gambar dipinjam di sini. terima kasih |
Pindah.
Segala sesuatu yang disebut ‘pindah’, apapun
jenisnya, bukan merupakan perkara mudah. Mulai dari pindah rumah, pindah tempat
kerja, pindah sekolah, pindah agama, pindah hati, dan berbagai macam jenis
‘pindah’ lainnya.
Saya sendiri sudah mengalami berbagai jenis pindah.
Mulai dari pindah rumah, pindah sekolah, dan juga pindah hati.
Yang saya tau, ketika kita pindah (karena
keinginan, keharusan, atau paksaan), akan selalu ada sisi diri yang berusaha
untuk bertahan. Keinginan untuk tetap tinggal. Hasrat untuk tetap berada pada
situasi dan kondisi yang sudah ada.
Karena apa?
Karena manusia selalu memiliki rasa takut untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru. Kekhawatiran dan kecemasan akan selalu ada
dalam diri kita ketika kita akan pindah. Hanya saja, kadar ketakutan setiap
orang tentunya berbeda-beda.
Banyak dugaan-dugaan yang kita pikirkan tentang
‘tempat kita yang baru’ setelah pindah. Takut kurang nyaman, takut tidak betah,
takut jika tempat yang baru lebih buruk dari tempat yang lama, dan masih banyak
lagi hal-hal negatif yang kita perkirakan akan terjadi setelah kita pindah.
***
Saya sudah pindah rumah 4 kali. Dari Jakarta,
Dumai, Bondowoso, dan Pasuruan. Ketika pindah dari Jakarta ke Dumai, untungnya
tidak ada pengaruhnya terhadap saya. Karena saat itu saya masih sangat kecil
dan belum sekolah. Saya tidak ingat pada kejadian pindah itu.
Kemudian ketika kelas 2 SD, saya pindah dari
Dumai ke Bondowoso. Ini kepindahan yang sangat berpengaruh dan saya ingat
sampai sekarang. Ketika saya harus meninggalkan teman-teman saya di Dumai,
dan kemudian menjadi murid baru di sebuah sekolah dasar di Bondowoso.
Siapapun diantara kalian yang pernah merasakan
menjadi murdi baru, pasti kalian akan sepakat dengan saya bahwa menjadi murid
baru itu sangat tidak menyenangkan!
Murid baru akan selalu jadi bahan pembicaraan di
sekolah. Ke mana-mana selalu jadi pusat perhatian. Seolah-olah
di kening kita ada tulisan “AWAS MURID BARU! JANGAN DEKAT-DEKAT!”. Murid baru
selalu dikucilkan, dianggap aneh, bahkan tidak jarang dianggap bodoh.
Belum lagi jika seragam (biasanya seragam
olahraga) yang kita gunakan berbeda dengan teman-teman yang lain. Yang akan
semakin membuat kita merasa bukan bagian dari mereka. Ditambah
lagi dengan bahasa atau logat kita yang berbeda, yang membuat kita menjadi semakin
aneh di mata mereka. Ibaratnya kita adalah alien yang nyasar ke bumi.
Dan yang paling menyebalkan dari pindah sekolah itu
adalah perkenalan diri di depan kelas.
Saya masih ingat waktu saya jadi murid baru, waktu
itu kebetulan saya lagi ganti gigi. Kita semua tau kalau gigi susu satu-persatu
akan copot di usia-usia segitu.
Waktu perkenalan diri,
tiba-tiba ada satu anak yang nyeletuk “Kok giginya ompong?”, celetukan itu tentu
saja disambut oleh tawa seisi kelas. Kamvret kan ya?!
Yang saya rasakan waktu itu adalah malu, pengen
marah, pengen jambak rambut yang tadi nyeletuk, pengen nangis, pengen
berhenti sekolah, semua campur aduk jadi satu. Maklum aja, namanya juga
anak SD. Mentalnya masih cupu, belum punya mental baja.
Untungnya fase adaptasi sebagai murid baru bisa
saya lewati dengan baik. Alhasil, lambat laun saya bisa membaur dengan
teman-teman di sana. Yang dulunya suka ganggu berubah jadi baik sama saya. Masa-masa
SD yang awalnya suram pun berakhir bahagia. Alhamdulillah.
***
Tidak jauh berbeda ketika SMP dan SMA. Adaptasi
lagi-lagi harus saya lalui tiap kali kenaikan kelas, di mana saya tidak bisa
sekelas lagi dengan teman-teman di kelas sebelumnya. Kenalan lagi. Sok kenal
sok dekat lagi. Masuk ke dalam lingkungan baru lagi. Perputaran yang tidak ada
habisnya. Melelahkan, bukan?
Lalu bagaimana dengan pindah hati?
Tidak jauh beda dengan jenis pindah lainnya,
yang ini menurut saya juga tidak kalah sulit. Kuncinya ada pada kenyamanan,
kecocokan, dan kebiasaan. 3 point
utama yang akan membuat seseorang sulit untuk pindah hati.
Tapi bagaimanapun juga, sulit bukan berarti
tidak bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak bisa, yang ada hanyalah tidak
mau. Mari kita tanamkan sugesti ini pada diri sendiri agar percaya bahwa tidak
ada yang tidak bisa kita lakukan, kecuali nguras laut.
Syarat utama yang diperlukan oleh mereka yang
ingin pindah hati sebenarnya hanya keberanian. Berani membuka diri. Berani
mencoba. Termasuk berani mengambil resiko bahwa mungkin suatu hari nanti kita
harus pindah hati lagi.
Kalau saya sendiri saat ini sebenarnya masih
bingung, apa saya sudah berhasil pindah hati?
Sudah membuka hati sama yang baru, tapi di sisi
lain masih berhubungan sama yang lama, itu namanya apa ya? Whatever, hati manusia itu terlalu luas untuk dihuni oleh satu
orang. Hehe.
Buat teman-teman yang merasa belum bisa pindah
hati, jangan putus asa. Jangan pernah berhenti mencoba dan terjebak dengan apa
yang disebut heart lock. Jangan
mengunci hati dan membiarkannya mati.
Kita tidak akan tau apakah yang baru akan lebih
baik dari yang lama kalau tidak mau mencoba, bukan?
***
Pindah selalu berkaitan dengan perubahan. Dan
perubahan merupakan ritme kehidupan.
Akan selalu ada hal baru yang kita hadapi. Akan
selalu ada orang-orang baru yang kita kenal. Akan selalu ada masalah baru yang
kita temukan.
Kita tidak akan pernah berada dalam satu
keadaan yang sama dalam jangka waktu yang lama. Ada waktu-waktu tertentu di
mana kita dipaksa keluar dari zona nyaman. Melakukan hal-hal yang belum pernah
kita lakukan sebelumnya.
Tapi adanya perubahan juga tidak selalu karena
paksaan. Tidak jarang ia hadir ketika kita sudah merasa bosan.
Jadi, apa kamu masih takut untuk berubah? Masih ragu untuk pindah? Sebenarnya kalau berani mencoba, peluang untuk bahagia ada di mana-mana :)
Jadi, apa kamu masih takut untuk berubah? Masih ragu untuk pindah? Sebenarnya kalau berani mencoba, peluang untuk bahagia ada di mana-mana :)
Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving –Albert Enstein
Satu hal yang paling aku sayangkan rau, kok ga ada foto pas kamu ga punya gigi :3
BalasHapuseniwei, bukannya jadi murid baru enak ya? aku hobi ngerjain anak baru sih >.<
jaman dulu blm pnya henpon yg ada kameranya nim~
BalasHapusdosa lho nim ngerjain anak baru ga berdosa. huf