Akhirnyaaaaa gigi bungsu dicabut jugaaaaa! *salto*
Jadi ceritanya saya punya gigi bungsu, geraham bawah sebelah
kanan, yang tumbuh tidak di jalur yang benar. Dia terpisah jauh dengan
teman-temannya yang sudah tumbuh terlebih dulu. Nyempil di pojokan belakang dan
ndusel ke dinding pipi. Saya yang punya ketebalan pipi di atas rata-rata
manusia pada umumnya, tentu merasa sangat terganggu dengan si gigi bungsu yang
nusuk-nusuk dinding pipi. Belum lagi karena tumbuhnya gak di gusi, jadilan
separuh bagian atas gigi itu nabrak daging mulut lainnya. Intinya, si gigi
bungsu ini sangat amat mengganggu.
Sebenarnya si gigi bungsu udah sakit sejak kuliah. Tapi saya tahan, saya kira nanti lama-lama dia bakal tumbuh lurus. Entah, saya masih berharap akan ada keajaiban yang membuat si bungsu ini normal seperti kakak-kakaknya. Tapi, beberapa waktu belakangan, si gigi bungsu semakin sering membuat daging di sekitarnya terluka. Puncaknya adalah ketika saya akan melaksanakan test TOEFL 2 minggu yang lalu. Ia beraksi di waktu yang tidak tepat. Sahabat saya Yayuk sampai harus nganterin saya ngacak-ngacak daerah Suhat buat nyari apotek, untuk beli painkiller, supaya saya bisa mengerjakan soal-soal TOEFL dengan tenang. Akhirnya sepulang dari Malang, saya membulatkan tekad bahwa saya harus ke dokter gigi.
Hanya dengan sekali lihat keadaan si gigi bungsu, Pak Dokter tanpa ragu-ragu
menyarankan saya untuk operasi gigi. Menurutnya, tidak ada cara lain selain
mencabut si gigi bungsu. Saya sendiri sebenarnya tidak kaget dengan hal itu,
mengingat ia memang berada di tempat yang tidak semestinya. Saya pun setuju
untuk operasi. Setelah mengatur jadwal, ditetapkanlah bahwa
si gigi bungsu akan dieksekusi hari ini, jam 1 siang tadi.
Dari apa yang saya baca di blog mereka yang sudah berpengalaman operasi gigi bungsu, mereka bilang proses pencabutan itu tidak sakit karena
sudah dibius. Kata mereka, penderitaan yang sesungguhnya dimulai sekitar 3 jam
setelah operasi selesai, ketika pengaruh obat bius sudah mulai hilang. Tapi
ternyata apa yang saya alami tadi, sungguh jauh berbeda.
Tahap pertama dari operasi tadi adalah pembiusan. Well, saya
lihat suntikannya… dan jarumnya besar! PADAHAL DI CERITA YANG SAYA BACA KATANYA
JARUMNYA CUMA SEBESAR BENANG :’(((((
Jadilah tadi pak dokter menyuntik gusi saya dan rasanya luar
biasa sakit! Saya ngerasain kalau jarumnya itu sampai ke tulang rahang. Dalem
cuy! Lama pula! Saya meringis kesakitan (bahkan sampai sedikit mengeluarkan air
mata), sementara itu Pak Dokter berusaha menenangkan dan menghibur saya
dengan mengatakan bahwa sebentar lagi selesai. Tapi saya tetap merasa kalau
jarum itu menancap sangat dalam di gusi saya untuk waktu yang cukup lama.
Setelah pembiusan yang menyiksa itu selesai, sekitar 5
sampai 10 menit kemudian daerah lidah dan bibir bawah mulai terasa tebal dan
kebas. Dan Pak Dokter pun mulai mengeluarkan alat lain yang tidak kalah
mengerikan dibanding jarum suntik. Yak, pisau kecil! Entah apa yang dipotong
oleh Pak Dokter di dalam mulut saya dengan beberapa kali gesek.
“Giginya tegak, ini lebih susah daripada gigi yang tidur.
Kalau yang tidur itu tinggal congkel, kalau yang tegak gini harus dibor.
Apalagi udah sebesar ini,” kata Pak Dokter.
Okeh, setelah suntikan dan pisau kecil, alat selanjutnya
adalah bor. Ternyata cerita horror seputar peralatan dokter gigi yang sering
saya dengar ketika kecil itu bukan sekadar mitos. Keringat pun mulai menetes di
dahi. Pak Dokter mengebor gigi saya dalam waktu yang menurut
saya juga cukup lama. Selama proses tersebut berlangsung saya cuma bisa
membatin, “Gigi aqooh diapaaaiiiin??”
Selanjutnya, setelah dibor, Pak Dokter untuk kesekian kali mengetuk-ngetukkan
sendoknya ke gigi saya. Tok-tok-tok. Saya merasa bahwa gigi saya masih berdiri
kuat, tidak goyah sama sekali. Pak Dokter pun berkata, “Wah masih kenceng, “. Pak
Dokter menyuruh saya untuk kumur-kumur, sementara itu ia pergi ke ruang sebelah
mengambil sesuatu. Dan perasaan saya semakin tidak enak.
Ketika kumur-kumur, saya melihat banyak darah keluar dari
mulut. All is well, all is well. Saya
menghibur diri sendiri.
Pak Dokter kembali dengan membawa sebuah tang kecil. Tinggal
ditambah obeng ama palu, lengkap sudah semua alat pertukangan versi mini
digunakan untuk mencabut si gigi bungsu. Tidak buang-buang waktu lama, Pak Dokter
sibuk dengan tangnya yang sudah mencengkram gigi saya. Errrrgh. Walaupun saya
sudah dibius, tapi tetap ya itu kerasa waktu gigi ditarik-tarik pake tang. BAYANGIN
COBA GIMANA RASANYA! :’((((
Proses pencabutan ini cukup lama. Saya bisa ngerasain kalau
si gigi bungsu ini lumayan kokoh dan tidak mudah untuk Pak Dokter
mengeluarkannya dari dalam sana. Sementara itu saya kembali meringis kesakitan
dan Pak Dokter masih tetap menggunakan kalimat-kalimat penghiburnya, “Udah
mulai goyang, sedikit lagi copot nih,”. Dan setelah perjuangan yang cukup
panjang, akhirnya si gigi bungsu berhasil dikeluarkan dengan selamat!
Alhamdulillaaaaaaah.
Iya namanya aja yang "bungsu" tapi badannya bongsor. Waktu masih nancep, yang nongol ke permukaan cuma sedikit, selebihnya ada di dalem. Pantes aja kalau nyabutnya harus pake tang :( |
Setelah itu di bekas cabutan gigi Pak Dokter menuangkan
semacam betadine ke mulut saya, lalu saya disuruh untuk kumur-kumur
lagi.
Selanjutnya, masuk ke tahap penjahitan. Saya tetap bisa
merasakan jarum menusuk-nusuk daging saya. Rasanya cekit-cekit gimana gitu.
Selama menjahit, Pak Dokter memuji bahwa gigi saya bagus. Tumbuhnya rapi,
bentuknya bagus, dan gak ada yang bolong. Jadi, karena gigi saya bagus, Allah
SWT. ngasih satu bonus gigi yang jelek, sebagai bentuk keseimbangan karena di
dunia ini gak ada yang sempurna, begitu katanya. Btw, ini adalah dokter gigi kedua yang memuji
gigi saya bagus. Muahahahahahah.
Sejak gigi susu saya copot dan ganti gigi baru, saya emang
rajin banget sikat gigi. 3 kali sehari, bahkan bisa lebih. Sikat gigi sebelum
tidur adalah ritual yang tidak bisa saya lewatkan. Something that I must to do.
Karena udah kebiasaan dari kecil, walaupun pas lagi males-malesnya ke kamar
mandi dan memaksakan diri buat tidur, saya malah gak bisa tidur karena mulut
rasanya gak enak. Kebiasaan itulah yang membuat saya punya gigi bagus. Ehehehe.
Selesai dijahit, di bekas cabutan gigi di taruh kapas yang
telah dibalut kain kasa. Saya disuruh untuk menggigitnya, untuk menahan darah yang keluar. Kapas itu nanti harus diganti setiap setengah jam hingga
tidak ada lagi darah yang keluar. Proses gigit kapas ini juga bikin ngilu.
Banget.
Setelah dikasih penjelasan tentang apa saja yang tidak boleh
saya lakukan, saya pun pamit pulang. Sebelum itu Pak Dokter mengingatkan saya
untuk kembali lagi minggu depan untuk melepas jahitan.
Sesampainya di rumah, saya minum 3 jenis obat yang sudah
diberikan sejak konsultasi pertama kali. Ada anitibiotik, analgesik,
dan obat supaya bekas cabutan tadi tidak mengeluarkan darah terus-menerus. Walaupun
pengaruh bius belum hilang, tapi bekas cabutan itu rasanya sakit banget.
Ngilunya sampe ke telinga. Saya seperti masih merasa kalau ada jarum yang
menusuk (apa ini mungkin trauma disuntik?). Belum lagi darah yang masih keluar dan terasa di mulut itu membuat
saya mual.
Menjelang makan malam, saya membuang kapas yang dari siang
bolak balik saya gigit. It makes me feel better. Saya makan dengan sangat
hati-hati, menggunakan barisan gigi sebelah kiri. Gigi boleh sakit, tapi makan
harus tetap enak. Itu prinsip yang saya pegang teguh. Setelah selesai makan, saya
kembali minum obat. Thanks to analgesik yang membuat rasa sakit saya semakin
berkurang sampai saya bisa menulis postingan ini.
Mengingat bagaimana proses operasi gigi tadi siang, saya
sangat berharap kalau itu adalah pengalaman yang pertama dan terakhir kalinya.
Plis jangan ada lagi gigi yang harus dioperasi dengan peralatan tukang versi
mini *nunduk sedih*
Sekian cerita saya tentang operasi gigi bungsu. Buat
teman-teman yang punya gigi bungsu abnormal dan punya rencana untuk dioperasi juga,
jangan takut ya… walaupun tulisan ini berbau nakut-nakutin. Badai pasti
berlalu, everything is going to be fine. Jangan lupa berdoa, dan yang juga gak
kalah penting adalah cari dokter gigi yang terpercaya.
Anyway thank you for
reading :*
Wah, berasa ngerinya kak huhu
BalasHapusHahahaha. Mari jaga kesehatan gigi supaya gak perlu ke dokter gigi buat cabut! :D
HapusHoror jg ya klo bius lokal :D
BalasHapusKmarin suami abis operasi cabut 4 gigi geraham, bius total, nginep 5 hr 4 mlm di rs huhu...
Gak kalah horor sama cabut 4 geraham sekaligus mbak :'(
Hapusaduh bacanya kok ikutan ngiluuu, serem
BalasHapusHahahaha. Pokoknya dihindari lah cabut-cabut gigi. Tapi kalau udah dpt gigi bungsu abnormal, gak ada pilihan lain :(
Hapus