2 Agu 2013

Untuk Ibu, Idola Nomor Satu

gambar dipinjam di sini. trims.

Fenomena apapun yang terjadi di sekitarmu adalah peringatan untuk dirimu sendiri, itu yang aku percaya. Seperti halnya ketika salah satu sahabatku kehilangan ibunda tercinta.

Tapi sebelumnya, ijinkan aku untuk berjanji pada diri sendiri agar tidak menangis selagi mengetik tulisan ini.


Jika ditanya, siapa orang yang paling kamu cinta?

Jawabanku adalah mama. Aku pun sangsi, apakah ada anak yang tidak mencintai ibunya? Karena menurutku, ibu adalah idola anak nomor satu di seluruh dunia.

Apa yang tidak pernah dilakukan ibu untukmu?

Jawabanku adalah tidak ada. Ia akan melakukan apa saja untuk anak-anaknya, untuk keluarganya. Bahkan jika harus mengorbankan nyawa sekalipun, ia tidak akan ragu.

Apa kamu pernah durhaka kepada ibumu?

Jawabanku adalah iya. Setiap anak pasti pernah membantah ibunya. Baik yang disengaja ataupun tidak. Aku pun begitu. Sesaat aku lupa pada semua pengorbanan yang dilakukannya untukku. Seringnya nada suaraku meninggi tiap kali aku tidak sependapat dengannya. Sesekali amarahku membersit di hati tiap kali ibu tidak merestui apa yang aku inginkan.

Apa peran ibu dalam hidupmu?

Jawabanku di bawah ini hanya 1% dari jumlah total keseluruhan peran yang mama punya.

Yang menyiapkanku bekal setiap kali akan balik ke Malang. Yang membawakan semua yang ku perlukan di kosan. Yang akan memasakkan apa saja yang aku inginkan setiap kali pulang. Yang mengantarkanku ke depan pintu dan hanya akan masuk ke dalam rumah saat aku sudah menghilang di perempatan. Yang menjadi jembatan penyampai pesan pada papa yang kadang tidak bisa secara langsung ku ucapkan. Yang membuatku berbaikan dengan abang setiap kali kami bertengkar. Yang menjadi tempatku berbagi akan hal-hal yang tidak bisa ku percaya pada teman.

Ibu adalah segalanya untukku, beliau baru saja membangunkanku sahur lewat telepon.

Ibu adalah segalanya untuk sahabatku, Ajeng, yang dengan getirnya bertanya “Mamaku sekarang lagi di mana ya, Rau?

Dan ibu akan selalu menjadi segalanya untuk kita semua, tidak peduli di manapun beliau berada.


Lalu, bagaimana jika suatu hari kita kehilangan sosok sepertinya?

Entahlah, aku pun tak tau rasanya. Aku hanya tau tangis kepedihan Ajeng dalam pelukku sambil berkata, “mama udah gak ada.. mama udah gak ada..” sebulan yang lalu. Aku hanya melihat kehampaan luar biasa di matanya tiap kali bercerita tentang sang mama. Aku hanya menitikkan air mata setiap membaca rangkaian kata di blognya tentang ibunda yang sudah tiada.

Padaku Ajeng bercerita tentang penyesalannya karena belum tuntas berbakti kepada sang mama. Waktunya yang banyak terbuang percuma setiap kali tidak berada di samping sang bunda. Momen berharga yang dianggap biasa saja ketika yang tercinta masih bernyawa.

Dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti aku menghadapi apa yang Ajeng alami.

Bagaimana jika mulai sekarang aku minta saja kepada Tuhan agar ia menjemputku terlebih dahulu sebelum mama?

Tapi apa aku pikir mama bisa hidup tanpa aku? Sehari tidak mendengar suaraku saja beliau tidak mampu. Bahkan belakangan ini lebih ekstrim, beliau membuat peraturan “wajib lapor setiap aku pulang kantor”.

Kepedulian dan kekhawatiran mama terhadapku adalah salah satu hal di dunia ini yang tidak akan kuragukan keberadaannya.

Ibu dan anak, seolah memegang separuh kehidupan antara satu sama lain. Entah mana yang lebih berat, meninggalkan atau ditinggalkan. Tidak bisakah kita untuk tidak memilih keduanya?

***

Ini catatan untukku, untuk kalian semua yang membaca, dan masih punya mama. Agar memanfaatkan waktu yang terus berputar ini dengan sebaik-baiknya. Karena waktu tidak akan berkenan menunggu. Ketika waktu bersamanya sudah habis, maka usailah semua.

Tidak ada lagi pelukan dan dekapan menenangkan khas seorang ibu. Tidak ada lagi celotehan yang pernah membuat kita kesal. Tidak ada lagi perhatian dan kasih sayang yang selama ini mengalir tanpa henti. Tidak ada lagi senyum dan tawa saat ibu masih baik-baik saja. Tidak akan ada lagi pertanyaan, “udah makan, nak?” yang tidak pernah ibu lupa. Tidak ada lagi makanan kesukaan yang diracik khusus untuk suami dan anak-anaknya dengan penuh cinta. Tidak ada lagi kehidupan yang lengkap dan sempurna ketika orang tua masih ada.

Cahaya rumahmu padam. Hati pun seolah karam. Untuk selamanya, hanya akan ada tangis kehilangan yang tak bisa dihentikan.

Untuk semua ibu di dunia, pengorbananmu akan selalu berbalas surga. Untuk semua ibu yang sudah tiada, doakan agar anakmu kuat menghadapi dunia.

5 komentar:

  1. indah banget postingannya. salam buat mama dan keluarga ya.

    BalasHapus
  2. perjuangan ibu sudah dimulai sejak mengandung kita, bahkan saat proses melahirkan kita yang sungguh sangat2 luar biasa. insyaAlloh kan ku cium tangan Ibu ketika ku mudik nanti.
    Makasih kakak tuk nasihtanya

    BalasHapus
  3. alhamdulillah punya ibu yang luar biasa...Nice story

    BalasHapus
  4. Ibu gak pernah mau membawa masalahnya ikut serta saat berdebat sama kita, tapi kita kadang dinasehati sedikit langsung bawa-bawa masalah lain yang sebenarnya gak ada hubungannya.

    Gue juga sempat mikir gimana kalo nanti ditinggal duluan sama Ibu saat tante udah pergi duluan.
    Tulian bagus :)

    BalasHapus
  5. terima kasih ya semuanya. smg kita semua bisa jadi anak yang berbakti.. amin ya robbal'alamin :)

    BalasHapus

Leave your comment here :D