Siapa bilang perempuan cuma mau dandan waktu lagi PDKT,
jatuh cinta, atau baru jadian? Menurutku itu pendapat yang salah total. Karena
kenyataannya, kami para wanita jauh lebih semangat berdandan ria setelah patah
hati atau diputusin atau di-PHP-in. Dan saat ini aku sedang merasakannya
saudara-saudara.
Salah satu perubahan yang sangat mencolok adalah, aku yang biasanya
tiap weekend mandinya cuma sekali
sehari (itu juga kalau mau keluar), sekarang jadi dua kali sehari (padahal gak
mau ke mana-mana). Aku pikir, aku bukan satu-satunya yang seperti ini. Hehehe.
Coba kita pikir bersama.
Seharian di kos, gak kemana-mana, baru bergerak ke kamar
mandi jam 12 siang, trus sorenya mau mandi lagi? Gak kasian sama bumi yang udah
mulai mengering? Gak prihatin sama harga sabun, shampo, dan facial foam yang makin mahal? Gak sayang
sama lampu kamar mandi yang kudu nyala terus karena mandinya bisa hampir satu
jam? Iya, ngelesnya bisa banget.
Gak berhenti pada masalah mandi aja ya. Sehabis mandi
biasanya perempuan punya ritual lagi. Pakai pelembab, bedak, body lotion, dan parfum. Bayangkan
betapa banyak pemborosan yang kami lakukan karena mandi dua kali di hari libur
padahal gak mau ke mana-mana.
Perubahan lainnya yang kulakukan, selain jadi rajin mandi, pasca
patah hati adalah iseng-iseng menggunakan cat kuku. Kalau sebelumnya aku gak
pernah pakai, karena merasa gak perlu menarik perhatian siapapun (termasuk
pacar sendiri), sekarang jadi suka hunting
cat kuku dengan warna-warna lucu. I think
I just should color my life, dimulai dari mewarnai hal-hal kecil seperti
kuku.
Dan perubahan terakhir yang belakangan ini kulakukan adalah
olahraga. Iya, aku yang biasanya lebih suka jadi kembang kasur (apalagi di hari
minggu), sekarang punya rutinitas baru, yaitu jogging. Aku mulai peduli dengan peredaran darah yang lancar,
pembakaran kalori yang sempurna, serta penyerapan sinar matahari yang bagus
untuk kulit.
Selain itu, olahraga bisa membuang jauh-jauh energi negatif
dari dalam tubuh dan pikiran, bukan? Untung-untung waktu jogging juga bisa ketemu cowok yang badannya peluk-able tapi gak homo. Boleh minta
Amin-nya?
Yak, itulah beberapa hal yang kulakukan setelah putus dengan
–you know who- yang tidak boleh
disebut namanya. Setelah menangis sendirian sehari semalam dan curhat pada sahabat-sahabat
tersayang selama seminggu, I should make my own world and be happy!
Itulah pikiran-pikiran wanita (sepertiku) yang masih
menyisakan sedikit akal sehat untuk berpikir, walaupun hatinya sudah porak
poranda, berlubang di mana-mana.
At least, membenahi
diri seperti yang sudah kulakukan di atas adalah cara terbaik untuk
menyembuhkan luka. Walaupun tentunya tidak akan semudah itu untuk move on, tapi minimal perasaan kita bisa
sedikit lebih tenang.
Dengan melakukan semua ritual perempuan sejenis luluran, olahraga,
dandan, memoles kuku, dan belanja kalau punya uang, harus kuakui bahwa
semua itu bisa mengembalikan kepercayaan diriku. Semua itu bisa membuatku
kembali yakin bahwa aku sangat berharga serta tidak pantas untuk sekadar
dipermainkan atau disia-siakan oleh lelaki bajing*n.
Dan setelah bisa kembali menikmati dunia dan mencintai diri
sendiri (ini sangat penting), barulah aku melanjutkan langkah ke tahap
berikutnya. Hunting yang baru!
***
Aku sedang duduk manis di sebuah kafe mungil bernuansa hijau
muda, menunggu dia -yang sudah kukenal 3 bulan- yang sebentar lagi akan datang.
Aku sengaja memilih tempat duduk di smoking
area, karena aku tau dia pasti ingin merokok. Ice green tea yang kupesan sudah terhidang di atas meja sejak 2
menit yang lalu. Lalu sesekali kepalaku bergoyang mengikuti irama Stole My Heart-nya One Direction yang mengalun dari speaker di sudut kafe.
Ngomong-ngomong soal One
Direction, aku teringat saat aku pulang kerja beberapa waktu yang lalu,
lalu dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Di dalam mobil ia menghidupkan
radio yang saat itu kebetulan sedang memutar lagunya One Direction.
“Apaan sih ini radio, kok lagunya boyband kampung,” ucapnya saat itu.
“Eh jangan diganti! Ini bagus tau,” aku langsung menahan
tangannya yang sudah ingin mengubah frekuensi.
“Kamu suka 1D?” katanya sambil tertawa.
“Iya, soalnya Zayn Malik ganteng,” jawabku.
“Gantengan aku kaleee,” ucapnya lirih.
“Apa?” aku pura-pura tidak mendengar sambil menahan tawa. Anyway, aku suka laki-laki yang percaya
diri seperti ini.
“1D suaranya pas-pasan ah. Mereka cuma jual tampang,”
katanya lagi.
“Ya kan tadi aku udah bilang. Aku suka karena Zayn Malik
ganteng, bukan karena suaranya bagus,” jelasku.
“Pembelaan yang cerdas,” dia tertawa.
Di lain waktu, ia lagi-lagi mentertawakan selera musikku. Waktu
itu aku sedang serius menonton konsernya CNBLUE di youtube.
“Anak band kalau manggung gak pake bedak sih harusnya,” celetuknya.
“Kalau kamu menghina 1D, aku masih terima. Tapi kalau
CNBLUE, jangan coba-coba!” aku melempar boneka kepala Mickey Mouse ke arahnya.
Selera musik kami memang bisa dibilang bagai langit dan
bumi. Tapi itulah yang menyebabkan obrolan dan perdebatan bodoh kami menjadi
seru dan lucu.
“Ah ngakunya gak suka KPOP, tapi kalau diputerin video
klipnya Sistar atau SNSD langsung melek sambil ngeces!” kemudian ia tertawa dengan
kedua mata menyipit seperti bulan sabit.
***
Tidak berapa lama kemudian dia datang. Aku menegakkan posisi
duduk, sedikit membetulkan rambut, lalu melambaikan tangan padanya. Dia muncul
dengan gaya maskulin seperti biasa. Kemeja lengan panjang dengan garis-garis
tipis coklat muda yang lengannya digulung asal sampai ke siku.
“Aku telat ya? Kamu udah nunggu lama?” ia bertanya sambil
melihat jam tangan yang menempel di pergelangan tangan kirinya.
“Gak kok, aku aja yang datengnya kecepetan. Tadi diantar
Rachel soalnya,” jawabku.
Hal lain yang aku suka darinya, dia memakai jam tangan.
Mungkin akan terdengar sedikit aneh, tapi aku memang menyukai laki-laki yang
menggunakan jam tangan. Mereka biasanya lebih menghargai waktu. For God’s sake, aku tidak suka
orang-orang dengan jam karet yang membuatku menunggu.
Aku memanggil pelayan yang kemudian datang untuk mencatat
pesanannya.
“Double Esspresso
ya mbak,” katanya sambil mengeluarkan rokok beserta lighter dari saku kemeja.
Aku masih memandangi dia yang tampak sedang khusyuk
menyalakan rokok.
*to be continued*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :D