5 Apr 2016

Pengalaman Operasi Si Gigi Bungsu

Akhirnyaaaaa gigi bungsu dicabut jugaaaaa! *salto*

Jadi ceritanya saya punya gigi bungsu, geraham bawah sebelah kanan, yang tumbuh tidak di jalur yang benar. Dia terpisah jauh dengan teman-temannya yang sudah tumbuh terlebih dulu. Nyempil di pojokan belakang dan ndusel ke dinding pipi. Saya yang punya ketebalan pipi di atas rata-rata manusia pada umumnya, tentu merasa sangat terganggu dengan si gigi bungsu yang nusuk-nusuk dinding pipi. Belum lagi karena tumbuhnya gak di gusi, jadilan separuh bagian atas gigi itu nabrak daging mulut lainnya. Intinya, si gigi bungsu ini sangat amat mengganggu.

Sebenarnya si gigi bungsu udah sakit sejak kuliah. Tapi saya tahan, saya kira nanti lama-lama dia bakal tumbuh lurus. Entah, saya masih berharap akan ada keajaiban yang membuat si bungsu ini normal seperti kakak-kakaknya. Tapi, beberapa waktu belakangan, si gigi bungsu semakin sering membuat daging di sekitarnya terluka. Puncaknya adalah ketika saya akan melaksanakan test TOEFL 2 minggu yang lalu. Ia beraksi di waktu yang tidak tepat. Sahabat saya Yayuk sampai harus nganterin saya ngacak-ngacak daerah Suhat buat nyari apotek, untuk beli painkiller, supaya saya bisa mengerjakan soal-soal TOEFL dengan tenang. Akhirnya sepulang dari Malang, saya membulatkan tekad bahwa saya harus ke dokter gigi.

Hanya dengan sekali lihat keadaan si gigi bungsu, Pak Dokter tanpa ragu-ragu menyarankan saya untuk operasi gigi. Menurutnya, tidak ada cara lain selain mencabut si gigi bungsu. Saya sendiri sebenarnya tidak kaget dengan hal itu, mengingat ia memang berada di tempat yang tidak semestinya. Saya pun setuju untuk operasi. Setelah mengatur jadwal, ditetapkanlah bahwa si gigi bungsu akan dieksekusi hari ini, jam 1 siang tadi.

Dari apa yang saya baca di blog mereka yang sudah berpengalaman operasi gigi bungsu, mereka bilang proses pencabutan itu tidak sakit karena sudah dibius. Kata mereka, penderitaan yang sesungguhnya dimulai sekitar 3 jam setelah operasi selesai, ketika pengaruh obat bius sudah mulai hilang. Tapi ternyata apa yang saya alami tadi, sungguh jauh berbeda.

Tahap pertama dari operasi tadi adalah pembiusan. Well, saya lihat suntikannya… dan jarumnya besar! PADAHAL DI CERITA YANG SAYA BACA KATANYA JARUMNYA CUMA SEBESAR BENANG :’(((((

Jadilah tadi pak dokter menyuntik gusi saya dan rasanya luar biasa sakit! Saya ngerasain kalau jarumnya itu sampai ke tulang rahang. Dalem cuy! Lama pula! Saya meringis kesakitan (bahkan sampai sedikit mengeluarkan air mata), sementara itu Pak Dokter berusaha menenangkan dan menghibur saya dengan mengatakan bahwa sebentar lagi selesai. Tapi saya tetap merasa kalau jarum itu menancap sangat dalam di gusi saya untuk waktu yang cukup lama.

Setelah pembiusan yang menyiksa itu selesai, sekitar 5 sampai 10 menit kemudian daerah lidah dan bibir bawah mulai terasa tebal dan kebas. Dan Pak Dokter pun mulai mengeluarkan alat lain yang tidak kalah mengerikan dibanding jarum suntik. Yak, pisau kecil! Entah apa yang dipotong oleh Pak Dokter di dalam mulut saya dengan beberapa kali gesek.

“Giginya tegak, ini lebih susah daripada gigi yang tidur. Kalau yang tidur itu tinggal congkel, kalau yang tegak gini harus dibor. Apalagi udah sebesar ini,” kata Pak Dokter.

Okeh, setelah suntikan dan pisau kecil, alat selanjutnya adalah bor. Ternyata cerita horror seputar peralatan dokter gigi yang sering saya dengar ketika kecil itu bukan sekadar mitos. Keringat pun mulai menetes di dahi. Pak Dokter mengebor gigi saya dalam waktu yang menurut saya juga cukup lama. Selama proses tersebut berlangsung saya cuma bisa membatin, “Gigi aqooh diapaaaiiiin??”

Selanjutnya, setelah dibor, Pak Dokter untuk kesekian kali mengetuk-ngetukkan sendoknya ke gigi saya. Tok-tok-tok. Saya merasa bahwa gigi saya masih berdiri kuat, tidak goyah sama sekali. Pak Dokter pun berkata, “Wah masih kenceng, “. Pak Dokter menyuruh saya untuk kumur-kumur, sementara itu ia pergi ke ruang sebelah mengambil sesuatu. Dan perasaan saya semakin tidak enak.

Ketika kumur-kumur, saya melihat banyak darah keluar dari mulut. All is well, all is well. Saya menghibur diri sendiri.

Pak Dokter kembali dengan membawa sebuah tang kecil. Tinggal ditambah obeng ama palu, lengkap sudah semua alat pertukangan versi mini digunakan untuk mencabut si gigi bungsu. Tidak buang-buang waktu lama, Pak Dokter sibuk dengan tangnya yang sudah mencengkram gigi saya. Errrrgh. Walaupun saya sudah dibius, tapi tetap ya itu kerasa waktu gigi ditarik-tarik pake tang. BAYANGIN COBA GIMANA RASANYA! :’((((

Proses pencabutan ini cukup lama. Saya bisa ngerasain kalau si gigi bungsu ini lumayan kokoh dan tidak mudah untuk Pak Dokter mengeluarkannya dari dalam sana. Sementara itu saya kembali meringis kesakitan dan Pak Dokter masih tetap menggunakan kalimat-kalimat penghiburnya, “Udah mulai goyang, sedikit lagi copot nih,”. Dan setelah perjuangan yang cukup panjang, akhirnya si gigi bungsu berhasil dikeluarkan dengan selamat! Alhamdulillaaaaaaah.

Iya namanya aja yang "bungsu" tapi badannya bongsor.
Waktu masih nancep, yang nongol ke permukaan cuma sedikit, selebihnya ada di dalem.
Pantes aja kalau nyabutnya harus pake tang :(
Setelah itu di bekas cabutan gigi Pak Dokter menuangkan semacam betadine ke mulut saya, lalu saya disuruh untuk kumur-kumur lagi.

Selanjutnya, masuk ke tahap penjahitan. Saya tetap bisa merasakan jarum menusuk-nusuk daging saya. Rasanya cekit-cekit gimana gitu. Selama menjahit, Pak Dokter memuji bahwa gigi saya bagus. Tumbuhnya rapi, bentuknya bagus, dan gak ada yang bolong. Jadi, karena gigi saya bagus, Allah SWT. ngasih satu bonus gigi yang jelek, sebagai bentuk keseimbangan karena di dunia ini gak ada yang sempurna, begitu katanya. Btw, ini adalah dokter gigi kedua yang memuji gigi saya bagus. Muahahahahahah.

Sejak gigi susu saya copot dan ganti gigi baru, saya emang rajin banget sikat gigi. 3 kali sehari, bahkan bisa lebih. Sikat gigi sebelum tidur adalah ritual yang tidak bisa saya lewatkan. Something that I must to do. Karena udah kebiasaan dari kecil, walaupun pas lagi males-malesnya ke kamar mandi dan memaksakan diri buat tidur, saya malah gak bisa tidur karena mulut rasanya gak enak. Kebiasaan itulah yang membuat saya punya gigi bagus. Ehehehe.

Selesai dijahit, di bekas cabutan gigi di taruh kapas yang telah dibalut kain kasa. Saya disuruh untuk menggigitnya, untuk menahan darah yang keluar. Kapas itu nanti harus diganti setiap setengah jam hingga tidak ada lagi darah yang keluar. Proses gigit kapas ini juga bikin ngilu. Banget.

Setelah dikasih penjelasan tentang apa saja yang tidak boleh saya lakukan, saya pun pamit pulang. Sebelum itu Pak Dokter mengingatkan saya untuk kembali lagi minggu depan untuk melepas jahitan.

Sesampainya di rumah, saya minum 3 jenis obat yang sudah diberikan sejak konsultasi pertama kali. Ada anitibiotik, analgesik, dan obat supaya bekas cabutan tadi tidak mengeluarkan darah terus-menerus. Walaupun pengaruh bius belum hilang, tapi bekas cabutan itu rasanya sakit banget. Ngilunya sampe ke telinga. Saya seperti masih merasa kalau ada jarum yang menusuk (apa ini mungkin trauma disuntik?). Belum lagi darah yang masih keluar dan terasa di mulut itu membuat saya mual.

Menjelang makan malam, saya membuang kapas yang dari siang bolak balik saya gigit. It makes me feel better. Saya makan dengan sangat hati-hati, menggunakan barisan gigi sebelah kiri. Gigi boleh sakit, tapi makan harus tetap enak. Itu prinsip yang saya pegang teguh. Setelah selesai makan, saya kembali minum obat. Thanks to analgesik yang membuat rasa sakit saya semakin berkurang sampai saya bisa menulis postingan ini.

Mengingat bagaimana proses operasi gigi tadi siang, saya sangat berharap kalau itu adalah pengalaman yang pertama dan terakhir kalinya. Plis jangan ada lagi gigi yang harus dioperasi dengan peralatan tukang versi mini *nunduk sedih*

Sekian cerita saya tentang operasi gigi bungsu. Buat teman-teman yang punya gigi bungsu abnormal dan punya rencana untuk dioperasi juga, jangan takut ya… walaupun tulisan ini berbau nakut-nakutin. Badai pasti berlalu, everything is going to be fine. Jangan lupa berdoa, dan yang juga gak kalah penting adalah cari dokter gigi yang terpercaya.

Anyway thank you for reading :*

6 komentar:

  1. Balasan
    1. Hahahaha. Mari jaga kesehatan gigi supaya gak perlu ke dokter gigi buat cabut! :D

      Hapus
  2. Horor jg ya klo bius lokal :D
    Kmarin suami abis operasi cabut 4 gigi geraham, bius total, nginep 5 hr 4 mlm di rs huhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak kalah horor sama cabut 4 geraham sekaligus mbak :'(

      Hapus
  3. aduh bacanya kok ikutan ngiluuu, serem

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha. Pokoknya dihindari lah cabut-cabut gigi. Tapi kalau udah dpt gigi bungsu abnormal, gak ada pilihan lain :(

      Hapus

Leave your comment here :D