker otak, kanker kelenjar getah bening, kanker lidah, kanker usus, kanker hati, kanker rahim, kanker paru, kanker tulang, dan masih banyak penyakit kanker lainnya yang dibahas di blog itu.

Kemudian ingatan saya melayang ke beberapa tahun lalu, mungkin ketika saya masih SMA, ketika salah satu saudara sepupu saya divonis menderita kanker tulang stadium akhir.

Namanya Haikal. Saya belum pernah bertemu dengannya sama sekali, karena kami sepupu jauh, dan dia tinggalnya di Padang. Usianya kurang lebih setahun lebih muda dari saya. 

Semua berawal ketika Haikal mengalamin cidera saat bermain sepak bola. Cideranya tepat di tulang kering. Awalnya ia pikir hanya cidera biasa, dibawa ke tukang pijat, dan tidak pernah diperiksakan ke dokter sama sekali.

Beberapa tahun kemudian, Haikal sering merasakan sakit di tulang keringnya. Saya juga tidak begitu mengikuti perkembangan Haikal, tiba - tiba saja mama bercerita bahwa kaki Haikal sudah mengecil, dan ia dirujuk ke rumah sakit di Jakarta.

Menurut cerita yang saya dapat dari mama, kanker Haikal sudah menyebar dan melumpuhkan tubuhnya dari pangkal paha ke bawah. Hingga suatu ketika tim dokter memberi pilihan kepada keluarga agar kaki Haikal diamputasi guna memutus penyebaran sel - sel kanker di tubuh Haikal.

Haikal sendiri katanya sudah siap jika memang harus diamputasi. Hanya saja orang tuanya yang belum siap melihat keadaan anak laki - laki satu - satunya itu pasca amputasi nanti.

Mungkin hanya seminggu setelah dokter menyarankan amputasi, akhirnya Haikal juga menghembuskan nafas terakhirnya. Istirahat dengan tenang ya, Kal :')

...

Cecil dan Haikal hanya sebagian kecil dari orang - orang pilihan yang diberi cobaan segitu besarnya. Cobaan yang mempertaruhkan nyawa mereka. Cobaan yang juga menguras air mata keluarga dan orang - orang yang menyayangi mereka.

Kisah Cecil dan Haikal harusnya menyadarkan kita bahwa kesehatan adalah suatu hal yang sering lupa untuk disyukuri. Setiap nafas yang masih bisa kita hirup sampai detik ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan agar kita bisa terus memperbaiki diri.

Malam ini dapat pelajaran berharga dari mereka yang berjuang melawan kanker. Mulai sekarang belajar bersyukur dari hal - hal kecil, yuk! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D