3 Apr 2016

Susahnya Menjadi (dan Mencari) Pendengar yang Baik

Belakangan ini saya banyak dikecewakan teman-teman sendiri. Teman yang awalnya saya percaya sebagai tempat untuk berbagi cerita. Teman yang saya kira adalah sosok yang tepat untuk menceritakan seluruh kesedihan dan kesulitan yang saya alami. Tapi ternyata saya salah. Mungkin juga harapan saya pada mereka yang terlalu tinggi, jadi tidak heran kalau hanya berujung kecewa pada akhirnya.

Teman pertama, saya bercerita padanya tentang pengalaman saya mengikuti Leaderless Group Discussion. Saya bercerita bahwa saat sesi diskusi, ada satu istilah yang tidak saya mengerti, kemudian saya menanyakan arti istilah itu di forum. Kemudian, respon yang saya dengar adalah, "Ya paling gak kalau mau diskusi gitu jangan kosongan,". Perkataannya benar-benar membuat saya kecewa. Saya merasa dihakimi, dituduh pergi diskusi dengan otak kosong. Tanpa dia tau apa yang sudah saya persiapkan untuk mengikuti LGD itu.

Teman kedua, saya bercerita tentang keraguan saya untuk pergi ke jakarta guna mengikuti tes kerja. Saya menceritakan berbagai pertimbangan yang harus saya pikirkan sebelum pergi, tapi respon yang saya dapat kemudian adalah, "Kamu aja yang gak niat cari kerja di Jakarta,". Perkataan yang saya terima lagi-lagi mengecewakan. Saya dituduh "tidak niat" hanya karena saya tidak yakin untuk pergi. Seolah dia yang paling tau apa niat saya. Jugdement itu pun ia keluarkan tanpa mau tau sikon yang saya hadapi.

Beberapa hari setelah kejadian itu saya terus berpikir, "What's wrong with the people?". Saya terus mempertanyakan kenapa respon seperti itu yang muncul. Tapi semakin saya mempertanyakan, asumsi-asumsi berbau negatif terus mencuat ke permukaan. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti memikirkannya. Saya pun behenti bercerita. Tidak pada mereka, atau teman-teman yang lain. Saya belum siap (atau masih takut) mendapat respon yang serupa.

Saya paham betul kalau menjadi pendengar yang baik bukan perkara mudah. Mendengarkan cerita orang lain tanpa menyela, menghakimi, ataupun mengajari, sama sekali tidak mudah. Seringnya kita mengartikan mereka yang bercerita itu minta diberi solusi atau pendapat. Padahal biasanya, mereka hanya ingin didengarkan. Mereka tidak meminta solusi atau pendapat. They will ask it directly if they really need. Imho, selama tidak ada perkataan, "Aku harus gimana?" atau "Menurutmu gimana?" kita tidak seharusnya mengeluarkan apa yang kita pikirkan. Karena hal itu (biasanya) hanya akan membuat kesal mereka yang bercerita. Karena secara tidak langsung atau tanpa kita sadari, pendapat kita itu berubah menjadi judgement. Dan bagi saya, dihakimi ketika sedang bercerita itu sangat mengecewakan.

Selain itu, pendapat yang mungkin sifatnya jujur, seharusnya tetap dikemas dengan baik, disampaikan dengan baik untuk meminimalisir kejujuran tersebut agar tidak menyakiti orang lain. Menurut saya, bagaimana cara kita mengatakan sesuatu itu selangkah lebih penting dibanding apa yang akan kita katakan. Orang lain tidak akan berkenan mendengarkan kalau dari awal cara penyampaiannya sudah tidak enak didengar, bukan?

Setelah apa yang saya alami, rasanya saya (harus) lebih hati-hati. Hati-hati untuk bercerita, sekaligus hati-hati untuk menanggapi teman yang sedang bercerita. Mungkin kita sering lupa kalau kata-kata adalah sesuatu yang sifatnya irreversible. Sesuatu yang jika sudah diucapkan, tidak bisa ditarik kembali. Dan konon katanya, hati yang terluka karena perkataan akan lebih sulit untuk sembuh. Jadi sudah sewajarnya kalau kita lebih menjaga perkataan.

Tulisan ini saya tulis tanpa maksud menyudutkan pihak manapun. Saya juga ingin mengingatkan diri sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang berpeluang besar menyakiti orang lain, dan untuk menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi. Saya hanya ingin menceritakan uneg-uneg tanpa dihakimi lagi. Setidaknya blog ini pendiam, ia tidak akan menyela cerita saya dengan perkataan tajam. Tulisan ini hanya untuk koreksi diri.

Untuk teman-teman (yang membaca tulisan ini) yang  mungkin pernah tersinggung dengan ucapan saya, maafin saya ya. Semoga untuk kedepannya kita bisa makin bijak dalam berkata-kata.

Dan untuk teman-teman yang sudah meluangkan waktunya membaca tulisan yang kali ini agak serius, saya ucapkan terima kasih banyaaak. Kalian tidak akan pernah tau betapa bahagianya saya ketika tulisan saya dibaca. Sekali lagi, terima kasih banyaaaak :')

*peluk satu-satu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :D