28 Feb 2014

Day 28: Perahu Kertas


Untukmu,

Beberapa hari yang lalu aku mengirim surat kaleng padamu. Surat yang mungkin tidak akan pernah kamu baca karena aku mengirimnya ke sebuah tempat rahasia. Tapi tidak apa-apa, paling tidak aku sudah menuliskan apa yang tidak bisa kukatakan.

Tidakkah kamu penasaran pada apa yang telah kugoreskan? Tidakkah kamu ingin tau apa yang sedang kupikirkan? Kalau kamu bisa, coba temukan di mana surat itu berada.

Namun jika kamu tidak bisa menemukannya, anggap saja surat itu sudah berenang bebas di laut lepas. Tenang saja, tentu aku sudah terlebih dahulu mengubah bentuknya menjadi perahu kertas.

26 Feb 2014

Day 27: Permintaan Tanpa Syarat


Aku adalah gadis kecilmu yang dulu sering kau taruh di pundakmu.

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu tiap kali menangis, maka kau akan berkata, “Jangan nangis, gak ada orang yang jual air mata. Nanti kalau air matanya habis gimana?”

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu merengek minta sepeda padahal sama sekali tidak bisa naik sepeda. Namun pada akhirnya kau tetap membelikanku sepeda dengan tambahan dua roda kecil di belakang. Sepeda yang kemudian kutuntun sepanjang perjalanan pulang.

Aku adalah gadis kecilmu yang dulu minta dibelikan meja belajar. Tapi untuk mendapatkannya, kau memberiku syarat, harus masuk tiga besar dalam peringkat. Kau mengajarkanku bahwa untuk mendapatkan sesuatu, aku harus berjuang terlebih dahulu.

Day 26: Dua Lelaki Villager Kesayangan


Teruntuk dua lelaki villager kesayangan,

Pertama, villager dari Kalimantan, atas nama Mas Dyan Nara

Hallo mas Dyan! Aku kabulkan permintaanmu untuk dibuatkan surat. Tapi sayangnya ini bukan surat cinta, melainkan surat protes.

Mas, kamu gak bisa ya sekali-sekali on time gitu? Keterlambatanmu gak bisa ditoleransi. Hampir satu jam bahkan bisa lebih -_-

Ingat waktu kemaren kita mau ke Batu, kamu nyuruh aku nunggu di GKB? Kamu bilang udah sampe Suhat, tapi udah setengah jam aku nunggu, aku sampe digigitin nyamuk, kamu belum nyampe juga. Itu Suhat negara mana yang kamu maksud? -_-

Bener kata Ayu, aku bego banget kalau mau percaya sama janji kamu untuk gak telat. Aku udah sering bilang ya Mas, kalau kamu itu pacarku, udah aku putusin dari dulu! Huh!

25 Feb 2014

Day 25: Kepada Pemilik Catatan Kehidupan


Sebelumnya aku ingin memberitahu bahwa surat ini tidak akan panjang. Isinya hanya tentang bagaimana aku menyukai kejujuran dalam setiap huruf yang kamu sandingkan.

Awalnya seorang teman memperkenalkanmu, lebih tepatnya akun twittermu, padaku. Dia bilang kalau tweet-mu bagus-bagus. Kemudian aku mulai stalking timeline-mu, dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh temanku.

Tweet-tweetmu itu adakalanya membuatku tersipu.

Dari timelinemu akhirnya aku tau kalau kamu juga ikut serta pada program #30HariMenulisSuratCinta. Tanpa pikir panjang aku langsung membaca surat yang kamu kirim hari itu. Aku mengunjungi rumahmu yang berisi kumpulan kata, yang kamu beri nama Catatan Kehidupan.

24 Feb 2014

Day 24: Malaikat Tanpa Sayap


Untuk malaikat tanpa sayap yang biasa kupanggil mama,

Betapa waktu telah mengubahmu sedemikian rupa. Rambutmu mulai memutih. Kerut di wajahmu bertambah setiap hari. Kakimu sering sakit kalau sudah terlalu lama berdiri. Tekanan darahmu terkadang tidak stabil, entah karena makanan atau karena pikiran. Kadar gula dalam darah pun tidak jauh beda.

Ma, maaf kalau belakangan ini aku sering marah.

Aku marah kalau mama terlalu lama belanja di pasar. Bukan karena aku lelah mengikuti mama, bukan karena aku bosan menunggu mama melakukan tawar menawar dengan pedagang ikan. Hanya saja aku khawatir kaki mama sakit lagi karena terlalu lama berjalan.

23 Feb 2014

Day 23: Dear My (Future) Husband


Dear My (Future) Husband,

Kalau ditanya tentang apa yang paling membuatku penasaran di dunia ini, jawabannya adalah kamu.

Aku penasaran bagaimana wajahmu, setebal apa alismu, seteduh apa tatapanmu, sehangat apa genggamanmu, senyaman apa dekapanmu, selembut apa kecupanmu, dan bagaimana rasanya bersandar di bahumu. Aku penasaran sebanyak apa kesabaran yang kamu punya untuk menghadapiku.

Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti melihatmu menjabat tangan ayah untuk mengucapkan ijab kabul atas namaku, ketika suatu hari nanti aku berbagi ranjang denganmu, ketika suatu hari nanti aku mengandung dan melahirkan buah hatimu. Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti identitasku secara personal luntur, terganti dengan identitas baru, sebagai istri serta ibu dari putra-putrimu.

22 Feb 2014

Day 22: Sudah Besar Mau Jadi Apa?


Hallo adik-adik di bawah langit desa Donowarih. Apa kabar kalian sekarang? Masihkah kalian menggenggam mimpi yang pernah kalian ceritakan?

Tidak akan pudar dari ingatanku bagaimana waktu kalian menjawab dengan sangat antusias ketika kutanya tentang cita-cita. Kalian berebut menjawab dengan suara lantang bernada keyakinan. Walaupun ada juga beberapa dari kalian yang menjawab dengan malu-malu, namun aku tetap melihat bahwa api semangat itu ada.

Seandainya kalian tau betapa irinya aku saat itu. Aku iri pada kalian yang bisa bermimpi. Presiden, tentara, polisi, pemain sepak bola, dokter, guru, pramugari, astronot, pilot, kalian bebas menyebutkan semua yang kalian mau. Karena bagiku, berani bermimpi itu hebat. Paling tidak kalian punya keinginan, kalian hidup dengan tujuan.

21 Feb 2014

Day 21: Perihal Mimpi

Kepadamu,

Surat ini kutulis di tengah-tengah kepalaku sedang pusing memikirkan fenomena komunikasi apa yang ada pada tema skirpsiku. Kamu mungkin heran kenapa aku masih sempat-sempatnya memikirkanmu. Semoga saja dengan begitu kamu tau bahwa kamu istimewa bagiku.

Saat ini aku sedang duduk di perpustakaan. Di luar sana langit sedang menumpahkan airnya yang begitu deras. Sesekali gemuruh petir dan kilat pun saling bersahutan. Di sebelah kiriku ada jendela besar yang menyajikan pemandangan halaman gedung rektorat yang mulai banjir. Di sebelah kananku ada dua mahasiswa berkacamata yang asik dengan laptop dan buku diktat. Di depanku ada seorang teman yang sedang memainkan ponsel pintarnya, ia tampak sudah bosan membaca buku metode penelitian yang tergeletak di atas meja.

Ehm, aku juga tidak tau kenapa aku harus memberitahumu dengan detail tentang suasana di mana aku sedang berada. Aku hanya ingin menuliskannya saja. Walaupun mungkin kamu juga tidak mau tau. Tidak, aku sama sekali tidak ingin memberi kesan bahwa keadaanku menyedihkan. Sungguh.

20 Feb 2014

Day 20: Don't Give Up On Me


Untuk kamu yang dalam seminggu ini terlalu sering bertengkar denganku,

Kamu tau, rasanya aku ingin mencatat hal-hal apa saja yang membuat kita bertengkar. Supaya kita tidak lagi bertengkar karena masalah yang sama, sebab itu membosankan. Tapi untungnya sampai hari ini penyebab pertengkaran itu selalu berbeda-beda. Akibatnya kini aku jadi suka menerka-nerka, “Selanjutnya bertengkar masalah apa lagi ya?”

Kamu tau, saat menulis surat ini aku sedang mendengarkan lagu Chrisye yang berjudul Seperti Yang Kau Pinta. Maafkan aku tak bisa memahami maksud amarahmu, membaca, dan mengerti isi hatimu, kurang lebih seperti itu lirik lagu di bait pertama. Aku banget ya?

Ada kalanya aku kesal denganmu yang seolah memaksaku untuk begini dan begitu. Tapi untungnya aku bukan sosok keras kepala. Aku tidak pernah menutup telinga. Karena aku memang lebih suka menjadi pendengar daripada pembicara. Lalu setelah kupikir-pikir lagi, semua penjelasan, semua yang kamu katakan, ada benarnya.

19 Feb 2014

Day 19: Buat Yayuk

Untuk,
Ayu Monica yang biasa dipanggil Yayuk.

Kalau mengingat jaman dulu, tepatnya jaman waktu pertama kali aku ketemu kamu di gathering calon anggota baru KOMPAS tahun 2011, rasanya aku kurang percaya kalau kamu yang dulu bisa menjadi kamu yang seperti sekarang.

Aku sebenernya udah agak lupa Yuk, yang aku ingat waktu itu adalah kukumu berwarna hitam. Entah itu cat kuku atau spidol *eh

Iya yuk, aku tau kalau kamu gak suka mengingat-ingat masa lalu, tapi ada kalanya nostalgia itu menyenangkan lho yuk. Paling gak, kita bisa melihat kembali seperti apa kita yang “dulu”, lalu bandingkan dengan kita yang sekarang, kita bisa tau sejauh mana perubahan yang udah kita lakukan.

18 Feb 2014

Day 18: Double Date Sama Mamang @dausgonia

Dear Mamang pos @dausgonia yang tiap hari sibuk ngirimin surat cinta.

Sebagai pembukaan surat, saya mau mengucapkan terima kasih banyak, karena di hari ke-18 bulan jatuh cinta ini Mamang masih jadi tukang pos keliling setia. Betapa bahagianya melihat traffic blog yang melonjak tinggi tiap kali Mamang me-retweet surat cinta saya. Terima kasih :’)

Selanjutnya kita langsung masuk ke isi surat ya.

Jadi begini Mang. Program #30HariMenulisSuratCinta sebentar lagi akan berakhir. Saya sedih tentu saja. Hari yang tersisa tidak sebanding dengan jumlah orang yang belum saya tulisi surat. Setelah program ini berakhir, saya juga gak punya alasan lagi buat mention Mamang, walaupun untuk sekadar protes karena surat saya gak di-retweet karena kelewat. Ah, saya pasti akan merindukan masa-masa seperti sekarang. Berlomba menulis surat dengan waktu, jangan sampai lewat dari batas pengiriman jam enam. Saya pasti rindu Mamang juga.

17 Feb 2014

Day 17: Hari Ini 17 Februari


Dulu seseorang pernah mengatakan bahwa kecewa dan marah itu berbeda. Dia bilang, kecewa akan lebih mengarah pada perasaan sedih, sedangkan marah hanya sebatas kekesalan pada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Saat itu aku paham, kata “sedih” kugaris bawahi, kujadikan kata kunci. Aku minta maaf karena sudah mengecewakannya, dan ternyata hal itu tidak bisa mengembalikan hubungan kami seperti semula.

Pengalaman di atas kujadikan semacam alarm setiap kali aku merasa kecewa –pada-siapa-saja. Agar aku tidak lupa bahwa ada kalanya aku juga akan mengecewakan orang lain.

Hari ini 17 Februari, terlalu banyak hal yang mengecewakan. Terlalu banyak hal yang terjadi di luar harapan. Kamu menjadi salah satu penyebabnya. Lalu, apakah kejadiannya akan sama? Bahwa caraku melihatmu akan berubah, tidak lagi seperti sedia kala. Bisa iya, bisa tidak, tak ada jaminan yang bisa kuberikan.

16 Feb 2014

Day 16: Semoga Lekas Pulih

Untuk gunung Kelud yang tempo hari batuk.

Aku yakin kalau ini bukan surat pertama yang kamu terima. Teman-teman lain yang juga berpartisipasi pada program #30HariMenulisSuratCinta pasti sudah banyak yang menyuratimu sejak beberapa hari yang lalu.

Jadi, Kelud, bagaimana keadaanmu sekarang? Yang aku baca dari berita, kamu sudah kembali tenang ya? Kuharap benar demikian adanya. Kamu tau kan kalau semua orang mendoakan supaya kamu cepat sembuh.

Sejak kamu memuntahkan isi perutmu pada tanggal 13 Februari yang lalu, aku mengikuti semua berita yang berhubungan denganmu. Aku juga sempat membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa kamu bersaudara dengan Semeru dan Bromo. Apakah itu benar? Ah, kemana saja aku selama ini. Aku baru tau kalau kalian tiga bersaudara.

15 Feb 2014

Day 15: Tanpa Penyesalan


Aku berjanji bahwa mulai hari itu tidak akan ada lagi kamu dalam duniaku. Tidak ada lagi wajahmu, tidak akan lagi mendengar suaramu, tidak akan ada lagi cerita tentangmu. Tapi seperti yang kamu tau, lagi-lagi aku melanggar janji yang kubuat sendiri. Janji yang ada kaitannya denganmu. Janji yang kupatahkan sama seperti janji yang dulu-dulu.

Untuk kali ini, boleh kah aku memikirkanmu lagi? Bolehkah aku memutar ulang suaramu pada voicemail yang masih kusimpan? Bolehkah aku mengingat kembali hal-hal bodoh yang pernah kita perdebatkan? Bolehkah aku merindukan pertengkaran kita yang seringnya terjadi karena kesalahpahaman? Bolehkah aku bersikap seolah-olah kamu masih menjadi milikku seperti beberapa waktu yang lalu?

Ada dua hal yang harus kamu percaya. Pertama, untuk masa lalu yang pernah kulewati bersamamu, tidak akan pernah kusesali. Kedua, untuk rasa sakit yang kuterima atas semua hal yang membuatku kecewa, sama sekali tidak kubenci.

14 Feb 2014

Day 14: Menunggu

Bagiku menulis dan melukis adalah dua kegiatan yang sama, yang membedakan hanya output-nya saja.

Aku selalu iri pada mereka yang bisa melukis. Menciptakan gambar yang dapat bercerita tentang sesuatu, aku pikir itu hebat.

Aku pun selalu iri pada mereka yang pandai menulis. Menyusun kalimat demi kalimat untuk menjelaskan sesuatu secara rinci, menurutku itu istimewa.

Tapi, apa kamu tau apa yang lebih hebat dan istimewa dari semua itu? Iya, itu kamu. Kamu yang bisa membuat dia memainkan kuasnya dengan lincah. Kamu yang bisa menggerakkan jari-jari dia untuk merangkai kata demi kata tanpa rintangan hingga membentuk cerita.

Kamu yang menyebabkan ide dan inspirasi itu ada.

13 Feb 2014

Day 13: Rasanya Paling Juara

Mas penjual ayam penyet yang hari ini memakai baju warna hijau,

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih karena mas tetap jualan di musim liburan seperti ini. Saya gak bisa membayangkan kalau mas ikut libur juga, saya gak tau lagi harus nyari makan ke mana :’)

Jadi melalui surat ini saya mau bilang kalau ayam penyet buatan mas itu enak banget. Apalagi sambel ijonya, saya belum menemukan yang seenak dan sepedas itu. Serius mas, bukan cuma saya yang bilang gitu. Teman-teman yang pernah saya ajak makan di sana juga mengatakan hal yang sama. Saya promosiin ayam penyet buatan mas ke temen-temen saya, mereka banyak yang suka, dan ketagihan buat makan di sana lagi lhooo.

Selain itu, kata temen saya, mas itu manis…dan saya sependapat. Maaf mas, saya lancang, tapi itu emang kenyataannya. Lesung pipitmu itu mas, uwuwuwu pokoknya :3

12 Feb 2014

Day 12: Benang Kusut


Dear membran-membran sel di dalam otak,

Satu pertanyaan yang selalu membuatku penasaran.

Kenapa cara berpikirmu begitu rumit? Semacam ada benang kusut, yang terlalu sulit untuk diurai, yang entah sudah berapa lama mendekam di sana.

Keadaanmu yang seperti itu membuatku ingin melepas kepala untuk sebentar saja. Supaya aku bisa berhenti melakukan aktivitas yang namanya “berpikir” untuk sementara waktu. Sungguh, semua itu sangat melelahkan bagiku.

Terlalu banyak berpikir membuatmu tidak melakukan apa-apa.

11 Feb 2014

Day 11: Yang Sedang Bermain Sepak Bola

Waktu itu aku bermaksud sedang mencoba kamera yang kubawa. Aku mengarahkan lensa pada laut. Cukup lama aku menunggu momen tidak ada orang lewat –yang-berpotensi-merusak-pemandangan. Pulau Sempu yang saat itu ramai pengunjung membuatku sedikit kesulitan untuk menggambil gambar percobaan.

Kemudian, setelah kupastikan tidak ada yang lewat di hadapanku, aku segera menekan tombol. Tapi kamu tiba-tiba muncul dari sebelah kiri sambil mengejar bola..dan KLIK, kamu tertangkap oleh kamera.


10 Feb 2014

Day 10: Pertaruhan

Surat di tanggal 10. Tidak banyak kalimat yang ingin kurangkai hari ini. Bukan karena aku sedang malas. Bukan juga karena tidak ada ide. Tapi menurutku apa yang ingin kusampaikan sekarang adalah hal penting. Semoga setelah kutuliskan, sesak yang hinggap akan segera lenyap.
.
.
.
.
.
.

9 Feb 2014

Day 9: Kepada Hati

Kepada hati yang sedang sakit, 

Jadi, bagaimana rasanya? Sudah sesuai dengan yang kamu mau? Apa sama seperti yang kamu rindukan? Ah, tapi sepertinya aku sudah tau jawabanmu. Dilihat dari kebodohan-kebodohan yang kamu lakukan beberapa hari ini, aku sudah bisa memperkirakan jawabannya.

Melalui surat ini, aku hanya ingin mengucapkan selamat. Selamat, karena kamu masih berfungsi.

Jika aku harus meminjam istilah dari dia, yang mengatakan bahwa kamu sudah porak poranda oleh badai taifun, maka sepertinya ini sebuah keajaiban untukmu. Walaupun bentukmu sudah berupa kepingan, tapi kamu masih bisa merasa kesal, marah, kecewa, dan sejenisnya.

8 Feb 2014

Day 8: Untuk Pagi


Untuk pagi di tepi Ranupane,

Kala itu aku duduk mengamati sang fajar memantulkan cahayanya, pada riak air yang tenang di permukaan danau
Kala itu khayalanku masih terbang tak tentu arah, ada yang tertinggal di alam mimpi, ada juga yang sudah melebur di dalam bekunya embun
Kala itu dia ada di sampingku bercerita tentang apa yang terjadi semalam, dan aku hanya mendengarkan suaranya

7 Feb 2014

Day 7: Surat Kaleng Untuk Raka

Hai, Raka. Lama tidak berjumpa ya? Bagaimana kabarmu di sana?

Ka, hari ini harusnya aku menulis surat kaleng. Sayangnya untuk mengirim surat kaleng, ada aturan harus mencantumkan akun twitter si penerima surat. Karena kamu gak punya twitter, aku gak bisa ngirim surat ini ke @poscinta .

Jadi, biarkan aku menulis surat kaleng untukmu di sini, walaupun mungkin kamu gak akan membacanya. Seandainya kamu membaca, mungkin kamu juga gak sadar kalau surat ini buat kamu.

Balik lagi ke pertanyaan awalku tadi. Kamu apa kabar, Ka?

Udah lama aku gak ketemu kamu. Intensitas pertemuan kita makin jarang ya? Iya, karena kita udah gak punya alasan lagi untuk bertemu. Gak ada lagi hal-hal yang mengharuskan kita untuk bertemu. Ehm, belum ada lebih tepatnya.

6 Feb 2014

Day 6: Teruntuk Lelaki Ber-Carrier


Teruntuk lelaki ber-carrier di muka bumi.

Percaya atau tidak, kali ini aku ingin membuat pengakuan, bahwa aku mengagumimu sejak pandangan pertama. Dengan menyandang carrier di punggung seperti itu, jujur saja kamu terlihat lebih tampan dari lelaki manapun yang pernah ada.

Aku tau betul kalau carrier-mu itu berat. Bagaimana tidak, hampir semua peralatan pendakian utama ada di dalamnya. Mulai dari tenda, kompor, nesting, butana, bahan makanan seperti beras dan sayuran, serta air dalam jerigen ukuran lima liter. Berbeda dengan isi tasku yang lebih banyak diisi dengan perlengkapan pribadi dan berbagai macam camilan. Kamu bisa membawa tas carrier ukuran hinggal 100 L, sedangkan aku paling mentok di 50 L. Kamu sungguh hebat.

5 Feb 2014

Day 5: Terima Kasih Tuhan

Hujan dan rindu. Entah apa hubungan diantara keduanya, aku tidak tau. Tapi aku selalu merasa bahwa hujan akan membuat kita tiba-tiba merindukan seseorang.

Dulu aku sering membayangkan bahwa suatu hari nanti kita bisa menikmati hujan bersama-sama. Jadi aku tidak perlu lagi dibelenggu oleh rasa rindu, karena kamu ada bersamaku. Dan aku sangat bersyukur, sekarang mimpi itu benar-benar menjadi nyata.

Di luar sana rintik hujan sedang jatuh membasahi bumi satu-satu, di dalam sini kamu sedang tertidur pulas di pangkuanku. Setelah kita bertukar cerita dan berbagi tawa bersama, kamu bilang ingin tidur sebentar.

Kemudian aku mulai mengusap-usap rambutmu yang tebal dengan sayang. Aku memperhatikan wajah lelahmu dengan seksama. Sudah tak terhitung berapa kali aku mengagumi wajahmu yang begitu tampan.

4 Feb 2014

Day 4: Romeo Gadungan


Pertama kali membaca nickname “Romeo Gadungan”, aku sudah suka. Aku pikir ada kejujuran di dalamnya. Seseorang yang ingin menjadi sosok seperti “Romeo”, tapi ada banyak hal yang membuatnya gagal, akhirnya sadar kalau menjadi seorang “Romeo” itu tidak mudah, dan kata “Gadungan” dilekatkan sebagai nama belakang. I really love it!

Dan romeo gadungan yang satu ini memiliki nama lengkap Tirta Prayudha.

Hallo, bang Tirta :)

Jadi begini, pertama-tama aku mau memberi sedikit penjelasan, latar belakang kenapa aku nulis surat ini buat Abang. Aku sedang ikut dalam #30HariMenulisSuratCinta yang diadakan @PosCinta . Dan aturannya, untuk surat tanggal 4 Februari adalah surat untuk selebtwit.

3 Feb 2014

Day 3: Surat Untuk Abang

Pagi itu handphone-ku berdering. Tampak ada tulisan “Papa” di layarnya.

Papa mengawali perbincangan kami dengan pertanyaan standar seperti biasa. Lagi di mana, lagi apa, udah makan atau belum. Tiga pertanyaan wajib yang selalu beliau tanyakan setiap kali menelponku. Tapi pagi itu, dari getar suara Papa yang kudengar, aku tau bahwa ada hal yang tidak biasa.

“Ada apa, Pa?” aku langsung bertanya karena sudah tidak sabar mendengar kabar yang sepertinya tidak akan kusuka.

Abang Reza kemarin kecelakaan. Kata dokter tulang punggungnya patah dan harus dioperasi.

Cuma itu kalimat yang kudengar. Selebihnya aku sudah tidak ingat karena aku sibuk menyeka air mataku yang tiba-tiba saja turun dengan sangat derasnya.

2 Feb 2014

Day 2: Dear You

Dear, 

Di hari ke dua puluh tiga kita bersama, aku masih bertanya-tanya, apa hubungan ini nyata? Apa kamu benar-benar menganggapku sebagai wanitamu? Apa aku benar-benar berhak atas dirimu, lelakiku? Maaf kalau aku terkesan ingin diyakinkan terus-terusan. Padahal kamu sudah pernah bilang kalau hal-hal seperti ini tidak perlu lagi dipertanyakan kalau kita sudah berkomitmen menjalin sebuah hubungan.

Kamu bilang, apa yang harus kulakukan hanyalah bertanya, dan kamu akan menjawabnya.

Tapi nyatanya kamu sering diam. Nyatanya kamu sering mengabaikan apa yang kutanyakan. Seringnya kamu memberi jawaban yang membuat pertanyaan dibenakku semakin bercabang. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu sengaja kubenam. Kukira tidak ada gunanya aku bertanya kalau kamu memang tidak ada keinginan untuk bercerita.

1 Feb 2014

Day 1: Bulan Kesayangan

Selamat datang, bulan kesayangan.

Bagiku Februari itu identik dengan bulan jatuh cinta. Well, I’m not talking about valentine day and everything that relate with it. Coklat-coklat dengan berbagai macam bentuk dan rasa, bunga mawar yang masih kuncup, pernak-pernik yang bernuansa merah jambu, hingga pro-kontra antar umat beragama tentang hukum merayakan hari tersebut setiap tahunnya, I don’t care.

Yang aku peduli, yang menjadi alasanku menyebut bulan Februari sebagai bulan jatuh cinta, adalah karena aku selalu jatuh cinta pada bulan ini. Kebetulan? Oh, aku lebih suka menyebutnya sebagai garis hidup yang sudah ditulis Tuhan.