Dari tahun ke tahun, hari raya bagiku semakin tidak terasa
seperti hari raya. Mungkin tidak hanya aku, tapi kita semua merasakan hal yang
sama. Gegap gempita suasana idul fitri lebih terasa ketika kita masih di usia
dini. Mungkin karena saat itu kita masih menjadi “manusia suci”. Belum
bergelimang dosa karena mengejar duniawi.
Sudah tiga tahun belakangan, aku merayakan idul fitri
berbeda dari orang kebanyakan. Ketika orang-orang tengah asik berkumpul bersama
sanak saudara, aku hanya bisa bermalas-malasan di sofa sambil menonton tv. Di
saat orang-orang sedang bersalam-salaman dengan para tetangga, aku hanya bisa membalas
ucapan lebaran dari teman-teman melalui telepon genggam. Merayakan idul fitri
sendirian memang sangat menyedihkan.
Ah, tapi tidak apa-apa. Aku sudah biasa. Aku hanya perlu
bersabar sedikit saja sampai mama papa tiba.
Akhir kata, selamat hari raya idul fitri teman-teman
pembaca. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir batin ya. Semoga semangat
beribadah di bulan Ramadhan menular ke bulan-bulan berikutnya. Semoga kita
semua bisa bertemu lagi dengan Ramadhan di tahun depan bersama keluarga dan orang-orang
tersayang. Amin.
idem lagi hahaah
BalasHapus