pic here |
Dear you,
Kamu tau, ketika aku menulis surat ini, di luar
sana sedang hujan deras. Cuaca memang memburuk belakangan hari. Cuaca yang sama
saat aku mengantarmu pergi 2 tahun yang lalu. Sejak saat itu, suara petir
selalu terdengar menakutkan di telingaku. Ia mengingatkanku pada perasaan
kehilangan yang ingin kukubur dalam-dalam.
Sejak kamu pergi, aku tidak punya teman berbagi
rahasia lagi. Tidak ada yang bisa kupercaya. Semuanya tiba-tiba terasa hambar
dan datar. Dengan menulis surat ini, aku ingin bicara denganmu. Berharap bisa
melegakan pikiran yang mulai terasa penuh. Kamu tidak keberatan, kan?
Kamu masih ingat nickname
kesayanganku? Iya, Cappuchino. Tapi sekarang aku bukan cappuchino lagi karena aku sudah tidak pernah
minum kopi. Aku lelah dengan insomnia yang kuderita. Hampir setiap
hari aku baru bisa tidur ketika adzan subuh terdengar. Hingga akhirnya aku
memutuskan untuk berhenti mengonsumsi minuman berkafein yang satu itu. Supaya
aku bisa tidur.
“Minum kopinya dikurangi,” harusnya aku
mendengar nasihatmu itu sejak dulu.
Belakangan ini sakit kepalaku semakin sering
kambuh. Mungkin karena aku kurang tidur atau kecapekan. Kamu juga berpikir
begitu bukan? Iya, pasti itu penyebabnya. Aku hanya butuh meminum obat sakit
kepala, kemudian tidur. Migrain sialan itu nanti pasti akan hilang dengan
sendirinya.
Kamu tidak perlu khawatir, sekarang aku selalu
membawa obat sakit kepala ke mana-mana. Karena aku tau, tidak ada lagi kamu
yang akan mencarikanku obat jika sakit ini muncul tengah malam secara
tiba-tiba.
Tia bilang aku harus periksa ke dokter, tapi
aku tidak mau. Ke dokter untuk memeriksakan penyakit sepele cuma buang-buang
uang. Kamu pasti sependapat denganku. Walaupun rasanya sangat tidak enak
menahan rasa sakit terus-terusan, tapi aku masih kuat. Aku masih menyimpan
kekuatan yang pernah kamu tularkan :)
Sakit kepala ini tidak terlalu kupikirkan,
karena ada yang jauh lebih penting.
Ayahku sedang sakit. Beliau sudah dua kali terkena
serangan jantung dan dilarikan ke UGD. Saat kejadian itu, tidak ada seorangpun
yang memberitahuku. Rasanya aku ingin marah pada kakak ataupun ibu. Walaupun
aku tau mereka melakukan itu supaya aku tidak khawatir dengan keadaan ayah.
Tapi apa mungkin ada anak yang tidak khawatir ketika orang tuanya sakit?
Sekarang ayah mengonsumsi 14 butir obat setiap
hari. Entah bagaimana tubuh ayah mencerna obat sebanyak itu. Dokter bilang
ibarat perang, peluru ayah tinggal satu. Ia memberi ayah obat untuk sebulan,
katanya kalau tidak ada perubahan, maka ayah harus dioperasi. Operasi jantung By
Pass namanya.
Wajar kan kalau aku merasa takut?
Setelah kamu pergi, aku merasa hidupku berubah
menjadi mimpi buruk. Sepertinya belum kering air mataku yang membasahi tanah
merahmu, tapi sekarang aku sudah menangis lagi tiap kali membayangkan jika sesuatu
yang buruk terjadi pada ayah.
Tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan supaya aku bisa percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja?
Tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan supaya aku bisa percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja?
Dulu aku tidak pernah habis pikir pada
mereka yang bunuh diri. Kenapa mereka melakukan tindakan bodoh itu. Tapi sekarang
aku tau, bahwa akan ada waktu di mana kita merasa bahwa hidup ini sangat
melelahkan.
“Terlalu berpikir jauh pada hal-hal yang belum
terjadi akan membuatmu menjadi seorang pengecut,” itu katamu dulu. Aku paling
tidak suka dikatakan pengecut, kamu tau benar itu. Jadi, aku tidak akan menjadi
seorang pengecut dengan cara bunuh diri. Kamu tidak perlu cemas, aku tidak akan
menyusulmu.
Ada banyak hal yang belum kulakukan. Ada banyak
mimpi yang belum kuwujudkan. Ada kamu yang harus selalu kudoakan. Ada keluarga
yang harus kujaga. Aku masih punya banyak alasan untuk hidup.
Terima kasih ya karena
masih setia menjadi pendengar yang baik, semoga kamu tidak bosan. Kamu baik-baik di sana. Aku selalu mengirimkan doa untukmu. Doakan juga agar
ayahku segera sembuh, agar aku selalu bisa menjadi gadismu yang kuat.
***
Seorang
gadis meletakkan setangkai mawar putih di atas gundukan tanah yang basah akibat
hujan deras tadi malam. Tangan kirinya memegang sebuah kertas terlipat yang
kemudian ia jejalkan ke dalam ranselnya. Sesaat ia masih terdiam di sana,
menyeka air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya. Setelah cukup yakin
tangisnya mulai mereda, ia berjalan keluar meninggalkan kompleks pemakaman yang
ia kunjungi sekali seminggu.
…
Di dunia
lain yang tak kasat mata, ia melihat semuanya. “Jangan takut karena aku menjagamu
dari sini. Kamu pasti kuat, ayahmu pasti sembuh, dan kamu harus jaga
kesehatan, ” ucapnya. Ia tersenyum.
Aaaaaaakk keren, semoga jago nulisnya nular ke gue. sukses ya :)
BalasHapusterima kasih, Ismi :')
BalasHapuskisah nyata ya
BalasHapusgue dlu pernah punya tmn jg nick capuchino di jaman2 masih hp jadul dlu populer aplikasi chat :)
nick capuchino cukup pasaran ya hahaha :)))
BalasHapus