pic here |
Dear you,
Kamu tau, ketika aku menulis surat ini, di luar
sana sedang hujan deras. Cuaca memang memburuk belakangan hari. Cuaca yang sama
saat aku mengantarmu pergi 2 tahun yang lalu. Sejak saat itu, suara petir
selalu terdengar menakutkan di telingaku. Ia mengingatkanku pada perasaan
kehilangan yang ingin kukubur dalam-dalam.
Sejak kamu pergi, aku tidak punya teman berbagi
rahasia lagi. Tidak ada yang bisa kupercaya. Semuanya tiba-tiba terasa hambar
dan datar. Dengan menulis surat ini, aku ingin bicara denganmu. Berharap bisa
melegakan pikiran yang mulai terasa penuh. Kamu tidak keberatan, kan?
Kamu masih ingat nickname
kesayanganku? Iya, Cappuchino. Tapi sekarang aku bukan cappuchino lagi karena aku sudah tidak pernah
minum kopi. Aku lelah dengan insomnia yang kuderita. Hampir setiap
hari aku baru bisa tidur ketika adzan subuh terdengar. Hingga akhirnya aku
memutuskan untuk berhenti mengonsumsi minuman berkafein yang satu itu. Supaya
aku bisa tidur.
“Minum kopinya dikurangi,” harusnya aku
mendengar nasihatmu itu sejak dulu.
Belakangan ini sakit kepalaku semakin sering
kambuh. Mungkin karena aku kurang tidur atau kecapekan. Kamu juga berpikir
begitu bukan? Iya, pasti itu penyebabnya. Aku hanya butuh meminum obat sakit
kepala, kemudian tidur. Migrain sialan itu nanti pasti akan hilang dengan
sendirinya.
Kamu tidak perlu khawatir, sekarang aku selalu
membawa obat sakit kepala ke mana-mana. Karena aku tau, tidak ada lagi kamu
yang akan mencarikanku obat jika sakit ini muncul tengah malam secara
tiba-tiba.