28 Mei 2015

Waktu

Kau tau, semua yang kita lakukan di dunia ini dibatasi oleh waktu. Seperti halnya 100 menit yang kita miliki (hampir) setiap hari. 100 menit yang manis walau tidak jarang terselip nada-nada sinis. 100 menit yang kadang terasa kurang karena habis oleh percakapan yang begitu menyenangkan. 100 menit yang rasanya terlalu sayang jika terbuang sia-sia hanya karena mempertahankan ego yang kita punya.

Kau tau, bagiku hidup ini penuh kejutan. Namun aku tidak pernah menyangka bahwa kau adalah salah satunya. Kau, hadiah dari Tuhan yang tidak pernah kuduga. Kita adalah keajaiban yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jadi jangan heran kalau sampai sekarang keberadaanmu masih menjadi sesuatu yang sulit kupercaya.

Waktu yang begitu cepat berlalu adalah salah satu hal dari sekian banyak yang kutakutkan. Aku tidak bisa berhenti mengira-ngira kapan habisnya waktu kita untuk bersama. Bukan apa-apa, hanya saja aku tidak ingin ada penyesalan di kemudian hari. Aku benar-benar ingin melakukan yang terbaik kali ini. 

Ini tulisan yang kutulis dulu. Sesaat setelah 100 menit yang kuhabiskan untuk mendengarkan suaramu. Ditulis di tengah perasaan yang sedang berbunga, dengan senyum yang mengembang tak henti-hentinya.

21 Mei 2015

Belum Ada Judul

Siapa bilang perempuan cuma mau dandan waktu lagi PDKT, jatuh cinta, atau baru jadian? Menurutku itu pendapat yang salah total. Karena kenyataannya, kami para wanita jauh lebih semangat berdandan ria setelah patah hati atau diputusin atau di-PHP-in. Dan saat ini aku sedang merasakannya saudara-saudara.

Salah satu perubahan yang sangat mencolok adalah, aku yang biasanya tiap weekend mandinya cuma sekali sehari (itu juga kalau mau keluar), sekarang jadi dua kali sehari (padahal gak mau ke mana-mana). Aku pikir, aku bukan satu-satunya yang seperti ini. Hehehe.

Coba kita pikir bersama.

Seharian di kos, gak kemana-mana, baru bergerak ke kamar mandi jam 12 siang, trus sorenya mau mandi lagi? Gak kasian sama bumi yang udah mulai mengering? Gak prihatin sama harga sabun, shampo, dan facial foam yang makin mahal? Gak sayang sama lampu kamar mandi yang kudu nyala terus karena mandinya bisa hampir satu jam? Iya, ngelesnya bisa banget.

Gak berhenti pada masalah mandi aja ya. Sehabis mandi biasanya perempuan punya ritual lagi. Pakai pelembab, bedak, body lotion, dan parfum. Bayangkan betapa banyak pemborosan yang kami lakukan karena mandi dua kali di hari libur padahal gak mau ke mana-mana.

14 Mei 2015

Aku Membencinya

Aku membencinya.

Aku membenci dia yang tidak mempedulikanku. Dia yang tidak pernah bertanya di mana aku sedang berada, ke mana aku akan pergi untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, atau apa yang akan aku lakukan setelah lulus dari bangku perkuliahan.

Aku membenci dia yang emosional dan keras kepala. Dia yang sangat mudah terpancing amarah. Dia yang mudah sekali emosi ketika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang dia inginkan. Dia yang tidak mau mendengarkan apa yang kukatakan. Dia yang menganggap dirinya benar. Dia yang akan terus melakukan apa saja yang ia mau tanpa pandang bulu.

Namun, aku juga menyukainya.

Dia yang spontan, tidak bisa ditebak, dan selalu di luar dugaan. Dia yang memiliki cara berpikir tidak seperti orang kebanyakan. Dia yang pintar, selalu bersemangat, pantang menyerah, dan tidak kenal lelah. Dia yang punya prinsip dan integritas. Dia yang hiperaktif dan tidak bisa diam. Dia yang ada kalanya bisa sangat dewasa memberi nasihat dan bersikap bijak. Dia yang di sisi lain bisa sangat rewel seperti anak kecil. Dia yang hangat dan penyayang. Dia yang mau mengakui kesalahan dan tidak segan meminta maaf. Dia yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dia yang sangat menyayangi bumi. Dia yang selama setahun belakangan ini membuatku merasa begitu dicintai.

7 Mei 2015

Tidak Apa-apa (Part 2)

Picture perfect memories
Scattered all around the floor
Reaching for the
phone cause, I can’t fight it any more

Awalnya aku pikir aku sudah cukup kuat. Aku sudah bisa menerima semua alasan yang menyebabkan kita berpisah. Alasan mengapa kita tidak mungkin bersama. Tapi nyatanya aku belum bisa. Nyatanya aku tidak sekuat kamu, dan mengubah rasa juga tidak semudah itu.

Malam ini, di tengah insomnia yang melanda, akhirnya aku membongkar kotak harta karun kita. Tentu kamu bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya.

Benar. Semua kenangan yang telah sekian lama kupendam, kemudian keluar begitu saja.

And I wonder if I ever cross your mind.
For me it happens all the time.

Dulu aku pernah bertanya apa benar kamu menyayangiku. Alih-alih menjawab, kamu malah memberi pernyataan bahwa aku tidak boleh menanyakan hal itu lagi. I know that you don’t like those kinds of questions. Silahkan saja kamu salahkan suara-suara setan di kepalaku waktu itu, yang berulang kali mempertanyakan kesungguhan dari semua yang pernah kamu ucapkan.

Sepucuk Surat Balasan

Setiap jentik, setiap inci
Di mana hari-hari tetap menjadi pelabuhan bagi kawanan burung camar yang merindukan pelangi
Warna jingga yang tenggelam beserta gemuruh angin dan desir-desir kehidupan
Dilukiskan di antara jejak sang senja
Teriakan hening menjadi warna bagi hal indah yang berlalu

Kenapa begitu cepat?
Kenapa meninggalkan luka?
Di sana aku sanding potretmu
Di atas tanah yang mulai menjingga
Ditemani ilalang yang menari dirayu angin sore

Selamat bagimu wanitaku
Kau merebut jiwaku di balik tanah-tanah yang kupijak
Di balik bayang-bayang yang selalu kutolehkan
Dan mengisinya dengan jingga