Suatu hari kaki-kaki kami menjejak butir pasir di sana. Aku dan dia. Ketika tangannya menggenggam sebuah botol, sedangkan
tanganku mencengkram dua gulungan kertas.
Kertas itu berisi coretan-coretan kami tentang mimpi. Kertas itu penuh dengan impian dan harapan. Ditulis dengan tangan, diiringi dengan doa yang diucap dalam hati.
Ia menggulung kertas-kertas itu sebelum memasukkannya ke dalam botol.
“Apa nama ritual ini?” tanyaku.
Ritual memberitahu impian pada semesta, begitu jawabnya.
Lalu ia melempar botol itu pada laut yang terbentang. Dalam sekejap ombak pun menelannya. Botol berenang timbul tenggelam. Dua gulung kertas yang tadi kami tulis kini telah memiliki rumah.
“Untuk apa?” aku bertanya lagi.