Bulan
November tahun lalu adalah waktu di mana aku sedang (cukup) stres mengerjakan
skripsi. Dosen sulit ditemui dan antrian bimbingan pun mirip dengan antrian di pom bensin saat
premium langka. Tidak cukup dengan rumitnya birokrasi di kampus, skripsiku juga
terkendala dengan ketiadaan narasumber. Pada saat itu, narasumber utamaku tidak
bersedia untuk diwawancara karena suatu alasan (yang tidak bisa kuceritakan di
sini). Jadilah ya, makin runyam keadaan (skripsi)ku saat itu. Tidak hanya
sekali dua kali ide untuk ganti judul terlintas di benakku. Ide yang jauh lebih
buruk sebenarnya, karena kalau ganti judul, artinya aku harus memulai dari nol
lagi.
Di
tengah frustasi yang melanda, kicauan salah satu penulis favoritku-Dewi Lestari-di
twitter menjadi semacam oase di tengah gurun pasir. Sebab apa yang mbak Dee
tulis saat itu berhubungan dengan isu yang sedang aku angkat di skripsi.
Akhirnya, tanpa pikir panjang, aku mengirim email kepada beliau untuk meminta
penjelasan lebih. Saat itu aku sungguh tidak berharap banyak. Dijawab ya
Alhamdulillah, kalaupun tidak juga tak apa.
Namun,
beberapa hari kemudian, sebuah email masuk padaku. Yap, dari Dewi Lestari. Di
dalam email tersebut mbak Dee mengatakan bahwa ia akan menjawab pertanyaanku,
tapi nanti. Sebab aku harus antri dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang telah
masuk lebih dulu.
Waktu terus bergulir akan tetapi jawaban dari mbak Dee yang sangat kutunggu tidak juga tiba. Tentu saja aku maklum. Penulis sekelas mbak Dee pasti sangat sibuk sekali. Lagipula, aku tau kalau mbak Dee bukan tipikal penulis yang terburu-buru. Beliau sangat totalitas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan #serialsurel di blognya. She always gives her explanation clearly. Ini juga yang menjadi alasan kenapa aku menyukai mbak Dee lebih dari penulis lainnya. Karena ia detail dan rinci dalam memberi penjelasan. Kemampuannya mendeskripsikan sungguh mengagumkan. Sehingga mungkin ia butuh waktu untuk menyusun jawaban dari pertanyaanku. It was what I thought.
Lalu,
bagaimana dengan skripsiku? Aku masih tetap mengerjakannya, mengakali dengan
berbagai cara agar aku tidak perlu ganti judul walau terkendala dalam hal
narasumber.
Selang
setahun sejak aku mengirim email ke mbak Dee, sekitar 2 hari yang lalu aku
menerima email lagi yang isinya mengatakan bahwa mbak Dee akan menjawab
pertanyaanku dan tulisan tsb akan diunggah dalam waktu 3-4 hari. What I feel when I read this email? I’m so
happy and excited and I don’t care if my undergraduate thesis has been finished.
Hhhh. Rasa senangku adalah karena mbak Dee menepati janjinya untuk menjawab
pertanyaan itu.
Daaaaan
hari ini akhirnya #serialsurel di blog mbak Dee memuat pertanyaan dariku. Bisa
diintip di sini.
Aku
membaca kalimat demi kalimat di blog mbak Dee dengan senyum yang tiada henti.
Seperti salah satu komentar temanku yang ikut membaca tulisan tsb, jawaban mbak
Dee mencerdaskan. Tentu saja aku setuju dengannya. I always love the way
Mbak Dee tells complicated things simply. Penjelasannya adalah sesuatu yang
mudah dicerna oleh orang-orang awam di dunia kepenulisan sepertiku.
Overall, she inspires me a lot. Selain dari novel-novel yang ditulisnya, aku pun belajar banyak dari #serialsurel yang diunggah di blognya. Aku belajar banyak tentang teknik penulisan. Tentang bagaimana cara membuat kalimat yang enak dibaca. Tentang bagaimana penggunaan tanda baca dan EYD yang baik dan benar.
Dengan membaca tulisan-tulisan mbak Dee, aku belajar bagaimana cara membuat tulisan yang rapi.
Overall, she inspires me a lot. Selain dari novel-novel yang ditulisnya, aku pun belajar banyak dari #serialsurel yang diunggah di blognya. Aku belajar banyak tentang teknik penulisan. Tentang bagaimana cara membuat kalimat yang enak dibaca. Tentang bagaimana penggunaan tanda baca dan EYD yang baik dan benar.
Dengan membaca tulisan-tulisan mbak Dee, aku belajar bagaimana cara membuat tulisan yang rapi.
Terima
kasih, mbak Dee :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D