25 Nov 2013

Dear You


pic here
Dear you,

Kamu tau, ketika aku menulis surat ini, di luar sana sedang hujan deras. Cuaca memang memburuk belakangan hari. Cuaca yang sama saat aku mengantarmu pergi 2 tahun yang lalu. Sejak saat itu, suara petir selalu terdengar menakutkan di telingaku. Ia mengingatkanku pada perasaan kehilangan yang ingin kukubur dalam-dalam.

Sejak kamu pergi, aku tidak punya teman berbagi rahasia lagi. Tidak ada yang bisa kupercaya. Semuanya tiba-tiba terasa hambar dan datar. Dengan menulis surat ini, aku ingin bicara denganmu. Berharap bisa melegakan pikiran yang mulai terasa penuh. Kamu tidak keberatan, kan?

Kamu masih ingat nickname kesayanganku? Iya, Cappuchino. Tapi sekarang aku bukan cappuchino lagi karena aku sudah tidak pernah minum kopi. Aku lelah dengan insomnia yang kuderita. Hampir setiap hari aku baru bisa tidur ketika adzan subuh terdengar. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mengonsumsi minuman berkafein yang satu itu. Supaya aku bisa tidur.

“Minum kopinya dikurangi,” harusnya aku mendengar nasihatmu itu sejak dulu.

Belakangan ini sakit kepalaku semakin sering kambuh. Mungkin karena aku kurang tidur atau kecapekan. Kamu juga berpikir begitu bukan? Iya, pasti itu penyebabnya. Aku hanya butuh meminum obat sakit kepala, kemudian tidur. Migrain sialan itu nanti pasti akan hilang dengan sendirinya.

Kamu tidak perlu khawatir, sekarang aku selalu membawa obat sakit kepala ke mana-mana. Karena aku tau, tidak ada lagi kamu yang akan mencarikanku obat jika sakit ini muncul tengah malam secara tiba-tiba.

Tia bilang aku harus periksa ke dokter, tapi aku tidak mau. Ke dokter untuk memeriksakan penyakit sepele cuma buang-buang uang. Kamu pasti sependapat denganku. Walaupun rasanya sangat tidak enak menahan rasa sakit terus-terusan, tapi aku masih kuat. Aku masih menyimpan kekuatan yang pernah kamu tularkan :)

Sakit kepala ini tidak terlalu kupikirkan, karena ada yang jauh lebih penting.

Ayahku sedang sakit. Beliau sudah dua kali terkena serangan jantung dan dilarikan ke UGD. Saat kejadian itu, tidak ada seorangpun yang memberitahuku. Rasanya aku ingin marah pada kakak ataupun ibu. Walaupun aku tau mereka melakukan itu supaya aku tidak khawatir dengan keadaan ayah. Tapi apa mungkin ada anak yang tidak khawatir ketika orang tuanya sakit?

Sekarang ayah mengonsumsi 14 butir obat setiap hari. Entah bagaimana tubuh ayah mencerna obat sebanyak itu. Dokter bilang ibarat perang, peluru ayah tinggal satu. Ia memberi ayah obat untuk sebulan, katanya kalau tidak ada perubahan, maka ayah harus dioperasi. Operasi jantung By Pass namanya.

Wajar kan kalau aku merasa takut?

Setelah kamu pergi, aku merasa hidupku berubah menjadi mimpi buruk. Sepertinya belum kering air mataku yang membasahi tanah merahmu, tapi sekarang aku sudah menangis lagi tiap kali membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada ayah. 

Tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan supaya aku bisa percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja?

Dulu aku tidak pernah habis pikir pada mereka yang bunuh diri. Kenapa mereka melakukan tindakan bodoh itu. Tapi sekarang aku tau, bahwa akan ada waktu di mana kita merasa bahwa hidup ini sangat melelahkan.

“Terlalu berpikir jauh pada hal-hal yang belum terjadi akan membuatmu menjadi seorang pengecut,” itu katamu dulu. Aku paling tidak suka dikatakan pengecut, kamu tau benar itu. Jadi, aku tidak akan menjadi seorang pengecut dengan cara bunuh diri. Kamu tidak perlu cemas, aku tidak akan menyusulmu.

Ada banyak hal yang belum kulakukan. Ada banyak mimpi yang belum kuwujudkan. Ada kamu yang harus selalu kudoakan. Ada keluarga yang harus kujaga. Aku masih punya banyak alasan untuk hidup.

Terima kasih ya karena masih setia menjadi pendengar yang baik, semoga kamu tidak bosan. Kamu baik-baik di sana. Aku selalu mengirimkan doa untukmu. Doakan juga agar ayahku segera sembuh, agar aku selalu bisa menjadi gadismu yang kuat.

***

Seorang gadis meletakkan setangkai mawar putih di atas gundukan tanah yang basah akibat hujan deras tadi malam. Tangan kirinya memegang sebuah kertas terlipat yang kemudian ia jejalkan ke dalam ranselnya. Sesaat ia masih terdiam di sana, menyeka air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya. Setelah cukup yakin tangisnya mulai mereda, ia berjalan keluar meninggalkan kompleks pemakaman yang ia kunjungi sekali seminggu.


Di dunia lain yang tak kasat mata, ia melihat semuanya. “Jangan takut karena aku menjagamu dari sini. Kamu pasti kuat, ayahmu pasti sembuh, dan kamu harus jaga kesehatan, ” ucapnya. Ia tersenyum.

4 komentar:

  1. Aaaaaaakk keren, semoga jago nulisnya nular ke gue. sukses ya :)

    BalasHapus
  2. kisah nyata ya

    gue dlu pernah punya tmn jg nick capuchino di jaman2 masih hp jadul dlu populer aplikasi chat :)

    BalasHapus
  3. nick capuchino cukup pasaran ya hahaha :)))

    BalasHapus

Leave your comment here :D